18 research outputs found

    Analisis Wacana Kritis Theo van Leeuwen dalam Pemberitaan Mengenai Isu Rasisme Terhadap Boyband Korea BTS (Beyond The Scene) pada Media Pemberitaan Daring Kompas, Kumparan dan Republika

    Get PDF
    This study aims to describe the forms of exclusion from the issue of racism in reporting on the Korean boyband BTS (Beyond The Scene) in Kompas, Kumparan, and Republika Indonesian online news media using Theo van Leeuwen's Critical Discourse Analysis approach. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. The data sources in this study were obtained directly from several news stories in Kompas, Kumparan, and Republika Indonesian online news media. The results of this study indicate that there are 10 exclusion data in the passivation form, and there are no forms of nominalization and substitution of clauses. Through an exclusion analysis of the three online news media, a common view was found on the issue of racism experienced by BTS. The three media do not support the acts of racism experienced by BTS, this is shown by how the three media report on individuals or social groups outside of BTS, by framing and marginalizing, even though these social actors are not shown.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk eksklusi terhadap isu rasisme pemberitaan boyband Korea BTS (Beyond The Scene) pada media pemberitaan daring Indonesia Kompas, Kumparan, dan Republika menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis milik Theo van Leeuwen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data yang ada di dalam penelitian ini penulis peroleh langsung dari beberapa berita dalam media-media pemberitaan daring Indonesia Kompas, Kumparan, dan Republika. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat sebanyak 10 data eksklusi dalam bentuk pasivasi, serta tidak ada bentuk nominalisasi dan bentuk penggantian anak kalimat. Melalui analisis eksklusi terhadap ketiga media pemberitaan daring tersebut, ditemukanlah pandangan yang sama terhadap isu rasisme yang dialami oleh BTS. Ketiga media tersebut tidak mendukung tindakan rasisme yang dialami oleh BTS, hal tersebut ditunjukkan melalui bagaimana ketiga media tersebut dalam memberitakan individu atau kelompok sosial di luar BTS, dengan cara memberikan framing dan melakukan pemarginalan, meski aktor sosial tersebut tidak ditampilkan.This study aims to describe the forms of exclusion from the issue of racism in reporting on the Korean boyband BTS (Beyond The Scene) in Kompas, Kumparan, and Republika Indonesian online news media using Theo van Leeuwen's Critical Discourse Analysis approach. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. The data sources in this study were obtained directly from several news stories in Kompas, Kumparan, and Republika Indonesian online news media. The results of this study indicate that there are 10 exclusion data in the passivation form, and there are no forms of nominalization and substitution of clauses. Through an exclusion analysis of the three online news media, a common view was found on the issue of racism experienced by BTS. The three media do not support the acts of racism experienced by BTS, this is shown by how the three media report on individuals or social groups outside of BTS, by framing and marginalizing, even though these social actors are not shown.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk eksklusi terhadap isu rasisme pemberitaan boyband Korea BTS (Beyond The Scene) pada media pemberitaan daring Indonesia Kompas, Kumparan, dan Republika menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis milik Theo van Leeuwen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data yang ada di dalam penelitian ini penulis peroleh langsung dari beberapa berita dalam media-media pemberitaan daring Indonesia Kompas, Kumparan, dan Republika. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat sebanyak 10 data eksklusi dalam bentuk pasivasi, serta tidak ada bentuk nominalisasi dan bentuk penggantian anak kalimat. Melalui analisis eksklusi terhadap ketiga media pemberitaan daring tersebut, ditemukanlah pandangan yang sama terhadap isu rasisme yang dialami oleh BTS. Ketiga media tersebut tidak mendukung tindakan rasisme yang dialami oleh BTS, hal tersebut ditunjukkan melalui bagaimana ketiga media tersebut dalam memberitakan individu atau kelompok sosial di luar BTS, dengan cara memberikan framing dan melakukan pemarginalan, meski aktor sosial tersebut tidak ditampilkan

    Nominalisasi pada Film Dokumenter The Bird Dancer Karya Elemental Production: Kajian Analisis Wacana Kritis Theo Van Leeuwen

