4 research outputs found
A Comparative study of Yarn Dyed Wastewater Using Fenton's Reagent and Ozonation : Removal Efficiency and Economic Analysis
This study makes a comparison between Fenton and Ozonation processes treatment methods to
examine the removal of COD in yarn dyed wastewater with initial concentration of 525 ppm. Results
indicated that the COD degradation efficiency was in order of Fenton > Ozone. In Fenton method, the
ratio of Fe2+/H2O2 used was 1:10, the concentration of H2O2 was 10.2 gram/L. In ozonation, the
ozone concentration used in the study was 5.8% mol, and the agitation was 400 rpm. The effect of
operational parameters including, initial pH and time were studied in both processes. The results
indicated that it was 86.2% COD were removed, when the pH was about 3 using Fenton’s reagent
and 83.06% COD removal in ozonation for one hour experiment. To achieve the standard
requirement for allowable parameters in wastewater to be discharged, there is only 15 minutes
needed for Fenton process to remove COD by 84.8%, while the ozonation needs 30 minutes for 81%
removal. Fenton process is more economic feasible compare to ozonation which is almost one-tenth of
the operation cost for 1 liter of wastewater being process. Though both processes can demonstrate the
high removal efficiency to achieve the allowable COD concentration in the wastewater to be
discharged, Fenton process is favor to ozonation
INOVASI TEKNOLOGI DIGESTER BERTINGKAT UNTUK INSTALASI BIOGAS SKALA KOMERSIAL
Desa Kebon Tunggul terletak di kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur. Monografi desa Kebontunggul merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian
400 m dpl. Desa kebontunggul memiliki luas silayah sebesar 263.215 HA, yang terbagi
menjadi 6 RW dan 12 RT. Dari luas tersebut 168 HA merupakan tanah pertanian padi, 150
HA pertanian palawija, 48 HA pertanian sayuran, 74,6 HA pertanian buah dan 5 HA daerah
perkebunan.
Jumlah penduduk desa Kebontunggul sebanyak 1766 jiwa yang terdiri atas 792 jiwa
laki-laki dan 874 jiwa perempuan. Sebagian besar penduduk desa Kebontunggul memeluk
agama islam yaitu sebanyak 97,1%, sedangkan mata pencaharian penduduknya sebagian
besar bertani dan berternak. Tingkat pendidikan masyarakat desa Kebontunggul adalah
tamatan SD hingga PT, yaitu 202 orang tamatan SD, 121 orang tamatan SMP, 82 orang
tamatan SMA dan 4 orang tamatan akademi/PT.
Sebagian besar pekerjaan warga desa Kebontunggul adalah sebagai petani dan peternak.
Pertanian yang berkembang di desa Kebontunggul adalah pertanian padi, palawija buah dan
sayuran khususnya dari jenis lombok dan tomat. Untuk perkebunan yang dikembangkan
adalah tanaman tebu.
Saat ini jenis ternak yang dibudidayakan oleh warga desa Kebontunggul sebagian besar
dari jenis ternak sapi 550 ekor, kambing 200 ekor, ayam 562 ekor dan Bebek 800 ekor.
Khusus untuk ternak sapi, di desa Kebontunggul ini berkembang program bantuan sapi secara
bergulir yang telah berlangsung selama 4 tahun, dimana setiap orang yang menerima bantuan
sapi berkewajiban memberikan bantuan kepada anggota kelompoknya jika sapi bantuan awal
tersebut telah menghasilkan anak, khususnya untuk anak sapi yang pertama. Secara umum
setiap anggota kelompok peternak sapi ini memiliki 2-6 ekor sapi dari jenis Limousin dan
Metal. Jumlah ternak sapi keseluruhan mencapai berkisar 550 ekor, yang tersebar merata di 4
dusun yaitu dusun Penunggulan, dusun Kudur, dusun Sengon dan dusun Jemanik.
