28 research outputs found

    PENURUNAN KEKERUHAN AIR BAKU PDAM GUNUNG POTENG SINGKAWANG DENGAN MENGGUNAKAN KOAGULAN TAWAS DAN PAC

    Get PDF
    ABSTRAKPengolahan air baku di PDAM Gunung Poteng Singkawang menggunakan proses pengolahan konvensional lengkap. Koagulan yang digunakan adalah tawas. Hasil pengolahan air baku masih belum konsisten. Pengolahan air baku pada tahun 2015 menghasilkan kekeruhan antara 0,2 NTU sampai 9,2 NTU. Upaya perbaikan untuk masalah di PDAM Gunung Poteng Singkawang adalah dengan mencampurkan koagulan tawas dan PAC yang diharapkan dapat mengurangi kekeruhan dari hasil pengolahan air baku. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: Menganalisis efektifitas penurunan kadar kekeruhan dengan pencampuran koagulan tawas dan PAC untuk memperbaiki tingkat kekeruhan air baku di PDAM Gunung Poteng Singkawang sesuai baku mutu dan menganalisis perbandingan dosis pencampuran koagulan tawas dan PAC yang optimum terhadap tingkat kekeruhan di PDAM Gunung Poteng Singkawang. Pengujian yaitu dengan mengadakan eksperimen pengolahan air baku menggunakan koagulan Tawas dan PAC yang dilakukan dengan menggunakan metode Jar Test. Percobaan dilanjutkan dengan pemeriksaan kualitas air yang meliputi kekeruhan dan pH yang akan dilakukan sebelum dan setelah jar test. Variasi larutan Tawas dan PAC dengan perbandingan 1:0, 1:1, 1:2, 2:1, 1:3, 3:1 dan 0:1. Hasil dari penelitian didapat bahwa dosis 1:0 dan 0:1 menghasilkan kekeruhan yang buruk daripada perbandingan dosis lainya. Pengkondisian kekeruhan dari data sekunder kualitas air baku PDAM Gunung Poteng Singkawang tahun 2015 didapat kekeruhan 116 NTU untuk kekeruhan tertinggi dan 9,6 NTU untuk kekeruhan terendah. Pengujian penegasan dilakukan dengan kondisi kekeruhan sebenarnya di lapangan didapat kekeruhan 22,42 NTU. Perbandingan yang efektif untuk kondisi kekeruhan 116 NTU adalah 1:2 dengan efektivitas penurunan kekeruhan mencapai 98,9 % dan kondisi kekeruhan 9,6 NTU adalah 1:3 dengan efektivitas penurunan kekeruhan 93,5 %. Hasil uji penegasan menghasilkan perbandingan efektif dengan kondisi kekeruhan 22,42 NTU (kekeruhan air baku bulan September tahun 2016) adalah 1:2  dengan efektivitas penurunan kekeruhan 96,3 %. Penggunaan perbandingan dosis pencampuran koagulan dapat menunjukkan bahwa pada kondisi kekeruhan kurang dari 10 NTU sampai 20 NTU dapat menggunakan perbandingan dosis 1:3. Kekeruhan pada nilai 21 NTU sampai 116 NTU dapat menggunakan dosis pencampuran 1:2.Kata Kunci : Kekeruhan, air baku, koagulan, tawas, PA

    DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR TOTAL COLIFORM (T.COLI) DI HILIR SUNGAI TEBERAU

    Get PDF
    ABSTRAKSungai Teberau merupakan anak Sungai Sambas Kecil. Jenis sumber pencemar di hilir Sungai Teberau yaitu pemukiman. Pemukiman yang tepat berada di sungai dapat mengakibatkan pencemaran sungai yaitu penambahan bakteri Total Coliform (T.Coli). Salah satu upaya pengendalian yaitu melakukan inventarisasi beban pencemar dengan menghitung jumlah beban pencemar yang diperbolehkan masuk ke dalam sungai. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi, menghitung beban pencemar sungai, meghitung daya tampung beban pencemar T.Colimenggunakan metode Neraca Masa dan faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya E.Coli ke dalam sungai. Inventarisasi sumber pencemar diketahui bahwa jumlah penduduk di hilir Sungai Teberau yaitu sebanyak 1.849 jiwa. Beban pencemar total coliform di hilir Sungai Teberau yaitu 455.817 jumlah/hari. Sedangkan daya tampung beban pencemar Total Coliform yaitu 11.113.143 jumlah/hari. Hal ini menunjukkan Sungai Teberau masih memiliki daya tampung beban pencemar Total Coliform. Faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya bakteri E.Coli ke sungai yaitu pemukiman yang berada di tepian sungai serta jarak keberadaan jamban dan septic tank yang tidak sesuai dengan peraturan yaitu < 10 meter. Kata Kunci: Beban Pencemar, Escherichia Coli, Sungai Tebera

    Studi Evaluasi Dan Perencanaan Eksisting Kinerja Proses Pengolahan Air Minum Instalasi Pengolahan Air Arang Limbung Perumda Air Minum Tirta Raya Kabupaten Kubu Raya