    Get PDF
    This study aims to describe the process of nominalization in the film The Bird Dancer. The data used in this research is the dialog text of the documentary film The Bird Dancer by Elemental Production obtained from the transcription results. The method used is descriptive qualitative. By using Theo Van Leeuwen's Critical Discourse Analysis approach. The results of the study found that Elemental uses a nominalization process to eliminate social actors in the dialogue text of The Bird Dancer film with the form of nominalization changing 6 data namely: suffering, improvement, treatment, treatment, care, and feelings. From the omission of social actors in the film, the audience who watches cannot know which actor is responsible for the events in the text. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses nominalisasi dalam film The Bird Dancer. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks dialog film dokumenter The Bird Dancer karya Elemental Production yang diperoleh dari hasil transkripsi. Metode yang digunakan adalah deksriptif kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis Theo Van Leeuwen. Hasil penelitian ditemukan bahwa Elemental menggunakan proses nominalisasi dalam menghilangkan aktor sosial di teks dialog film The Bird Dancer dengan bentuk nominalisasi beruba 6 data yakni: penderitaan, perbaikan, penghinaan, pengobatan, perawatan dan perasaan. Dari penghilangan aktor sosial dalam film, khalayak yang menonton tidak dapat mengetahui siapa aktor yang bertanggung jawab terhadap peristiwa-peristiwa dalam teks pembicaraan.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses nominalisasi dalam film The Bird Dancer. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks dialog film dokumenter The Bird Dancer karya Elemental Production yang diperoleh dari hasil transkripsi. Metode yang digunakan adalah deksriptif kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis Theo Van Leeuwen. Hasil penelitian ditemukan bahwa Elemental menggunakan proses nominalisasi dalam menghilangkan aktor sosial di teks dialog film The Bird Dancer dengan bentuk nominalisasi beruba 6 data yakni: penderitaan, perbaikan, penghinaan, pengobatan, perawatan dan perasaan. Dari penghilangan aktor sosial dalam film, khalayak yang menonton tidak dapat mengetahui siapa aktor yang bertanggung jawab terhadap peristiwa-peristiwa dalam teks pembicaraan

    Social protest style in the novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam by Dian Purnomo: stylistic studies

    Get PDF
    This study aims to examine and describe Dian Purnomo's authorship style in the novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam  (PMBH) based on symbols of sexual violence against women. The use of diction, sentence style, and imagery is examined using stylistic analysis. The results of this study indicate that there are three stylistic forms, namely diction, sentence style, and imagery. Based on the results of this study, it is stated that Dian Purnomo's authorship style in the PMBH novel is in the style of Proletarian Fiction (Social Protest Fiction). Dian Purnomo, through this novel, reveals the reality that is happening in the Sumba community regarding the Marriage Catch tradition. In this tradition, many women are victims of sexual violence and hatred. Dian Purnomo prohibits protests customary rules and rulers

    Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki pada Pemberitaan Konflik Indonesia-West Papua di Portal Detik.com dan Asia Pacific Report.nz

