33 research outputs found

    Perencanaan Modifikasi Rangka Busur Baja pada Jembatan Pemali Disertai Damper sebagai Longitudinal Stopper

    Full text link
    Jembatan Pemali merupakan jembatan yang terletak di Kota Brebes. Jembatan ini menjadi akses penting yang menghubungkan antara Kota Semarang dan Kota Jakarta. Jembatan Pemali sering mengalami perbaikan dalam segi struktural setiap bulannya, hal ini diakibatkan oleh semakin padat volume kendaraan terutama truk dengan muatan berat. Permasalahan ini yang melatarbelakangi pembangunan Jembatan Pemali yang baru agar menunjang dalam sarana transportasi. Penelitian ini memodifikasi Jembatan Pemali menjadi sistem busur rangka baja. Jembatan didesain dengan tinggi 18 meter, bentang 100 meter dan lebar 9 meter. Penelitian ini menggunakan kombinasi pembebanan sesuai SNI T-02-2005 dan SNI 1725-2016. Dengan menggunakan progam bantu SAP2000, kombinasi KUAT 1 (SNI-1725-2016) menghasilkan output gaya yang lebih besar daripada kombinasi lainnya sehingga kombinasi tersebut digunakan untuk menentukan profil rangka atas jembatan. Analisis pengaruh damper dengan tipe Lock-Up Device menggunakan progam bantu SAP2000 dengan kombinasi beban yang menentukan dalam perencanaan damper sebagai longitudinal stopper adalah kombinasi EKSTREM I (SNI-1725-2016). Hasil dari analisis dengan progam bantu SAP2000 profil utama yang terbesar pada jembatan busur menggunakan BOX 500x500x25 serta dengan adanya damper struktur utama jembatan mampu mengurangi deformasi sebesar 16%. Dalam merencanakan bangunan bawah jembatan, dilakukan kontrol guling dan geser pada abutment jembatan serta untuk tiang pancang jembatan dilakukan kontrol berdasarkan daya dukung tanah dan tipe material yang digunakan. Dari perencanaan tersebut, didapatkan dimensi abutment 11x11x10 meter serta kebutuhan tiang pancang jembatan 36 buah. Hasil seluruh perhitungan Penelitian ini dituangkan dalam gambar teknik standar

    Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta dengan Metode Pracetak

    Full text link
    Metode pracetak saat ini telah banyak digunakan dalam pembangunan konstruksi sipil. Hal ini terjadi karena beton pracetak memiliki beberapa kelebihan dibandingkan beton yang dicor di tempat (cast in situ). Kelebihannya antara lain yaitu proses pembuatannya yang tidak bergantung cuaca, tidak memerlukan banyak bekisting, waktu pengerjaan yang lebih singkat, kontrol kualitas beton lebih terjamin serta menurut penelitian terbaru beton pracetak juga ramah lingkungan. Tujuan dari Penelitian ini adalah menghasilkan perencanaan struktur gedung RSUD Koja Jakarta dengan metode pracetak. Merencanakan detailing penulangan dan sambungan pada elemen beton pracetak. Merencanakan struktur basement dan pondasi yang menopang gedung. Dan merancang gambar teknik dari hasil modifikasi gedung ini. Gedung RSUD Koja Jakarta ini dirancang ulang menggunakan metode pracetak pada bagian balok dan pelat. Standar yang digunakan dalam perencanaan ini adalah perencanaan struktural menggunakan tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI 2847:2013) [5], untuk menghitung pembebanan gravitasi menggunakan PPIUG 1983 dan tata cara perhitungan pembebanan untuk gedung (SNI 1727:2013), dan pembebanan gempa dihitung menggunakan tata cara perencanaan ketahanan gempa (SNI 1726:2012) [6]. Perencanaan gedung ini menggunakan sistem ganda (dual system), beban lateral 25% dipikul oleh rangka dan 75% dipikul oleh dinding geser. Hasil dari modifikasi gedung RSUD Koja Jakarta ini meliputi ukuran balok induk 50/70, ukuran balok anak 30/50, dan 2 macam ukuran kolom yaitu lantai 1-10 90x90 cm dan lantai 11-20 80x80 cm. Modifikasi gedung ini juga menggunakan shearwall dengan tebal 40 cm yang berfungsi menahan 75% beban lateral. Sambungan antar elemen bracetak menggunakan sambungan basah dan konsol pendek

    Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta dengan Metode Pracetak

    Full text link
    Metode pracetak saat ini telah banyak digunakan dalam pembangunan konstruksi sipil. Hal ini terjadi karena beton pracetak memiliki beberapa kelebihan dibandingkan beton yang dicor di tempat (cast in situ). Kelebihannya antara lain yaitu proses pembuatannya yang tidak bergantung cuaca, tidak memerlukan banyak bekisting, waktu pengerjaan yang lebih singkat, kontrol kualitas beton lebih terjamin serta menurut penelitian terbaru beton pracetak juga ramah lingkungan. Tujuan dari Penelitian ini adalah menghasilkan perencanaan struktur gedung RSUD Koja Jakarta dengan metode pracetak. Merencanakan detailing penulangan dan sambungan pada elemen beton pracetak. Merencanakan struktur basement dan pondasi yang menopang gedung. Dan merancang gambar teknik dari hasil modifikasi gedung ini. Gedung RSUD Koja Jakarta ini dirancang ulang menggunakan metode pracetak pada bagian balok dan pelat. Standar yang digunakan dalam perencanaan ini adalah perencanaan struktural menggunakan tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI 2847:2013) [5], untuk menghitung pembebanan gravitasi menggunakan PPIUG 1983 dan tata cara perhitungan pembebanan untuk gedung (SNI 1727:2013), dan pembebanan gempa dihitung menggunakan tata cara perencanaan ketahanan gempa (SNI 1726:2012) [6]. Perencanaan gedung ini menggunakan sistem ganda (dual system), beban lateral 25% dipikul oleh rangka dan 75% dipikul oleh dinding geser. Hasil dari modifikasi gedung RSUD Koja Jakarta ini meliputi ukuran balok induk 50/70, ukuran balok anak 30/50, dan 2 macam ukuran kolom yaitu lantai 1-10 90x90 cm dan lantai 11-20 80x80 cm. Modifikasi gedung ini juga menggunakan shearwall dengan tebal 40 cm yang berfungsi menahan 75% beban lateral. Sambungan antar elemen bracetak menggunakan sambungan basah dan konsol pendek

    Perbedaan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Mipa Kelas X Antara Siswa Reguler Dengan Siswa Akselerasi Di SMA Negeri 3 Malang

    Full text link
    Terdapat kesenjangan antara harapan dan Kenyataan pada prestasi belajar mata pelajaran MIPA siswa kelas X antara siswa Reguler dengan siswa kelas Akselerasi. Ada anggapan atau kecendrungan bahwa prestasi belajar mata pelejaran MIPA siswa Reguler lebih rendah daripada siswa Akselerasi. Peneliti ingin melihat keadaan sesungguhnya di lapangan bagaimana prestasi mata pelajaran MIPA kelas X antara siswa Reguler dan siswa Akselerasi di SMA Negeri 3 Malang. Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar mata pelajaran MIPA antara siswa kelas Reguler dan siswa Akselerasi di SMA Negeri 3 Malang. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi siswa kelas regular dengan siswa kelas akselerasi di SMA Negeri 3 Malang. Manfaat penelitian ini (1) Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat diketahui faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap prestasi belajar MIPA.(2) Untu memberikan masukan kepada sekolah-sekolah tentang system pendidikan yang ada. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas Reguler dan Akselerasi, sedang sampel penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X1 program Reguler dengan siswa kela X program Akselerasi, Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 3 Malang. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji-t pada dua sampel bebas dan analisis regresi linear berganda. Dari hasil analisis data didapatkan hasil (1) nilai t-hitung nilai F-tabel pada taraf signifikasi 0,05 maka variable yang diteliti yaitu waktu yang dicurahkan untuk belajar, buku pelajaran MIPA yang dimiliki, Waktu untuk kegiatan selain belajar di sekolah berpengaruh secara nyata terhadap prestasi belajat mata pelajaran MIPA

    Study of Rapid Visual Screening of Buildings for High Potential Seismic Hazard According to Indonesian Standard

    Full text link
    This paper presents a study of Rapid Visual Screening (RVS) using FEMA 154 and applied in Indonesia based on SNI 1726. RVS is a method to asses potential earthquake hazard of a building based on visual observation (“sidewalk survey”) of the exterior and interior building if possible, and a Data Collection Form. This study is intended to see how important the RVS of the FEMA 154 can be implemented in Indonesia with a case study at Yogyakarta. The buildings that reviewed were assumed to have the same parameters as mention in FEMA 154 and compatible with SNI 1726 (Indonesian earthquake map). The results from field survey were compared to the numerical analysis. From the case study, it was found that the administration building of ATK Academy, the dormitory building of Ministry of Internal Affairs, the office building of Department of Agriculture, and the educational building of Health Polytechnics have a score more than 2, and the buildings are also declared safe according to SNI 1726

