40 research outputs found

    THE TRACE OF YASADIPURA II: A SURAKARTA’S POET, THE DEVOTEE OF FIVE KING

    Get PDF
    Yasadipura II (YS II) is one of Surakarta’s poets who became a servant to five kings, namely Paku Buwana (PB) III, IV, V, VI, and VII. During his life of becoming the palace’s poet, YS II had produced literary works that became an integral part of the Renaissance period of Javanese literature. In addition to the works of adaptation and translation, YS II also wrote some original works completed alone or together with his father. YS II was known as a vocal and critical poet in addressing the running of the crippled government. In addition, YS II also wrote extensively about the moral crisis occurred in Surakarta during his lifetime. Although his works are monumental, yet the biography of YS II is not widely known. This is caused by the lack of obtainable data to construct his complete biography. Various reasons are given related to the lack of data about the life and works of YS II. Therefore, this paper tries to reveal in more depth about the figure of YS II, his biography, education, career, and works

    TATA CARA DAN UPACARA SEPUTAR DAUR HIDUP MASYARAKAT JAWA DALAM SERAT TATACARA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tata cara dan upacara daur hidup dalam salah satu teks Jawa klasik yang berjudul Serat Tatacara. Serat Tatacara yang menjadi subjek dalam kajian ini ditulis oleh Ki Padmasusastra dan Nyai Padmasusastra pada tahun 1863-1904 M. Serat Tatacara telah diterbitkan oleh Kangjeng Gupremen di Batawi pada tahun 1907. Teks digubah dalam bentuk prosa sebanyak dua jilid. Jilid pertama terdiri dari 22 bab, 80 halaman. Jilid kedua terdiri dari 18 bab, 105 halaman. Penyajian teks dalam bentuk dialog atau tanya jawab antaranggota keluarga. Pengumpulan data penelitian meliputi pembacaan secara cermat dan langsung terhadap subjek penelitian. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian yang berupa lembar data. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yang berlaku dalam penelitian kepustakaan. Hasil penelitian berupa deskripsi tata cara dan upacara seputar daur hidup yang ditemukan dalam ST. Berdasarkan hasil penelitian, upacara daur hidup dalam ST terbagi dalam tiga fase, yaitu: (1) Prenatal yang berisi uraian mengenai tata cara mengenali tanda-tanda, larangan, dan anjuran selama masa kehamilan, wilujengan pada usia kehamilan satu sampai sembilan bulan, dan tata cara selama proses kelahiran; (2) Pascanatal yang berisi uraian cara memotong dan merawat tali pusar, cara merawat ibu dan bayi sesudah proses kelahiran, serta upacara-upacara seputar pascanatal dari brokohan sampai dengan slametan nyapih; (3) Masa anak-anak dan remaja yang berisi uraian tentang Upacara Tetesan, Pasah, Sukeran, Sunatan, Tingalan, dan tata cara orang tua untuk mencarikan jodoh anaknya. Kata kunci: tata cara dan upacara, daur hidu

    THE TRACE OF YASADIPURA II: A SURAKARTA’S POET, THE DEVOTEE OF FIVE KING

    Get PDF
    Yasadipura II (YS II) is one of Surakarta’s poets who became a servant to five kings, namely Paku Buwana (PB) III, IV, V, VI, and VII. During his life of becoming the palace’s poet, YS II had produced literary works that became an integral part of the Renaissance period of Javanese literature. In addition to the works of adaptation and translation, YS II also wrote some original works completed alone or together with his father. YS II was known as a vocal and critical poet in addressing the running of the crippled government. In addition, YS II also wrote extensively about the moral crisis occurred in Surakarta during his lifetime. Although his works are monumental, yet the biography of YS II is not widely known. This is caused by the lack of obtainable data to construct his complete biography. Various reasons are given related to the lack of data about the life and works of YS II. Therefore, this paper tries to reveal in more depth about the figure of YS II, his biography, education, career, and works