    Get PDF
    This study aims to determine the framing pattern of news on the Indonesia-West Papua conflict by Detik.com and Asia Pacific Report.nz through the Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki framing analysis model.  This research was conducted using a descriptive qualitative approach.  Where the data in this study are words, phrases, and sentences originating from news discourse on the December 2022 Indonesia-West Papua conflict with two sub-topics regarding the commemoration of West Papua's independence day on December 1 and the re-investigation of the 2014 Paniai case.  The results of this study are based on Pan and Kosicki's four structural framing analysis tools related to reporting on the Indonesia-West Papua conflict for the December 2021 period in the online media Detik.com and Asia Pacific Report.nz.  In the syntactic structure, Detik.com was found to only take statements from figures related to the Indonesian government without taking statements from West Papua.  While Asia Pacific Report.nz, although taking statements from various groups, statements from Indonesian figures were chosen according to the news topics that Asia Pacific Report.nz wanted to raise.  In the script structure, the two media were found to have omitted several elements from the 5W+1H elements.  In the thematic structure, in writing their own statements, the two media also included quotes from sources to strengthen their statements.  In the rhetorical structure, Detik.com only uses photos and video clips that are placed after the headlines in the news.  Meanwhile, Asia Pacific Report.nz uses a lot of words, idioms, pictures and video footage in its news.  From the research results, it was concluded that the headlines and leads from Detik.com and Asia Pacific Report.nz have been able to describe the entire contents of the news.  Both Detik.com and Asia Pacific Report.nz have their own tendencies.  Detik.com is implicitly in favor of Indonesia while the Asia Pacific Report is expressly in favor of West Papua.  Furthermore, the two media were found not to fulfill the element of completeness of the news.  Then, the two media were found to be sufficiently good at describing the news.  Finally, in using words and images Asia Pacific Report.nz is sharper than Detik.com.  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembingkaian berita konflik Indonesia-West Papua yang dilakukan Detik.com dan Asia Pacific Report.nz melalui model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Dimana data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang berasal dari wacana berita konflik Indonesia-West Papua periode Desember 2022 dengan dua sub-topik mengenai peringatan hari kemerdekaan West Papua 1 Desember dan penyelidikan kembali kasus Paniai 2014 lalu. Hasil penelitian ini berdasarkan empat perangkat struktural analisis framing Pan dan Kosicki terkait pemberitaan konflik Indonesia-west Papua periode bulan Desember 2021 di media online Detik.com dan Asia Pacific Report.nz. Pada struktur sintaksis, Detik.com ditemukan hanya mengambil pernyataan dari tokoh-tokoh terkait pemerintahan Indonesia tanpa mengambil pernyataan dari pihak west Papua. Sementara Asia Pacific Report.nz walaupun mengambil pernyataan dari berbagai golongan, pernyataan dari tokoh-tokoh Indonesia dipilih sesuai dengan topik berita yang ingin diangkat Asia Pacific Report.nz. Pada struktur skrip, kedua media tersebut ditemukan telah menghilangkan beberapa unsur dari unsur 5W+1H. Pada struktur tematik, dalam penulisan pernyataan sendiri kedua media juga mencantumkan kutipan pernyataan narasumber untuk memperkuat pernyataannya. Pada struktur retoris, Detik.com hanya menggunakan foto dan cuplikan video yang diletakkan setelah headline dalam beritanya. Sementara Asia Pacific Report.nz banyak menggunakan kata, idiom, gambar dan cuplikan video dalam beritanya. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa headline dan lead dari Detik.com dan Asia Pacific Report.nz sudah dapat menggambarkan keseluruhan isi beritanya. Baik itu Detik.com maupun Asia Pacific Report.nz memiliki kecenderungan masing-masing. Detik.com secara tersirat lebih berpihak pada Indonesia sementara Asia Pacific Report secara tersurat berpihak pada West Papua. Selanjutnya, kedua media ditemukan tidak memenuhi unsur kelengkapan berita. Kemudian, kedua media ditemukan cukup dapat mendeskripsikan dengan baik beritanya. Terakhir, dalam menggunakan kata dan gambar Asia Pacific Report.nz lebih tajam dibandingkan dengan Detik.com.This study aims to determine the framing pattern of news on the Indonesia-West Papua conflict by Detik.com and Asia Pacific Report.nz through the Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki framing analysis model.  This research was conducted using a descriptive qualitative approach.  Where the data in this study are words, phrases, and sentences originating from news discourse on the December 2022 Indonesia-West Papua conflict with two sub-topics regarding the commemoration of West Papua's independence day on December 1 and the re-investigation of the 2014 Paniai case.  The results of this study are based on Pan and Kosicki's four structural framing analysis tools related to reporting on the Indonesia-West Papua conflict for the December 2021 period in the online media Detik.com and Asia Pacific Report.nz.  In the syntactic structure, Detik.com was found to only take statements from figures related to the Indonesian government without taking statements from West Papua.  While Asia Pacific Report.nz, although taking statements from various groups, statements from Indonesian figures were chosen according to the news topics that Asia Pacific Report.nz wanted to raise.  In the script structure, the two media were found to have omitted several elements from the 5W+1H elements.  In the thematic structure, in writing their own statements, the two media also included quotes from sources to strengthen their statements.  In the rhetorical structure, Detik.com only uses photos and video clips that are placed after the headlines in the news.  Meanwhile, Asia Pacific Report.nz uses a lot of words, idioms, pictures and video footage in its news.  From the research results, it was concluded that the headlines and leads from Detik.com and Asia Pacific Report.nz have been able to describe the entire contents of the news.  Both Detik.com and Asia Pacific Report.nz have their own tendencies.  Detik.com is implicitly in favor of Indonesia while the Asia Pacific Report is expressly in favor of West Papua.  Furthermore, the two media were found not to fulfill the element of completeness of the news.  Then, the two media were found to be sufficiently good at describing the news.  Finally, in using words and images Asia Pacific Report.nz is sharper than Detik.com.  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembingkaian berita konflik Indonesia-West Papua yang dilakukan Detik.com dan Asia Pacific Report.nz melalui model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Dimana data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang berasal dari wacana berita konflik Indonesia-West Papua periode Desember 2022 dengan dua sub-topik mengenai peringatan hari kemerdekaan West Papua 1 Desember dan penyelidikan kembali kasus Paniai 2014 lalu. Hasil penelitian ini berdasarkan empat perangkat struktural analisis framing Pan dan Kosicki terkait pemberitaan konflik Indonesia-west Papua periode bulan Desember 2021 di media online Detik.com dan Asia Pacific Report.nz. Pada struktur sintaksis, Detik.com ditemukan hanya mengambil pernyataan dari tokoh-tokoh terkait pemerintahan Indonesia tanpa mengambil pernyataan dari pihak west Papua. Sementara Asia Pacific Report.nz walaupun mengambil pernyataan dari berbagai golongan, pernyataan dari tokoh-tokoh Indonesia dipilih sesuai dengan topik berita yang ingin diangkat Asia Pacific Report.nz. Pada struktur skrip, kedua media tersebut ditemukan telah menghilangkan beberapa unsur dari unsur 5W+1H. Pada struktur tematik, dalam penulisan pernyataan sendiri kedua media juga mencantumkan kutipan pernyataan narasumber untuk memperkuat pernyataannya. Pada struktur retoris, Detik.com hanya menggunakan foto dan cuplikan video yang diletakkan setelah headline dalam beritanya. Sementara Asia Pacific Report.nz banyak menggunakan kata, idiom, gambar dan cuplikan video dalam beritanya. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa headline dan lead dari Detik.com dan Asia Pacific Report.nz sudah dapat menggambarkan keseluruhan isi beritanya. Baik itu Detik.com maupun Asia Pacific Report.nz memiliki kecenderungan masing-masing. Detik.com secara tersirat lebih berpihak pada Indonesia sementara Asia Pacific Report secara tersurat berpihak pada West Papua. Selanjutnya, kedua media ditemukan tidak memenuhi unsur kelengkapan berita. Kemudian, kedua media ditemukan cukup dapat mendeskripsikan dengan baik beritanya. Terakhir, dalam menggunakan kata dan gambar Asia Pacific Report.nz lebih tajam dibandingkan dengan Detik.com

