20 research outputs found
Efektivitas Seleksi Dimensi Tubuh Sapi Bali Induk
Seleksi merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik suatu populasi ternak.Respon seleksi yang terjadi tergantung pada intensitas seleksi, heritabilitas dan simpangan baku sifat yang diseleksi.Simpangan baku sifat atau performans ternak yang diseleksi akan menunjukkan keragaman (variasi) sifat tersebutdalam populasi yang dikenal dengan koefisien variasi (keragaman). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikoefisien keragaman dan efisiensi respon seleksi yang terjadi, bila seleksi dilakukan pada dimensi tubuh (panjangbadan, tinggi gumba dan lingkar dada) yang didasarkan intensitas seleksi dan estimasi heritabilitas yang samaterhadap semua dimensi tubuh yang diukur. Penelitian ini dilakukan secara purposive random sampling padalima kelompok ternak di lima kecamatan di kabupaten Jembrana. Jumlah induk sapi Bali yang digunakan dalampenelitian ini sebanyak 275 ekor. Variabel yang diukur adalah panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada. Hasilpenelitian menunjukkan rataan panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada sapi Bali induk di lokasi tersebutberturut-turut 117,19±8,84cm; 115,12±6,35cm dan 165,43±12,54cm dengan koefisien keragamannya berturut-turut7,54%; 5,52% dan 7,58%, sedangkan respon seleksinya berturut-turut 0,60cm; 0,76cm dan 1,25cm. Kesimpulanyang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah respon seleksi yang paling efektif untuk peningkatan mutugenetik dimensi tubuh sapi Bali betina adalah terhadap lingkar dadanya.
Kata kunci: sapi Bali, seleksi, respon seleks
Kualitas Fisik Telur Ayam Kampung yang Diberi Ransum Mengandung Probiotik
Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik telur ayam kampung yang diberi ransummengandung probiotik. Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di Laboratrium Nutrisi dan Makanan TernakFakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar selama empat bulan. Rancangan yang digunakan adalahrancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat kelompok, masing-masing kelompokmenggunakan 3 ekor ayam kampung umur 24 minggu. Variabel yang diamati meliputi: produksi telur, tebalkulit telur, berat kulit telur, tinggi albumin, warna kuning telur, panjang telur, dan lebar telur. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa produksi telur, berat telur, tinggi albumin, warna kuning telur, hough unit, tebal kulit telur,panjang kulit telur, dan lebar kulit telur pada keempat perlakuan secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).Namun pada variabel tinggi kuning telur dan indeks telur perlakuan B, C dan D nyata lebih tinggi (P<0,05)dibandingkan dengan perlakuan A. Panjang telur pada perlakuan B, C dan D nyata lebih panjang (P<0,05) daripada perlakuan A. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan probiotik dari level 10%-30% dapatmeningkatkan tinggi kuning telur, indeks kuning telur dan panjang telur.
Kata kunci: ayam kampung, kualitas fisik telur, probiotik, ransu
Performa Reproduksi Babi Bali Jantan di Provinsi Bali sebagai Plasma Nutfah Asli Bali
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa reproduksi babi Bali jantan sebagai salah satu indikatordalam pemilihan bibit babi jantan, serta untuk mengetahui produktivitas babi Bali pejantan sebagai plasmanutfah asli Bali. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus 2016. Penelitian inimenggunakan metode survei secara purposive random sampling dan pendekatan eksploratif serta pemilihan lokasipenelitian berdasarkan waktu dan biaya penelitian. Ekterior calon pejantan ada dua yaitu yang berwarna hitam danberwarna hitam dengan belang putih pada keempat kakinya. Dimensi tubuh calon pejantan dengan panjang badanriil rata-rata 52 cm, dimensi testis panjang rata-rata 7,37 cm dan lebar 7,62 cm. Dimensi tubuh dan testis, berkaitanerat dengan aktivitas dan produktivitas calon pejantan. Semakin tinggi dimensi tubuh dan testis calon pejantan,akan berpengaruh secara nyata pada performa reproduksi dari pejantan.
