9 research outputs found

    Pemanfaatan Bonggol Pisang Untuk Pembuatan Asam Phospat

    Full text link
    Banana a tropical and subtropical tree with good prospect found anywhere in Indonesia which easy to cultivateand rapidly. Concerning the chemical composition, the hump banana tree contain phosphorous large enoughe.Using special treatment and adding sulfuric acid alkali, the phosphorous content at the hump banana tree couldbe processed to produce phosphoric acid.The objective of research is to produce phosphoric acid from the hump banana tree waste as the syntheticfertilizer as follows : TSP, NPK etc. it also can be used as sugar cane substance to remove the impurities. Hopethe research will be worthwhile and value for hump banana tree waste.There are two process steps i.e. : The process which contain calcium and phosphorous to compound calciumphosphate. Then the phosphoric acid compound process. It also produces gypsum at the reaction. This research'sresult showed that 3 hours and sulfuric acid concentration of 60 % could reduce phosphorous convertionoptimum i.e. : 0,79 was obtained at ambon banana.Key words : hump banana tree, phosphoric acid

    Karakterisasi Edible Film dari Berbagai Macam Pati Biji Beras dengan Penambahan Kitosan

    Full text link
    Penggunaan plastik untuk pengemas makanan yang tidak sesuai dapat memicu rusaknya jaringan tubuh manusia bahkan memicu kanker. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan plastik berbahan dasar gas alam dan minyak bumi. Hingga saat ini, bahan tersebut masih digunakan namun mulai dikurangi kuantitasnya karena tidak ramah lingkungan serta berpotensi mengganggu kesehatan. Salah satu inovasi plastik yang dapat diterapkan yaitu plastik dari bahan organik yang dapat dimakan (Edible Film). Pengembangan bahan edible film diantaranya adalah senyawa polimer dari tumbuhan seperti pati. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi terbaik dalam pembuatan edible film menggunakan berbagai macam biji beras dengan rasio pemberian kasein dan kitosan cangkang udang. Pati yang digunakan berasal dari biji beras putih, biji beras merah, biji beras hitam, biji beras ketan putih dan biji beras ketan hitam. Biji beras yang telah dihaluskan disaring dengan 100 mesh dan dilakukan pengadukan bersama kasein, kitosan dan gliserol untuk menjadi edible film. Studi pembuatan edible film dilakukan dengan variasi jenis biji beras dan variasi penambahan kitosan : kasein dengan rasio = 20:4, 25:4, 30:4, 35:4, 40:4 dalam gram. Pengujian menunjukkan semakin tinggi kandungan kitosan dan amilosa pada pati, akan meningkatkan nilai Tensile Strength (TS) edible film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edible film terbaik didapatkan dari pati beras ketan putih dengan variasi kitosan 1,25 gram. DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v16i1.284

    Fermentasi Krim Santan Menggunakan Bakteri Lactobacillus Menjadi VCO dengan Katalis Enzim Bromelin

    Full text link
    Buah kelapa adalah buah tropis yang dapat tumbuh subur di Indonesia, buah ini dapat dimanfaatkan menjadi bahan pangan seperti VCO (Virgin Coconut Oil). Penelitian ini mengaplikasikan metode kombinasi menggunakan metode fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus dan metode enzimatis menggunakan bonggol nanas pada pembuatan VCO. Bakteri Lactobacillus dan bonggol nanas mempunyai enzim protease dan enzim bromelin yang mampu memecah protein didalam emulsi santan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat minyak kelapa murni (VCO) menggunakan proses fermentasi dan penambahan ekstrak bonggol nanas,penelitian ini juga bertujuan untuk mencari pengaruh variabel penambahan Lactobacillus bulgaricus dan Lactobacillus achidopillus dalam ekstrak bonggol nanas terhadap kualitas VCO. Pembuatan VCO diawali dengan membuat santan,kemudian santan dicampur dengan ekstrak bonggol nanas dan Bakteri Lactobacillus sesuai variabel yang sudah ditentukan.Hasil analisa menunjukkan jumlah volume VCO terbanyak diperoleh pada waktu fermentasi 30 jam dengan berat bakteri sebesar 1,4 gram dengan bilangan penyabunan sesuai standar paling banyak pada berat bakteri 1 gram dengan waktu fermentasi 24 hingga 42 jam . Bilangan Asam pada santan sebesar 48% dan Bilangan Asam sesuai standar terbanyak pada berat bakteri 0,6 gram, 0,8 gram, dengan waktu fermentasi 18 jam hingga 42 jam