    TATA CARA DAN UPACARA SEPUTAR DAUR HIDUP MASYARAKAT JAWA DALAM SERAT TATACARA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tata cara dan upacara daur hidup dalam salah satu teks Jawa klasik yang berjudul Serat Tatacara. Serat Tatacara yang menjadi subjek dalam kajian ini ditulis oleh Ki Padmasusastra dan Nyai Padmasusastra pada tahun 1863-1904 M. Serat Tatacara telah diterbitkan oleh Kangjeng Gupremen di Batawi pada tahun 1907. Teks digubah dalam bentuk prosa sebanyak dua jilid. Jilid pertama terdiri dari 22 bab, 80 halaman. Jilid kedua terdiri dari 18 bab, 105 halaman. Penyajian teks dalam bentuk dialog atau tanya jawab antaranggota keluarga. Pengumpulan data penelitian meliputi pembacaan secara cermat dan langsung terhadap subjek penelitian. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian yang berupa lembar data. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yang berlaku dalam penelitian kepustakaan. Hasil penelitian berupa deskripsi tata cara dan upacara seputar daur hidup yang ditemukan dalam ST. Berdasarkan hasil penelitian, upacara daur hidup dalam ST terbagi dalam tiga fase, yaitu: (1) Prenatal yang berisi uraian mengenai tata cara mengenali tanda-tanda, larangan, dan anjuran selama masa kehamilan, wilujengan pada usia kehamilan satu sampai sembilan bulan, dan tata cara selama proses kelahiran; (2) Pascanatal yang berisi uraian cara memotong dan merawat tali pusar, cara merawat ibu dan bayi sesudah proses kelahiran, serta upacara-upacara seputar pascanatal dari brokohan sampai dengan slametan nyapih; (3) Masa anak-anak dan remaja yang berisi uraian tentang Upacara Tetesan, Pasah, Sukeran, Sunatan, Tingalan, dan tata cara orang tua untuk mencarikan jodoh anaknya

    CRAKEN SEBAGAI PENGOBATAN TRADISIONAL JAWA UNTUK PENYAKIT BATUK DALAM MANUSKRIPSERAT PRIMBON JAMPI JAWI JILID I KOLEKSI REKSA PUSTAKA SURAKARTA

    Get PDF
    Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mendeskripsikan craken (racikan dan ramuan/resep jamu) sebagai pengobatan tradisional Jawa untuk penyakit batuk dalam manuskrip Jawa. Deskripsi craken (racikan dan ramuan/resep jamu) meliputi tanaman herbal yang bermanfaat untuk pengobatan penyakit batuk dan deskripsi pengobatan tradisional Jawa, meliputi deskripsi penyakit dan pengobatannya. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan filologi modern. Manuskrip Jawa yang digunakan sebagai sumber data penelitian adalah Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I koleksi Reksapustaka MangkunegaranSurakarta. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa craken (racikan/resep jamu) terdiri atas 7 macam craken (racikan dan ramuan/resep jamu) untuk penyakit batuk. Untuk pengobatan tradisional Jawacrakentersebut terdiri atas bahan-bahan jamu yang berupa kayu/kulit kayu, daun, biji, buah, bunga, umbi, dan rimpang serta bahan-bahan lain sebagai pelengkapnya (gula batu, garam, dan air tawar: dingin, panas).Cara pengolahkan jamu ditemukan ada tujuh macam, yaitu: (1) direbus, (2) dibakar,(3) dikerik/dikerok, (4) dituangi air panas, (5) direndam, (6) dijemur, dan (7) dihaluskan/di-pipis.Untuk metode pemberian jamuditemukan ada satu macam, yakni diminumkan

    Menguak Makna Tak Terkatakan:Sebuah Upaya Pemaknaan Simbol Kekuasaan dalam Iluminasi Manuskrip Jawa dalam Iluminasi Manuskrip Jawa Serta Relevansinya dengan Pendidikan Karakter

    Get PDF
    Manuskrip Jawa memuat karya-karya sastra Jawa yang merupakan warisan budaya masa lampau. Manuskrip berisi berbagai segi kehidupan pada masa karya tersebut ditulis. Selain berisi teks, manuskrip juga memuat ragam hias yang sering dikenal dengan istilah iluminasi. Berdasarkan tata ungkap gambar dalam iluminasi, didapatkan konsepsi pesan tersirat berupa simbol-simbol yang memiliki arti. Pesan-pesan tersirat tersebut merupakan ekspresi simbolik dari suatu komunitas masyarakat. Salah satu simbol yang sering ditemukan dalam manuskrip Jawa adalah simbol-simbol yang berkaitan dengan kekuasaan seperti raja, pelindung, dan Tuhan. Simbol-simbol ini tidak hanya semata-mata merupakan simbol kekuasan, tetapi juga merupakan pesan terselubung yang memuat ajaran-ajaran kepemimpinan dan kebijaksanaan. Terkait dengan hal tersebut di atas, makalah ini akan memaparkan lebih lanjut mengenai simbol-simbol kekuasaan pada manuskrip Jawa beriluminasi, koleksi perpustakaan museum Sonobudoyo Yogyakarta dan Balai Bahasa Yogyakarta. Beberapa simbol kekuasaan yang ditemukan antara lain: (1) mahkota, (2) payung emas, (3) naga, (4) istana, (5) simbol raja dan kerajaan misalnya pada lambang kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat, (6) burung merak, (7) burung garuda, (8) umbul-umbul, (9) pagar, (10) gunung, (11) berbagai persenjataan perang, (12) singgasana raja, (13) lampu kandhil, (14) bulan, (15) bintang, dan lain-lain. Simbol- simbol tersebut akan diuraikan secara kontekstual berdasarkan penafsiran teks sebagai konten suatu manuskrip. Berdasarkan pembacaan teks dan analisis, didapatkan hasil bahwa di dalam iluminasi ditemukan karakter-karakter ideal sebagai seorang pemimpin antara lain: jujur, bersifat melindungi, berwibawa, gagah berani, mulia, agung, bersifat sebagai penerang, keluhuran budi, mampu memberi pencerahan, memiliki kesucian hati, mampu mengendalikan hawa nafsu, dan lain-lain