Kata kunci: babi Bali pejantan, performa reproduksi, testis, plasma nutfah
Penampilan dan Komposisi Fisik Karkas Ayam Kampung yang Diberi Jus Daun Pepaya Terfermentasi dalam Ransum Komersial
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus daun pepaya terfermentasi dalam ransum komersial terhadap penampilan dan omposisi fisik karkas ayam kampung umur 4-16 minggu. Rancangan yang igunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok sebagai ulangan. Masingmasing kelompok menggunakan 5 ekor ayam kampung dengan berat badan berkisar antara 62-149 g. Keempat perlakuan tersebut adalah: A) ransum komersial tanpa jus daun pepaya terfermentasi sebagai kontrol; B) ransum komersial+8% jus daun pepaya terfermentasi; C) ransum komersial+12% jus daun pepaya terfermentasi; dan D) ransum komersial+16% jus daun pepaya terfermentasi. Variabel yang diamati meliputi konsumsi ransum, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konversi ransum (FCR) dan komposisi fisik karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsumsi ransum dan peningkatan berat badan akhir, pertambahan berat badan serta berat daging dalam karkas seiring dengan peningkatan level jus daun papaya, namun secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). FCR menurun nyata (P<0,05) sebesar 20,04% dan berat karkas meningkat sebesar 21,60% pada perlakuan D, sementara perlakuan B dan C sama dengan kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suplementasi jus daun pepaya terfermentasi dalam ransum komersial dapat meningkatkan berat karkas dan menurunkan FCR ayam kampung umur 4-16 minggu
Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya Terfermentasi untuk Meningkatkan Kualitas Daging Ayam Kampung
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan ekstrak daun pepaya terfermentasi dalam ransumterhadap kualitas daging ayam kampung. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK)dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok sebagai ulangan. Masing-masing kelompok menggunakan 5 ekor ayam kampungdengan berat badan berkisar antara 62-149 g. Keempat perlakuan tersebut adalah: A) ransum BR 511 tanpa ekstrakdaun pepaya terfermentasi sebagai kontrol; B) Ransum BR 511+8% ekstrak daun pepaya terfermentasi; C) RansumBR 511+12% ekstrak daun pepaya terfermentasi; dan D) Ransum BR 511+16% ekstrak daun pepaya terfermentasi.Variabel yang diamati meliputi: (1) kualitas fisik daging (kadar air, pH, daya ikat air, dan susut masak) dan (2) ujiorganoleptik daging (warna, tekstur, cita rasa dan penerimaan secara keseluruhan). Hasil penelitian menunjukkanbahwa pemanfaatan ekstrak daun pepaya terfermentasi dari level 12-16% nyata (P<0,05) dapat meningkatkankadar air, susut masak dan menurunkan daya ikat air, tetapi belum berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pHdaging. Pemanfaatan ekstrak daun pepaya pada level 16% nyata (P<0,05) menurunkan warna daging, namunbelum berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aroma, tekstur, cita rasa, dan penerimaan secara keseluruhan
Analisis Keputusan Pembelian Ayam KUB dalam Memenuhi Kebutuhan Upacara Adat dan Agama di Provinsi Bali
Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) dimanfaatkan sebagai sumber protein dan sebagai bahan upakara adat dan keagamaan di Provinsi Bali. Penelitian bertujuan untuk menganalisis keputusan pembelian ayam KUB dalam memenuhi kebutuhan upacara adat dan agama di Provinsi Bali. Responden penelitian berjumlah 179, terdiri dari 89 konsumen rumah tangga serta 90 pedagang caru dan banten yang ditentukan dengan metode multi stage sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui survei menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam dengan jumlah permintaan konsumen rumah tangga tertinggi adalah ayam brumbun (76,40%), putih (10,11%), hitam (8,99%), biing (1,12), dan warna lainnya (1,12%). Keputusan pembelian sebagian besar ditentukan berdasarkan spesifikasi warna (65,17%) dan jenis ayam (33,71%). Sedangkan lokasi, harga, dan pelayanan tidak menjadi pertimbangan utama konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Tingginya permintaan ayam KUB warna brumbun berdampak pada kelangkaan dan sulitnya pedagang memenuhi permintaan dengan nilai lebih dari 45%. Kesimpulannya, usaha peternakan ayam KUB dengan spesifikasi warna berpotensi untuk dikembangkan karena permintaan ayam KUB akan tetap ada untuk memenuhi kebutuhan upacara adat dan agama di Provinsi Bali. Perlu adanya upaya untuk menumbuhkan minat usaha peternak memelihara ayam KUB berdasarkan spesifikasi warna untuk mengatasi kelangkaan ayam KUB khususnya di Provinsi Bali
The culture history of Madagascar
