8 research outputs found

    Parameter Genetik Klon-Klon F1 Krisan

    Full text link
    Produksi krisan di Indonesia memperlihatkan kecenderungan yang meningkat dalam 5 tahun terakhir. Selain sebagai bunga potong, krisan juga telah diminati konsumen sebagai tanaman hias pot. Namun, varietas krisan pot yang banyak beredar di pasaran saat ini merupakan varietas introduksi. Upaya perakitan varietas krisan pot dalam negeri telah dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias dan telah diperoleh sejumlah genotip F1. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui beberapa parameter genetik dari genotip F1 krisan. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cipanas Balai Penelitian Tanaman Hias dari bulan September 2013 – Februari 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 96 genotip F1 krisan dan lima genotip tetua krisan pot yaitu Garden Mum Red, Surf, Sunny Ursula, Bonny, dan Miramar. Hasil penelitian pada populasi keseluruhan genotip menunjukkan nilai variabilitas genetik dan fenotipik yang luas untuk semua karakter pengamatan dengan nilai heritabilitas kategori tinggi pada 13 karakter dan sedang pada empat karakter. Pada masing-masing populasi, variabilitas genetik dan fenotipik yang luas dengan nilai heritabilitas tinggi terdapat pada karakter-karakter selain diameter batang, panjang daun, jumlah internode, panjang internode, jumlah cabang, dan lama kesegaran bunga untuk populasi A, diameter batang, jumlah internode, panjang internode, jumlah bunga per tanaman, jumlah cabang, dan lama kesegaran bunga untuk populasi B, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah internode, jumlah cabang, dan lama kesegaran bunga untuk populasi D, diameter tajuk dan lama kesegaran bunga untuk populasi E. Dengan demikian, seleksi untuk memperoleh genotip unggul akan efektif dilakukan pada selain karakter-karakter tersebut. Populasi C menunjukkan nilai variabilitas genetik yang sempit untuk semua karakter pengamatan. Setiap hasil persilangan krisan menghasilkan genotip-genotip F1 dengan warna bunga yang beragam serta diperoleh warna-warna bunga yang berbeda dari tetuanya

    Pengaruh Mutagen Etil Metan Sulfonat terhadap Kapasitas Regenerasi Tunas Hibrida Phalaenopsis In Vitro

    Full text link
    Perakitan kultivar yang tahan terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan Erwinia carotovora dapat dilakukan dengan teknik induksi mutasi. Tujuan penelitian ialah mengetahui pengaruh mutagen etil metan sulfonat (EMS) terhadap Perubahan genetik di antaranya kapasitas regenerasi tanaman anggrek Phalaenopsis pada kultur in vitro dan mengetahui lethal concentration (LC) mutagen EMS pada anggrek hibrida Phalaenopsis. Percobaan ditata dalam rancangan acak lengkap dengan sembilan perlakuan konsentrasi EMS dan diulang tiga kali. Mutagen kimia yang digunakan yaitu EMS dengan konsentrasi 0 ; 0,025 ; 0,050 ; 0,075 ; 0,1; 0,125 ; 0,15 ; 0,175; dan 0,2%. Eksplan berupa meristem aksilar anggrek hibrida Phalaenopsis ditanam pada medium dasar MS+ 2 ml/l BA + 1 ml/l NAA dan diinkubasi pada ruang kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etil metan sulfonat memberi pengaruh pada pertumbuhan meristem hibrida Phalaenopsis dalam membentuk tunas. EMS dengan konsentrasi 0,025 dan 0,05% memberi pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah tunas dan tinggi tunas. LC50 untuk karakter persentase pembentukan tunas ialah 0,112%. Terdapat dua konsentrasi EMS, yaitu 0,025 dan 0,05% yang memberi pengaruh terbaik pada pembentukan tunas hibrida Phalaenopsis. Diperoleh beberapa regeneran mutan potensial dari berbagai perlakukan < 0,15% EMS yang perlu diuji dengan isolat Erwinia carotovora. To improve cultivars resistance to soft rot disease caused by Erwinia carotovora can be done by using mutation induction. The research objective was to determine the effect of EMS mutagent Phalaenopsis hybrid to change the genetic i.e. capacity of plant regeneration in vitro culture and the lethal concentration (LC) of EMS mutagent in Phalaenopsis hybrid. The experiment was arranged in a completely randomized design with nine concentrations of EMS treatment and repeated three times. The mutagent of EMS concentrations used were 0, 0.025; 0.050; 0.075; 0.1; 0.125; 0.15; 0.175; and 0.2%. The meristem axilar as explant was be grown on basic medium MS suplemented with 2 ml/l BA + 1 ml/l NAA and incubated in culture room. The results showed that the influence on growth of EMS meristem Phalaenopsis hybrids. The EMS mutagent with concentration of 0.025 and 0.05% gave better effect to the high number of shoots and buds. LC50 of the percentage of bud formation character was 0.112%. Two EMS concentrations were 0.025 and 0.05% provided the best influence on the formation of shoot Phalaenopsis hybrid. There were many regenerants potential mutant from several EMS treatments < 0.15 % that should be tested by isolate of E. carotovora

    Pengaruh Mutagen Etil Metan Sulfonat Terhadap Regenerasi Tunas Pada Dua Genotip Manggis Asal Purwakarta Dan Pandeglang

    Full text link
    Tanaman manggis termasuk tanaman apomik. Pemuliaan mutasi dapat meningkatkan keragaman genetik pada tanaman manggis. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pembentukan tunas dua genotip manggis akibat perlakuan beberapa konsentrasi etil metan sulfonat (EMS) yang berbeda. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran sejak bulan September 2012 – Februari 2013. Eksplan manggis yang digunakan adalah biji manggis asal Purwakarta (A) dan Pandeglang (B). Percobaan ditata dalam rancangan acak lengkap (RAL). Konsentrasi EMS terdiri atas 0; 0,05; 0,1; 0,15; dan 0,2% digunakan sebagai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regenerasi tunas pada eksplan dua genotip asal Purwakarta dan Pandeglang memiliki respons yang berbeda akibat perlakuan mutagen EMS. Pada perlakuan a3 (genotip asal Purwakarta pada EMS 0,1%) menghasilkan waktu muncul tunas lebih cepat dan jumlah tunas per eksplan paling tinggi, sedangkan perlakuan b4(genotip asal Pandeglang pada perlakuan EMS 0,15%) memiliki nilai paling tinggi pada karakter tinggi tunas. Perlakuan a5(genotip asal Purwakarta pada EMS 0,2 %) merupakan perlakuan paling baik pada karakter jumlah pasang dau
    corecore