    KONTEKSTUALISASI HISTORIS BABAD PAKEPUNG: UPAYA PENEMPATAN BABAD SEBAGAI SUMBER SEJARAH REPRESENTATIF

    Get PDF
    ABSTRAK Babad merupakan karya sastra yang berupa teks sejarah yang dipadu dengan mitos. Selama ini banyak yang menganggap bahwa babad kurang layak untuk menjadi sumber sejarah karena usur sejarah samar, malahan bias karena para penulis mengungkapkan gagasan mereka menurut tradisi kepengarangan tradisional Jawa, dan bukanya konvensi sejarah. Namun, pada perkembangan selanjutnya, babad mulai dipakai sebagai sumber kajian tentang sejarah masa lalu dan juga masyarakatnya. Secara teoritis dan metodologis, babad memang memiliki kekurangan khususnya bila dikaitkan dengan persoalan penanggalan yang tepat dan terperinci. Terlepas dari semua kelemahan-kelemahannya, sebenarnya babad juga mengandung fakta sejarah. Salah satu babad yang menarik untuk dikaji adalah Babad Pakepung karya Yasadipura II. Babad ini menarik karena ditulis langsung berdasarkan pengalaman penulisnya. Melalui kajian ini penulis berusaha untuk menganalisis representasi Babad Pakepung sebagai sumber sejarah. Berdasarkan analisis didapatkan hasil bahwa Babad Pakepung dapat dijadikan sumber rujukan sejarah yang cukup akurat, walaupun harus dirujuk dengan sumber-sumber sejarah yang lain. Hal ini dikarenakan dalam Babad Pakepung tidak menyebutkan tanggal secara pasti untuk beberapa peristiwa bersejarah. Namun setelah divalidasi dengan sumber yang lain, hari yang disebutkan dalam Babad Pakepung dapat dibuktikan kebenarannya. Babad Pakepung menuliskan fakta-fakta dan rincian-rincian peristiwa secara runtut dan detail. Hal ini merupakan keunggulan babad yang biasanya tidak ditemukan dalam dokumen- dokumen resmi sejarah

    REPRESENTASI SIMBOL-SIMBOL HINDU DALAM ILUMINASI MANUSKRIP JAWA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan representasi simbol-simbol dalam agama Hindu yang digunakan dalam iluminasi manuskrip-manuskrip Jawa, dan (2) menganalisis makna representasi simbol-simbol dalam agama Hindu yang digunakan dalam iluminasi manuskrip- manuskrip Jawa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian filologi dan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian filologi digunakan karena sumber data merupakan manuskrip Jawa. Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan representasi simbol dalam agama Hindu yang digunakan dalam iluminasi naskah-naskah Jawa. Sumber data penelitian ialah 154 iluminasi (wedana renggan) yang terdapat dalam naskah-naskah Jawa koleksi Museum Sonobudoyo dan Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta. Analisis data dilakukan dengan analisis hermeneutik dan heuristik. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Simbol-simbol dalam agama Hindu yang digunakan dalam iluminasi naskah-naskah Jawa antara lain: (a) merak; (b) garuda; (c) naga; (d) trisula; (e) arah mata angin; dan (f) bunga teratai/ padma. (2) Representasi simbol-simbol agama Hindu yang digunakan dalam iluminasi naskah-naskah Jawa ialah: (a) Merakmerepresentasikan tentang keindahan dan karisma yang mampu mengikat hati; (b) Garuda merepresentasikantentang keagungan dan kewibawaan; (c) naga merepresentasikantentang kekuatan yang tak terbatas dan perlindungan; (d) trisula merepresentasikantentang kejayaan dan tiga sifat; (e) arah mata angin menganalogikan tentang penjuru dunia; dan (f) padma merepresentasikantentang kesucian dan kesempurnaan. Simbol-simbol ini relevan dengan ajaran agama Hindu