Saat ini telah dikembangkan instalasi biogas skala rumah tangga di beberapa warga
dusun Penunggulan dan Jemanik, desa Kebontunggul, Kecamatan Gondang, Kabupaten
Mojokerto. Kapasitas instalasi tersebut sangat minim dibandingkan dengan jumlah kotoran
ternak yang dihasilkan. Hal tersebut menimbulkan permasalahan yaitu masih banyaknya
jumlah kotoran sapi yang belum termanfaatkan, dan menimbulkan bau menyengat yang tidak
sedap, serta dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan rumah peternakan sekaligus
tetangga. Padahal bila kotoran itu diolah untuk kepentingan lain seperti pembangkit listrik
maupun sumber bahan bakar kompor, akan sangat bernilai ekonomi yang tinggi dan membantu masyarakat. Namun, teknologi digester yang ada sekarang belum mengoptimalkan
proses fermentasi terhadap lumpur kotoran sapi sehingga produksi biogasnya relatif kecil.
Sekarang ini, biogas memang sudah relatif sering diproduksi walaupun dalam jumlah
yang belum banyak. Tapi, belum ada penggunaan biogas secara komersial. Komersial di sini
berarti hasil biogas dari satu sumber peternakan dapat dijual dan digunakan oleh masyarakat
luas. Melihat permasalahan ini, maka dalam program ini ditawarkan solusi dari
permasalahan diatas, yaitu : pembuatan biogas skala komersial, yaitu inovasi teknologi
digester biogas bertingkat, dengan kapasitas penampungan kotoran sapi besar, sehingga
produksi jauh lebih besar dengan ukuran per digester 5200 L (3 buah tandon digester : 2
tandon pengisian dan 1 buah tandon penyempurnaan fermentasi). Keuntungan pembuatan
biogas skala komersial antara lain adalah kapasitas besar sehingga menghasilkan jumlah
biogas yang besar, proses fermentasi lebih sempurna terhadap lumpur.
Pelaksanaan program PKM-T biogas skala komersial ini akan dikolaborasikan dengan
program biogas yang telah dirintis oleh warga desa Kebontunggul, khususnya di dusun
Jemanik. Harapannya, kolaborasi program PKM-T dengan program warga ini akan
mendorong terbentuknya industri biogas yang dikelola oleh warga desa Kebontunggul.
Dari solusi ini diharapkan permasalahan jumlah kotoran ternak yang menumpuk dapat
diminimalkan sekaligus sisa padatan kotoran dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk
pertanian
Study on kinetic parameter in real yarn dyed wastewater treatment using electrocoagulation-ozonation process
Treatment of real yarn dyed wastewater using hybrid electrocoagulation (EC)-ozonation process has been carried
out to solve the non biodegradable wastewater. The work aimed to treat the real yarn dyed wastewater under
different ozone concentration and agitation speed and to estimate the kinetic parameter of ozonation. The
effect of ozone concentration, agitation speed were studied to give the best performance of color and chemical
oxygen demand (COD) removal. The result indicated 38.12% of COD removal and 92.53% of color removal using
EC with Al/Al electrodes for 10 minutes. The effluent was pumped to ozonation process for further COD removal.
The result showed that 1 mg/L ozon was needed to destroy 4.73 mg/L COD. At ozonation process, the COD
removal was 87.4% using 5.8% mol ozone at 400 rpm for 60 minutes. The kinetic parameter was estimated
based on the experimental data. The reaction rate constant was 173.5 cm3/(g sec)
Peran Penting Model Pelatihan Maximizing 15-Minutes (M1ME) Pada Departemen Host Service di Alila Seminyak: Perspektif Manajer
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana implementasi dari Maximizing 15-Minutes (M1ME) Training pada Host Service Department Alila Seminyak dari Perspektif Manager. Data penelitian ini dikumpulkan dari kuesioner, wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang terkumpul dari kuesioner kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 23. Hasilnya menunjukkan bahwa Pelatihan Maximizing 15-Minutes (M1ME) berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi kualitas, persepsi biaya, persepsi volume/produksi, persepsi efisiensi, persepsi kepatuhan, keamanan yang dirasakan, kepuasan karyawan yang dirasakan, kepuasan pelanggan yang dirasakan, respon pelanggan yang dirasakan dan respon pasar di Alila Seminyak