    Penggunaan Cable Untuk Modifikasi Atap Stadion Utama Palaran Samarinda

    Full text link
    “Pendapatan terbesar stadion didapat dari penjualan tiket tanpa tambahan fasilitas lain”. Untuk itu diperlukan sistem struktur yang dapat meningkatkan kapasitas penonton namun tidak mengurangi nilai estetis stadion tersebut. Salah satunya adalah dengan menggunakan sistem kabel. Sistem kabel merupakan sebuah sistem struktur yang terdiri dari dek orthotropic dan girder menerus yang diikat oleh incline cable dan didistribusikan ke menara yang terletak pada pilar utama. Pada tugas akhir ini dilakukan modifikasi atap Stadion Utama Palaran Samarinda, yang semula menggunakan struktur atap rangka batang konvensional menjadi struktur atap dengan menggunakan sistem kabel. Perencanaan stadion ini dibantu dengan menggunakan program komputer SAP2000 14.00 untuk menganalisa struktur utama maupun struktur sekunder. Struktur utama yang terdiri dari steel box, rangka atap melintang dan cable. Struktur sekunder terdiri dari rangka memanjang dan ikatan angin. Hasil dari perencanaan ini adalah didapatkan dimensi struktur rangka atap, steel box, kabel, serta tumpuan pada box dan kolom dengan menggunakan acuan peraturan SNI 2847-2002, PPIUG 1989 , dan SNI 03-1729-2002

    Analysis Mooring System Configuration of Submerged Floating Tunnel

    Full text link
    Submerged Floating Tunnels (SFT) is a tubular structure that is submerged and floating in depth remains through the system of anchors consisting of a cable connected to the seabed. SFT structure imposed its own weight and is assisted by the buoyancy or uplift caused by water, cross sectin of the tunnel is designed so that buoyancy can overcome the structural weight and experienced a lift force that causes the floating structure. Fastening system (mooring system) also play a role which is to inhibit the SFT structure, minimize displacement and stress caused by environmental burden, such as earthquakes and hydrodynamic load that can aggravate the condition SFT structure in case of crossing the sea with SFT system. SFT will give a fairly small impact on the environment as it floated in the water, and with built using a modular system, the SFT (Submerged Floating Tunnels) can reach a distance long enough and does not cause pollution. Basically the same as the force that occurs archimides principle, where the objects are in the water to get a compressive force to the top. Cross sectional analysis SFT, will be modeled by 7 different models that have been in previous studies. The model\u27s of SFT with steel cable to hold the structure in order to remain strong with the inclination selected. Analysis is done by modeling the triangle wiring configuration with different angle of incliflation cable. The analysis by comparing the test model were made earlier with prototype analyzed numerically. The expected structure did not undergo excessive deformation due to the environmental burden. Therefore, the structure of the SFT will be done with the Abaqus as finite element analysis. So, obvious deformation occurred in the cable. Therefore, it was expected to obtain the optimum angle of inclination was 54º

    Effects of Vibration Located on the Steel Truss Bridges Under Moving Load

    Full text link
    Structural vibration control as an advanced technology in engineering consists of implementing energy dissipation devices or control systems into structures to reduce excessive structural vibration, enhance human comfort and prevent catastrophic structural failure due to strong winds and earthquakes, among other inputs. When the bridge carries heavy traffic, vibrations in the bridge structural elements subjected to high levels of stress. This tension bridge subjected to fatigue. This paper studies and focus the effects of vibration of steel truss bridges and finally to suggest future directions of research and innovation. The possibilities of modal properties of global and local vibration method in determining the structural changes in the truss bridges discussed located to the results of finite element analysis

    Modifikasi Jembatan Sembayat Baru II Menggunakan Sistem Jembatan Busur Rangka Baja

    Full text link
    Perencanaan struktur jembatan perlu mempertimbangkan desain yang tepat agar material yang digunakan menjadi efektif. Jembatan Sembayat Baru II di Kabupaten Gresik yang didesain menggunakan jembatan busur beton dengan bentang 93 m dimana terdapat pilar pada badan sungai, menjadi tidak efektif karena dapat mengurangi effective linear waterway sungai tersebut. Pertimbangan jembatan bentang panjang yang berupa busur merupakan keputusan yang tepat, hanya saja bentang yang didesain masih kurang maksimal. Dalam perencanaan ini, jembatan Sembayat Baru II didesain dengan tetap menggunakan jembatan busur namun material beton dirubah menjadi material baja, dimana dengan penggunaan material baja, bentang jembatan dapat lebih maksimal. Sehingga dari desain awal yang terdapat 5 bentang jembatan prategang dan 1 bentang jembatan busur, dirubah menjadi 4 bentang jembatan prategang dan 1 jembatan busur tipe a half through arch dengan bentang 144 m. Dasar perencanaan jembatan mengacu pada peraturan BMS 1992 dan SNI 1729-2015. Analisis perhitungan struktur utama dan sekunder menggunakan bantuan software MIDAS Civil 2011. Dari hasil perencanaan, didapat profil struktur busur utama yaitu menggunakan profil Box 800x500x38x38 dan batang tarik menggunakan profil Box 800x600x45x45. Perhitungan accidental load yang berupa 1 batang penggantung putus menghasilkan kesimpulan bahwa jembatan masih mampu menahan beban layan selama masa perbaikan. Metode pelaksanaan yang ditinjau menggunakan sistem Full Cantilever
    corecore