Madagascar's culture is a unique fusion of elements drawn from the western, northern, and eastern shores of the Indian Ocean, and its past has fascinated many scholars, yet systematic archaeological research is relatively recent on the island. The oldest traces of visitors are from the first century AD. Coastal settlements, with clear evidence of ties to the western Indian Ocean trading network, were established in several places over the next millennium. Important environmental changes of both plant and animal communities are documented over this period, including the extinctions of almost all large animal species. Urban life in Madagascar began with the establishment of the entrepĂ´t of Mahilaka on the northwest coast of the island in the twelfth century. At about the same time, communities with ties to the trade network were established around the island's coasts. From the fourteenth to the sixteenth century, social hierarchies developed in several regions of the island. During the succeeding two centuries, Madagascar saw the development of state polities.Peer Reviewedhttp://deepblue.lib.umich.edu/bitstream/2027.42/45256/1/10963_2004_Article_BF00997802.pd
A Defense of Local People Working as Souvenir Vendors and Its Relation with the Female Identity in Kintamani Tourism Area, Bali
Souvenir vending is one of the jobs done by poor people in tourist areas such as Batur Tengah Village or better known as Penelokan, Kintamani, Bangli Regency, Bali to make their family survive. However, the souvenir vendors' existence is not only considered by tourism businesses as unacceptable, but it is also regarded as a major factor that hampers the development of tourism in Kintamani. In fact, the Bali Local Regulation No. 2 of 2012 on Cultural Tourism explicitly emphasizes that the development of Bali's tourism is aimed to encourage an equal distribution of business opportunities and to obtain maximum benefits for the welfare of the community. Therefore, this study was aimed to determine the reasons why the informal sector (souvenir vending) is used as the basis of the family economy, what is the practice of souvenir vending which has become the basis of the family economy, and also what is the struggle for vendor space in the Kintamani tourism area and its relation with the female identity. In this study, several techniques were used such as observations, interviews, and literature study to collect data. Research results show that the people in the Batur Tengah village choose to work as souvenir vendors because of their limited economic capital, education, skills, and time due to other life burdens, especially for those who are already married. In the Kintamani tourism area, souvenir vendors have to interact with various parties which certainly involves a capital struggle because each party has a different interest. As a famous International tourism area which has become a global Geopark, this area is highly contested for its economic, social, cultural, political, and environmental values. Researchers found a new paradigm that shows souvenir vending to be one form of entrepreneurship in a tourism field which is responded to by the people as a multi-purpose industry. The utilization of the informal sector is considered a family economic base by women in the village of Batur Tengah. Married woman are obligated to provide for their families hence they struggle as souvenir vendors in the middle of the tourism competition which has become more strict and less accommodative due to the new government policy. In practice, the community is very obedient to the elite community leaders who are considered as patrons, both by the men and women vendors. Other options to support their families are now very few and becoming less as the tourism areas are becoming more popular
Habitus and Capital: Strategy for Surviving Traditional Pottery Craftsmen Pejaten Village in Bali
This research aims to analyze the reasons and their practices persist in producing traditional pottery. It was used the paradigm of thinking critically by implementing Geneology methodology as an effort to search for the relations of knowledge and power hidden behind their decisions, persist in the pottery craft tradition. This was analyzed using the generative structural theory of Pierre Bourdieu and the power-knowledge relation of Michel Foucault. The results of the study show that the survival of traditional pottery craftsmen in the Pejaten Village because they have internalized habitus that has been passed down from generation to generation and becomes a cultural capital in the form of knowledge, in making pottery objects. They can convert this cultural capital into other forms of capital. Their survival practices are also influenced by traditional figures (senior craftsmen) through the discourse making traditional pottery should not be abandoned as an effort to preserve ancestral cultural heritage. The practice of survival of the crafters not only preserves traditional culture but there is hidden knowledge behind the practice