    Analisis Deviasi Linguistik pada Acara Komedi “Lapor Pak!” di Trans TV

    Get PDF
    Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan deviasi linguistik yang ada pada acara komedi Lapor Pak! Trans7. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Sumber data utama pada penelitian ini adalah tuturan pada acara komedi Lapor Pak! di Trans7 pada tanggal 4 Maret 2022 dengan judul “Kasus investasi bodong” durasi 44 menit 10 detik, 10 Maret 2022 dengan judul “Sistem keamanan kantor lapor pak diretas” durasi 44 menit 3 detik, 16 Maret 2022 dengan judul “Komandan beri target menyelesaikan kasus” durasi 44 menit 8 detik, 18 Maret 2022 dengan judul “Hasil medical check up pasukin, Kok penyakitan?” durasi 41 menit 37 detik, dan 31 Maret 2022 dengan judul “Pasukin dimarahin komandan gara-gara ada ojol menerobos parade MotoGP” durasi 40 menit 42 detik yang ditayangkan pada Youtube Trans7. Data dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan yang diklasifikasikan berdasarakan unsur-unsur deviasi linguistik yang ada pada acara komedi Lapor Pak! Trans7. Hasil penelitian menunjukan bahwa deviasi linguistik yang ada pada acara komedi Lapor Pak! di Trans 7, sejumlah 52 data deviasi lingusitik. Data tersebut terdiri dari 44 data deviasi fonologi, 3 data deviasi morfologi terkait permasalahan afiks, dan 5 data deviasi semantik. Abstract This study aims to describe the linguistic deviations that exist in the comedy show Lapor Pak! trans7. This research uses a descriptive method. Data collection uses the technique of observing and noting. The main data source in this study is the utterances on the comedy show Lapor Pak! on Trans7 on March 4 2022 with the title "The case of fraudulent investment" duration 44 minutes 10 seconds, March 10 2022 with the title "The security system of the report office has been hacked" duration 44 minutes 3 seconds, March 16 2022 with the title "Commander gives a target to resolve the case ” duration of 44 minutes 8 seconds, March 18 2022 with the title “Results of the medical check-up of the paramedics, why are you sick?” duration of 41 minutes 37 seconds, and 31 March 2022 with the title "Pasukin was scolded by the commander because an ojol broke through the MotoGP parade" with a duration of 40 minutes 42 seconds which was broadcast on Youtube Trans7. The data in this study were obtained from utterances that were classified based on the elements of linguistic deviation in the comedy show Lapor Pak! trans7. The results of the study show that there is a linguistic deviation in the comedy show Lapor Pak! in Trans 7, a total of 52 linguistic deviation data. The data consists of 44 phonological deviation data, 3 morphological deviation data related to affix problems, and 5 semantic deviation data