    Get PDF
    Lokasi penelitian berada di IPA 3 Perumda Arang Limbung, Desa Arang Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Memiliki kapasitas 120 L/detik serta unit pengolahan pengolahan lengkap. Air baku menggunkan  air Sungai Kapuas dan hasil pengamatan didapatkan kerak dan lumut menempel di dinding bak yang bisa mempengaruhi kualitas dan kuantitas air. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas air baku dan air hasil olahan IPA 3 Arang Limbung apakah sesuai standar baku mutu serta memberikan rekomendasi optimalisasi IPA pada unit proses. Tahapan penelitian meliputi analisa kualitas air baku, evaluasi kondisi eksisting instalasi dan optimalisasi kinerja unit operasi dan proses pengolahan instalasi, analisa kualitas air produksi dan hasil optimalisasi unit instalasi. Kualitas air baku tidak sesuai baku mutu air kelas I PP RI No. 22 Tahun 2021 yaitu kekeruhan 42,237 NTU, warna 323,333. Kualitas air minum tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu warna 125 Pt.Co, dan pH 4,56. Upaya optimalisasi IPA 3 Arang Limbung yaitu, dilakukan penentuan dosis koagulan dengan percobaan jartest, mendesain ulang beberapa unit operasi instalasi antara lain, bak flokulasi yaitu P = 5 m, T = 5 m, bak sedimentasi P = 14 m, L = 6 m, bak filtrasi P = 8 m, L = 4 m, H = 5,5 m, dan menambah satu unit bak reservoir. Diharapkan dengan dilakukannya evaluasi pada IPA 3 Arang Limbung hasil air olahan sesuai dengan baku mutu Permenkes No.492 Tahun 2010 dan perencanaan unit instalasi pengolahan sesuai dengan SNI 6774-2008

    HUBUNGAN SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT) TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT KOTA PONTIANAK

    Get PDF
    Kebakaran hutan yang terjadi pada saat musim kemarau terutama di Kota Pontianak yang memicu terjadinya titik panas (hotspot). Titik panas (hotspot) adalah sumber utama terbentuknya asap yang merupakan sumber pencemaran yang mengandung partikulat yang apabila terhirup dalam konsentrasi tinggi akan menganggu pernapasan. Penelitian ini di lakukan untuk melihat titik panas (hotspot) karena kebakaran hutan atau lahan di kota Pontianak menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menganalisis pergerakan perubahan titik panas (hostpot) dari tahun 2019 periode bulan Juli – September dan melakukan pemetaan. Metode analisis data menggunakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia NO P.8/ ME NLHK/ SETJEN/ KUM.1 / 3/ 2018 Tentang Prosedur Tetap Pengecekan Lapangan Informasi Titik Panas Dan/Atau Informasi Kebakaran Hutan dan Lahan. Hasil penelitian menunjukkan selama periode sebaran titik panas (hotspot) pada bulan Juli total 136 titik, bulan Agustus total 1.738 titik, bulan September 5.165 titik dengan total jumlah titik panas (hotspot) sebanyak 7.039 titik. Pengaruh titik panas (hotspot) menunjukan dampak pada kesehatan masyarakat Kota Pontianak yang dimana data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak penderita pasien ISPA pada bulan Juli 2.700 orang, bulan Agustus 4.044 orang, bulan September 5.046 orang dengan total 11.790 pasien ISPA. Sedangkan data dari seluruh Puskesmas Kota Pontianak penderita pasien ISPA pada bulan Juli 4.542 orang, bulan Agustus 5.225 orang, bulan September 6.141 orang dengan total 15.908 pasien ISPA

    Evaluasi dan Optimalisasi Kinerja IPA VI Selat Panjang Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa Pontianak

    Get PDF
    The capacity of IPA VI Selat Panjang is 200 L/second but it does not run properly due to the influenfec of peat water. This study aims to determine the quality of raw and production water and the performance of each treatment unit as well as to evaluate and optimize the processing capacity of the IPA VI Selat Panjang. The data were collected in 2020. Here, raw water and production water quality were analysed to evaluate the performance of IPA. Results revealed that, the average of water quality for three days of analysing is out of the standard calss I based on PP No. 22 Tahun 2021 with the value of turbidity 57.32 NTU, pH 6.74, and color 552.4 Pt.Co. According to Permenkes 492 Tahun 2010, the quality of drinking water is below the standard, the color standard is 31.13 Pt.Co. The optimization process of IPA VI by recounting volumetric dose, rearranging the IIB compartment, adding a tube settler to the sedimentation tank, planning the depth of the filter and buffer media, adding 2 filtration tanks, determining the lime dose for the raw and production water. Keywords: IPA, Evaluationi, Optimization, Processing Capacity.A B S T R A KKapasitas dari IPA VI Selat Panjang adalah 200 L/detik tetapi IPA tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dikarenakan pengaruh dari air gambut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air baku dan air produksi dan mengetahui kinerja masing-masing unit pengolahan, serta untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan kapasitas pengolahan IPA VI Selat Panjang. Hasil penelitian menujukkan bahwa rata-rata kualitas air baku untuk tiga hari penelitian tidak memenuhi baku mutu air kelas I berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 dengan nilai kekeruhan 57,32 NTU, pH 6,74, dan warna 552,4 Pt.Co. Menurut Permenkes 492 Tahun 2010, kualitas air minum berada di bawah baku mutu yaitu standar warna 31,13 Pt.Co. Proses optimasi IPA VI dengan menghitung kembali dosis volumetrik, menata kembali kompartemen IIB, menambah tabung pengendapan pada tangki sedimentasi, merencanakan kedalaman media filter dan buffer, menambah 2 tangki filtrasi, menentukan dosis kapur untuk air baku dan air produksi. Kata Kunci: IPA, Evaluasi, Optimasi, Kapasitas Pengolahan
    corecore