    Kajian Proses Asetilasi terhadap Kadar Asetil Selulosa Asetat dari Ampas Tebu

    Full text link
    Komponen utama ampas tebu adalah serat (fiber) yang termasuk dalam syarat bahan baku yang dapat dijadikan pulp untuk pembuatan selulosa khususnya selulosa asetat. Asetilasi selulosa dari ampas tebu dalam pelarut asam phospat merupakan salah satu metode untuk menghasilkan selulosa asetat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh proses asetilasi terhadap kadar asetil selulosa asetat dengan variabel jumlah asam asetat glacial dan kecepatan pengadukan . Proses asetilasi dilakukan dengan mereaksikan selulosa yang terbuat dari ampas tebu dan asam asetat glacial dalam sebuah reactor dengan menggunakan motor pengaduk. Prosesnya terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembuatan selulosa yang kemudian dimurnikan. Tahap kedua adalah melarutkan selulosa ke dalam asam phospat dan mengasetilasi selulosa dengan asam asetat glacial dan tahap pemulihan produk dengan cara penyaringan dan pengeringan. Dalam penelitian akan dipelajari pengaruh pemberian volume asam asetat glacial 98% sebanyak 20, 40, 60, 80 dan 100 ml dengan kecepatan pengadukan sebesar 100, 200, 300, 400 dan 500 rpm terhadap kadar asetil dari selulosa. Dari hasil penelitian ini didapat kadar asetil terbesar adalah 45,16% pada pemberian volume asam asetat glacial 60 ml dengan kecepatan pengadukan 300 rpm.   DOI : https://doi.org/10.33005/tekkim.v12i1.84

    Pengolahan Limbah Cair Minyak Bumi secara Biologi Aerob Proses Batch

    Full text link
    Proses aerasi biologi digunakan pada pengolahan limbah cair minyak bumi dengan memanfaatkan bakteri aerob. Hal ini bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam limbah cair. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam limbah cair serta untuk menghilangkan bau. Proses aerasi dilakukan secara biologi dapat menurunkan COD sampai 90%. Dalam penelitian ini dicari waktu terbaik pada perlakuan aerasi biologi terhadap penurunan COD dan BOD Limbah Cair Minyak Bumi dan pengaruh konsentrasi mikroorganisme terhadap persentase penurunan kadar COD dan BOD pada Limbah Cair Minyak Bumi. Hasil terbaik yang diperoleh terhadap penurunan COD dan BOD adalah pada waktu aerasi 2 jam dengan konsentrasi mikroorganisme 1600 mg/l, COD yang diperoleh = 172,52 ml/l, dan persentase hasil penurunan adalah 86,35 %,, BOD adalah 86,26 mg/l , persentase hasil penurunan adalah 83,99 %

    Pembuatan Asam Oksalat dari Sabut Siwalan dengan Proses Peleburan Alkali

    Full text link
    Metode pembuatan Asam oksalat ini secara umum adalah dengan proses Peleburan Alkali. Pada awal proses, Sabut Siwalan dikeringkan dan diayak sesuai ukuran. Ambil 20 gram Sabut Siwalan dan campurkan NaOH sesuai variabel (15, 20, 25, dan 30 %). Kemudian campuran kedua bahan tersebut dipanaskan pada suhu ±150oC dalam waktu sesuai variabel (50 ; 75 ; 100; 125 menit). Selanjutnya di filtrasi menjadi Natrium Oksalat (Na2C2O4), lalu ditambahkan CaCl2 dan diperoleh filtrat NaCl dan endapan CaC2O4. Untuk melarutkan endapan kalsium oksalat ditambahkan H2SO4, sehingga diperoleh filtrat asam oksalat (C2H2O4) dan endapan kalsium sulfate (Ca SO4). Filtrat asam oksalat sebagai produk. Pada penelitian yang telah dilakukan selulosa yang terdapat dalam Sabut Siwalan dapat diolah menjadi asam oksalat. Pada pembuatan asam oksalat ini dipengaruhi oleh waktu peleburan serta konsentrasi pelarut. Hasil asam oksalat terbaik diperoleh pada konsentrasi 20% dan waktu peleburan 100 menit dnegan kadar asam oksalat sebesar 63,311%.DOI : https://doi.org/10.33005/tekkim.v12i2.108

    Pendayagunaan dan Metorship Kader Pkk Kelurahan Gebang Putih Surabaya dalam Mengolah Limbah Organik Rumah Tangga sebagai Kompos Irit Lahan dengan Em4 sebagai Bioaktivator

    Full text link
    Kegiatan pendayagunaan dan mentoring pengolahan limbah organik rumah tangga pada jurnal ini merupakan bentuk tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan sebelumnya (Perwitasari dkk., 2021). Dengan menggunakan metode ringkas yang irit lahan, masyarakat Kelurahan Gebang Putih telah mampu mengolah limbah organik sederhana menjadi kompos siap guna dengan menggunakan EM4 sebagai bioaktivator. Metode yang dikembangkan pada kegiatan pengabdian ini adalah melalui metode mentoring secara online dengan kader PKK yang ada di Kelurahan Gebang Putih, Surabaya. Meski mentoring tidak bisa dilakukan secara langsung, kader PKK bersama perwakilan warga telah berhasil mendayagunakan sampah organik rumah tangga sebagai kompos organik. Kegiatan ini terbukti mampu meningkatkan nilai guna limbah organik menjadi semakin bernilai ekonomis. Warga menjadi lebih hemat karena tak perlu lagi membeli kompos jika ingin bercocok tanam. Harapannya, kelak kompos akan menjadi salah satu peluang ekonomi yang menjanjikan bagi warga Kelurahan Gebang Putih
    corecore