    Register pada Jual Beli Thrift Shop di Instagram dan Tiktok: Kajian Sosiolinguistik

    Get PDF
    This study aims to describe the form of registration for buying and selling thrift shops on Instagram and TikTok using Halliday's theory. The main data sources in this study are 10 thrift shop accounts on Instagram during the 2021-2022 period and 1 TikTok account that is broadcasting live with a duration of ± 1 hour. The research data was obtained from screenshots of uploads on Instagram containing captions and comments. In addition, data is obtained through the transcription of recordings of live buying and selling activities or live broadcasts on TikTok. The conclusions from this study indicate that the dominant use of registers in buying and selling thrift shops on Instagram and Tiktok is found to be open envelope registers. Furthermore, it was found data on the use of registers that underwent word formation processes in the form of clipping or shortening of words, acronyms, abbreviations, code mixing, greetings, compounding or combining words, inflections, and derivations. And the process of forming abbreviations or abbreviations and compounding or combining words is the data most used by users as sellers or buyers.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk register pada jual beli thrift shop di instagram dan tiktok menggunakan teori Halliday. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah 10 akun thrift shop di Instagram selama periode tahun 2021-2022 dan 1 akun tiktok yang sedang melakukan siaran langsung dengan durasi ±1jam. Data penelitian diperoleh dari hasil tangkap layar unggahan di instagram berisi caption dan komentar. Selain itu data didapatkan melalui hasil transkripsi rekaman aktivitas jual beli secara live atau siaran langsung di tiktok. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan register pada jual beli thrift shop di instagram dan tiktok yang dominan ditemukan adalah register selingkung terbuka. Selanjutnya ditemukan data penggunaan register yang mengalami proses pembentukan kata berupa clipping atau pemendekatan kata, akronim, abbrevation atau singkatan, campur kode, sapaan, compounding atau penggabungan kata, infleksi, dan derivasi. Dan proses pembentukan kata abbrevation atau singkatan dan compounding atau penggabungan kata merupakan data yang paling banyak digunakan oleh pengguna sebagai penjual ataupun pembeli.This study aims to describe the form of registration for buying and selling thrift shops on Instagram and TikTok using Halliday's theory. The main data sources in this study are 10 thrift shop accounts on Instagram during the 2021-2022 period and 1 TikTok account that is broadcasting live with a duration of ± 1 hour. The research data was obtained from screenshots of uploads on Instagram containing captions and comments. In addition, data is obtained through the transcription of recordings of live buying and selling activities or live broadcasts on TikTok. The conclusions from this study indicate that the dominant use of registers in buying and selling thrift shops on Instagram and Tiktok is found to be open envelope registers. Furthermore, it was found data on the use of registers that underwent word formation processes in the form of clipping or shortening of words, acronyms, abbreviations, code mixing, greetings, compounding or combining words, inflections, and derivations. And the process of forming abbreviations or abbreviations and compounding or combining words is the data most used by users as sellers or buyers.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk register pada jual beli thrift shop di instagram dan tiktok menggunakan teori Halliday. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah 10 akun thrift shop di Instagram selama periode tahun 2021-2022 dan 1 akun tiktok yang sedang melakukan siaran langsung dengan durasi ±1jam. Data penelitian diperoleh dari hasil tangkap layar unggahan di instagram berisi caption dan komentar. Selain itu data didapatkan melalui hasil transkripsi rekaman aktivitas jual beli secara live atau siaran langsung di tiktok. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan register pada jual beli thrift shop di instagram dan tiktok yang dominan ditemukan adalah register selingkung terbuka. Selanjutnya ditemukan data penggunaan register yang mengalami proses pembentukan kata berupa clipping atau pemendekatan kata, akronim, abbrevation atau singkatan, campur kode, sapaan, compounding atau penggabungan kata, infleksi, dan derivasi. Dan proses pembentukan kata abbrevation atau singkatan dan compounding atau penggabungan kata merupakan data yang paling banyak digunakan oleh pengguna sebagai penjual ataupun pembeli