    Menguak Karakter Manusia Jawa melalui Simbolisasi Makanan Tradisional Jawa dalam Serat Centhini

    Get PDF
    Budaya Jawa merupakan budaya adiluhung dimana segala sesuatu ditafsirkan secara tidak langsung melalui simbol, diantaranya adalah makanan tradisional. Makanan tradisional Jawa selain mempunyai nilai gizi, dibuat dari bahan pilihan, mempunyai cita rasa khas, juga mengandung nilai simbolis yang dapat mencerminkan karakter manusia Jawa itu sendiri. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan nilai simbolik yang berhubungan dengan pembentukan karakter manusia Jawa melalui makanan tradisional dalam Serat Centhini.Data berupa makanan tradisional Jawa yang terdapat pada Serat centhini. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan cara mencari nilai simbolis dari makanan tradisional berdasarkan Jarwa dhosok, ilmu tafsir kata tradisional Jawa yang masih digunakan sampai saat ini. Analisis karakter disesuaikan dengan teori 18 karakter dari Pusat Kurikulum Kemendiknas. Hasil penelitian berupa jenis makanan tradisional yang mengandung nilai simbolis, yaitu nasi golong, nasi punar, nasi tumpeng,tumpeng gundhul, tumpeng robyong, ingkung sega rasulan, urapan/gudhangan, sambel gereh pethek/sambel gepeng, jenang abang, jenang baro-baro, jenang putih, dan jenang sungsum, serta tebu. Karakter yang dapat direfleksikan dari makanan tradisional tersebut adalah nilai religius, toleransi, kerja keras, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan dan nilai tanggung jawab

    IbM PENYELAMATAN MANUSKRIP JAWA KOLEKSI MUSEUM DEWANTARA KIRTI GRIYA DAN PERPUSTAKAAN BALAI BAHASA YOGYAKARTA

    Get PDF
    IbM ini bertujuan untuk: (1) menerapkan teknologi tepat guna untuk mengatasi permasalah kerusakan manuskrip secara fisik dengan digitalisasi dan konservasi manuskrip Jawa, (2) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar mampu mengatasi permasalahan seputar perawatan fisik dan pengkajian manuskrip Jawa, (3) Memperbaiki sistem katalogisasi dan pelayanan, dan (4) Menggunakan teknologi informasi sebagai media penyebarluasan informasi koleksi manuskrip klasik Jawa. PPM IbM ini dilakukan dengan menggandeng dua mitra, yaitu Museum Dewantara Kirti Griya dan Balai Bahasa Yogyakarta. Metode yang diterapkan dalam PPM IbM ini adalah penerapan teknologi tepat guna dan pelatihan-pelatihan. Luaran yang dihasilkan dalam PPM IbM ini berupa fisik dan keterampilan. Luaran fisik berupa manuskrip berbentuk digital beserta katalognya dan katalog buku. Keterampilan dilakukan dalam bentuk pelatihan. Pelatihan itu mencakup pelatihan konservasi, pelatihan penerapan metode filologi, dan penggunaan teknologi informasi. PPM IbM ini dilaksanakan dalam jangka waktu delapan bulan dari Maret sampai dengan Oktober, dengan target manuskrip terdigitalisasi 5000 halaman dengan 100 judul manuskrip. Namun, hasil luarannya adalah manuskrip terdigitalisasi berjumlah 11.658 halaman dengan 156 judul manuskrip (dari Museum Dewantara Kirti Griya 4.894 hlm. dengan 67 judul dan Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta ada 6.764 hlm. dengan 89 judul). Target dan luaran manuskrip terdigitalisasi tersebut terdiri atas fisik manuskrip dan non-fisik manuskrip dalam bentuk katalog buku dan katalog online. Target lainnya adalah meningkatnya kemampuan sumber daya manusia pada kedua mitra, sehingga mampu melakukan upaya preventif, preservasi, konsolidasi, dan restorasi manuskrip klasik Jawa. Selain itu, dua mitra diharapkan mampu melakukan kajian filologi berupa deskripsi, transliterasi, penyuntingan, dan terjemahan terhadap manuskrip-manuskrip klasik Jawa
    corecore