2 research outputs found

    Penataan Sistem Sungai Sengkarang Sebagai Salah Satu Penanganan Rob Kota/ Kabupaten Pekalongan

    Full text link
    Tidal flood which's occured at Pekalongan City/District entered into settlement through a river that empties into the sea, beach and drainage. This condition will be critical when at the same time the highest tides and great flood. Tidal flood is predicted to increase due to rising sea levels ranged from 4,46 to 4,60 mm/year and there's land subsidence about 3 cm/year. Tidal flood which's enter into settlements with the river one of them occurred at Sengkarang river system (Sengkarang river, Meduri river and Bremi river). The occurrence of runoff in rivers such as the capacity of the river current is smaller than the existing discharge. To overcome this, the rivers will be evaluated its capacity to discharge plans return period of 25 years (Q25) which is accompanied by tidal conditions. Analysis is needed to evaluate the capacity of the river including hydrological, tidal and hydraulic analysis. Hydrological analysis is used to calculate the flood discharge plan with the HSS Gama 1 method. Tidal analysis is used to determine the height of the sea surface elevation. Hydraulic analysis is used to calculate the capacity and dimensions of the river using HEC-RAS 4.1 software. HEC-RAS simulation performed with two scenarios. The first scenario is the merge of the downstream of Meduri river and Bremi river with Sengkarang river. The second scenario is the separate of the downstream of Meduri river and Bremi river with Sengkarang river. Results from HEC-RAS simulation with discharge plans Q25 and tidal conditions/HHWL for existing cross-section of the river showed that hydraulically separated model is more profitable than merge model because the water level in separated scenario is lower than the merge scenario and estimated from sedimentation will better because its estuary has been separated

    Karakteristik Edible Film Hasil Kombinasi Pati Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) dan Pati Jagung (Amilum Maydis)

    Full text link
    Edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi makanan (coating), dan berfungsi sebagai pembawa bahan tambahan pangan. Penggunaan pati bijialpukat dalam pembuatan edible film memberi nilai tambah pada limbah biji alpukat. pati biji alpukat terdapat kandungan amilosa sebanyak 43,3 %, sedangkan pati jagung digunakan karena sifat higroskopisnya dan mengandung amilosa 27%.Tujuan dari penelitian ini mengetahui karakteristik edible film dari pati biji alpukat dan pati jagung dan menentukan hasil perlakuan terbaik dengan metode CPI (Composite Performance Index) terhadap produk edible film menggunakan bahan dasar pati biji alpukat dan pati jagung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali, sehingga total ada 36 unit perlakuan, perlakuan penelitian ini mengkombinasikan pati biji alpukat (Y) sebanyak 4 perlakuan yaitu 10, 20, 30, dan 40% dari pati jagung (X) yang di kombinasikan 4, 6, dan 8 gram. Parameter penelitian meliputi uji ketebalan, uji kuat tarik dan uji elongasi. Hasil Penelitian menunjukan karakteristik fisik Edible film pada penggunaan pati jagung (4 gr, 6 gr dan 8 gr) dan pati biji alpukat (10%, 20%, 30%, dan 40%) menghasilkan ketebalan 0,114 – 0,125 mm, kuat tarik 772,860 – 1018,233 N/cm2, dan elongasi 9,032 – 11,476%. Hasil pemilihan perlakuan terbaik menggunakan CPI didapatkan bahwa perlakuan jagung 8 gr + pati biji alpukat 2,4 gr menjadi perlakuan terbaik dengan nilai ketebalan 74,19 mm, kuat tarik 223,25 N/cm2 dan elongasi 513,75 %
    corecore