    Analisis Pergerakan Wacana Kasus Agni

    Get PDF
    The news about Agni (not her real name) in 2018, a student at a major university in Indonesia who was sexually assaulted by a colleague, raised pros and cons in public. These pros and cons were caused not only by the case of sexual harassment, but also by the remarks from the university and non-governmental organizations that assisted the victim. The author is interested in examining the pros and cons of this case. This paper explores the discourse movement from the pros and cons of this case seen from various statements from the university and Agni's supporters in online mass media headlines. The discourse movement is analyzed using Sawirman's BREAK theory.  Abstrak Pemberitaan mengenai Agni (bukan nama sebenarnya) pada 2018 lalu, seorang mahasiswi salah satu universitas besar di Indonesia, yang mengalami tindakan pelecehan seksual oleh rekannya, menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Pro kontra ini selain disebabkan oleh kasus pelecehan seksual tersebut, juga disebabkan oleh pernyataan pihak universitas dan pihak lembaga swadaya yang membantu korban. Penulis pun tertarik untuk menelaah pro kontra kasus ini. Tulisan ini mengupas pergerakan wacana dari pro dan kontra kasus ini dilihat dari berbagai pernyataan pihak universitas dan pendukung Agni yang termuat di judul-judul media massa daring. Pergerakan wacana itu dianalisis menggunakan teori BREAK dari Sawirman.The news about Agni (not her real name) in 2018, a student at a major university in Indonesia who was sexually assaulted by a colleague, raised pros and cons in public. These pros and cons were caused not only by the case of sexual harassment, but also by the remarks from the university and non-governmental organizations that assisted the victim. The author is interested in examining the pros and cons of this case. This paper explores the discourse movement from the pros and cons of this case seen from various statements from the university and Agni's supporters in online mass media headlines. The discourse movement is analyzed using Sawirman's BREAK theory.   Abstrak Pemberitaan mengenai Agni (bukan nama sebenarnya) pada 2018 lalu, seorang mahasiswi salah satu universitas besar di Indonesia, yang mengalami tindakan pelecehan seksual oleh rekannya, menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Pro kontra ini selain disebabkan oleh kasus pelecehan seksual tersebut, juga disebabkan oleh pernyataan pihak universitas dan pihak lembaga swadaya yang membantu korban. Penulis pun tertarik untuk menelaah pro kontra kasus ini. Tulisan ini mengupas pergerakan wacana dari pro dan kontra kasus ini dilihat dari berbagai pernyataan pihak universitas dan pendukung Agni yang termuat di judul-judul media massa daring. Pergerakan wacana itu dianalisis menggunakan teori BREAK dari Sawirman

    Pengenalan Dan Pelatihan Toefl Untuk Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Jambi: Indonesia

    Get PDF
    TOEFL masih diperlukan sebagai salah satu tes pengukur kemampuan bahasa Inggris bagi non-penutur asli. Kegiatan pengabdian pengenalan dan pelatihan TOEFL dilakukan terhadap mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Jambi. Tahapan kegiatan terdiri dari persiapan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan menggunakan grammar translation method (Brown 2000, 8) dengan mengacu pada materi dari Phillips (2003). Hasil pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan sebesar 26,6% terhadap pemahaman dan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan pertanyan-pertanyaan TOEFL setalah pelaksanaan kegiatan ini. Pelaksanaan pengabdian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan nilai saing mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Jambi

    Strategi Pemertahanan Bahasa Daerah Sebagai Bentuk Pelestarian Bahasa Pada Generasi Muda Di Kalangan Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Jambi: Indonesia

    Get PDF
    Jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami kemerosotan. Puluhan bahasa daerah terancam punah karena tidak ada lagi penutur yang memakai bahasa tersebut. Kemajuan informasi dan gempuran bahasa asing menjadi salah satu penyebab bahasa daerah tidak lagi mampu bertahan. Pelestarian bahasa dengan cara mempertahankan bahasa daerah atau bahasa ibu (mother tongue) perlu disosialisasikan kepada masyarakat khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Kegiatan ini merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mendorong masyarakat agar lebih peduli terhadap bahasa daerah. Selain itu kegiatan ini dapat memotivasi domain keluarga sebagai basis utama pemertahanan bahasa daerah untuk mewariskan bahasa ke generasi berikutnya
    corecore