2 research outputs found

    Penerapan kaidah Tikrār surat Al-Fātiḥah: dalam kitab Tafsīr Khawāṭir Ḥaula Al-Qur’ān karya Muḥammad Mutawallī al-Sya‘rāwī

    Get PDF
    Surat al-Fātiḥah menyebutkan bentuk nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Muḥammad juga kepada semua manusia. Yaitu berupa nikmat Nabi Muḥammad bisa membaca ketika wahyu diturunkan, bahwa sifat raḥman dan raḥim-Nya kepada semua manusia. Penyebutan lafaẓ al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fātiḥah diawali dengan al-ḥamdulillahi rabbi al-‘Alamina, merupakan bentuk pelajaran kepada manusia bahwa hanya Dia yang berhak untuk dipuji. Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang penulis kaji yaitu: (1) bagaimana pandangan Muḥammad Mutawallī al-Sya‘rāwi dalam kitab khawāṭir ḥaula al-Qur’ān tentang pengulangan lafaẓ al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fatiḥah?,(2) bagaimana pandangan Muḥammad Mutawallī al-Sya‘rāwi dalam kitab khawāṭir ḥaula al-Qur’ān tentang makna al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fātiḥah?,(3) apa hikmah adanya pengulangan al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fātiḥah menurut Muḥammad Mutawallī al-Sya‘rāwi dalam kitab khawāṭir ḥaula al-Qur’ān? Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif (analyitical deskriftif method), jenis penelitianya dengan menggunakan kajian pustaka (library research), analisis data dengan metode deksriptif analisis, dan teknik pengumpulan data dengan teknik dokumenter. Hasil dari penelitian tesis ini yaitu, al-Sya‘rāwi menerapkan dalam penafsiranya terhadap lafaẓ al-raḥman dan al-raḥim dalam bismillah merupakan bentuk pengangungan (ta‘dhīm) atas nikmat Allah kepada Nabi Muḥammad, dan sebagai anjuran dalam memulai sesuatu untuk memulai dengan menyebut bismillah seperti ketika Nabi saat diperintah untuk membaca wahyu ketika wahyu yang pertama diturunkan dengan menyebut asma Allah (bismillah), yang dikuatkan dengan dalil al-Qur’ān surat al-‘Alaq: 3-4 yang artinya “Bacalah, dan Tuhan mulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena.” Adapun lafaẓ al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fātiḥah merupakan bentuk penetapan (taqrīr) dari sifat raḥman dan raḥim nya Allah kepada seluruh manusia. Hikmah dari adanya pengulangan lafaẓ dalam surat al-Fātiḥah sebagai penguat (taukīd) bahwa sifat raḥman Nya kepada semua manusia termasuk juga kepada orang kafir sekalipun, sedangkan sifat raḥman dan raḥim Nya hanya kepada orang yang beriman di dunia dan di akhirat

    Penerapan kaidah Tikrār surat Al-Fātiḥah: dalam kitab Tafsīr Khawāṭir Ḥaula Al-Qur’ān karya Muḥammad Mutawallī al-Sya‘rāwī

    Get PDF
    Surat al-Fātiḥah menyebutkan bentuk nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Muḥammad juga kepada semua manusia. Yaitu berupa nikmat Nabi Muḥammad bisa membaca ketika wahyu diturunkan, bahwa sifat raḥman dan raḥim-Nya kepada semua manusia. Penyebutan lafaẓ al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fātiḥah diawali dengan al-ḥamdulillahi rabbi al-‘Alamina, merupakan bentuk pelajaran kepada manusia bahwa hanya Dia yang berhak untuk dipuji. Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang penulis kaji yaitu: (1) bagaimana pandangan Muḥammad Mutawallī al-Sya‘rāwi dalam kitab khawāṭir ḥaula al-Qur’ān tentang pengulangan lafaẓ al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fatiḥah?,(2) bagaimana pandangan Muḥammad Mutawallī al-Sya‘rāwi dalam kitab khawāṭir ḥaula al-Qur’ān tentang makna al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fātiḥah?,(3) apa hikmah adanya pengulangan al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fātiḥah menurut Muḥammad Mutawallī al-Sya‘rāwi dalam kitab khawāṭir ḥaula al-Qur’ān? Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif (analyitical deskriftif method), jenis penelitianya dengan menggunakan kajian pustaka (library research), analisis data dengan metode deksriptif analisis, dan teknik pengumpulan data dengan teknik dokumenter. Hasil dari penelitian tesis ini yaitu, al-Sya‘rāwi menerapkan dalam penafsiranya terhadap lafaẓ al-raḥman dan al-raḥim dalam bismillah merupakan bentuk pengangungan (ta‘dhīm) atas nikmat Allah kepada Nabi Muḥammad, dan sebagai anjuran dalam memulai sesuatu untuk memulai dengan menyebut bismillah seperti ketika Nabi saat diperintah untuk membaca wahyu ketika wahyu yang pertama diturunkan dengan menyebut asma Allah (bismillah), yang dikuatkan dengan dalil al-Qur’ān surat al-‘Alaq: 3-4 yang artinya “Bacalah, dan Tuhan mulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena.” Adapun lafaẓ al-raḥman dan al-raḥim dalam surat al-Fātiḥah merupakan bentuk penetapan (taqrīr) dari sifat raḥman dan raḥim nya Allah kepada seluruh manusia. Hikmah dari adanya pengulangan lafaẓ dalam surat al-Fātiḥah sebagai penguat (taukīd) bahwa sifat raḥman Nya kepada semua manusia termasuk juga kepada orang kafir sekalipun, sedangkan sifat raḥman dan raḥim Nya hanya kepada orang yang beriman di dunia dan di akhirat
    corecore