5,250 research outputs found
How Zwicky already ruled out modified gravity theories without dark matter
Various theories, such as MOND, MOG, Emergent Gravity and theories
avoid dark matter by assuming a change in General Relativity and/or in Newton's
law. Galactic rotation curves are typically described well. Here the
application to galaxy clusters is considered, focussed on the good lensing and
X-ray data for A1689. As a start, the no-dark-matter case is confirmed to work
badly: the need for dark matter starts near the cluster centre, where Newton's
law is still supposed to be valid. This leads to the conundrum discovered by
Zwicky, which is likely only solvable in his way, namely by assuming additional
(dark) matter. Neutrinos with eV masses serve well without altering the
successes in (dwarf) galaxies.Comment: 10 pages, 2 figures. Matches published versio
Efektivitas Antidiabetes Fraksi Air Daun Karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa (Ait.) Hassk.) terhadap Kadar Glukosa Darah dan Sekresi Insulin pada Tikus Model Diabetes
This study aims to determine the effectiveness of the water fraction of caramunting leaves (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk). Against a decrease in blood glucose levels 2 hours post prandial and an increase in insulin levels of male white rats induced by streptozotocin. This research is an in vivo laboratory experimental research. The subjects of this study were 30 male white rats divided into 5 groups, namely positive control using glibenclamide, negative control using Na CMC, treatment group using caramunting leaf water fraction 70mg/ KgBB, 140mg/ KgBB, and 280mg / KgBB. The results showed that the caramunting leaf water fraction group was 70mg/ KgBB. 140mg/ KgBB, and 280m / KgBB effectively reduce blood glucose levels 2 hours post prandial and increase insulin levels. Based on the results obtained, it can be concluded that the water fraction of caramunting leaves (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk). Effectively reducing blood glucose levels 2 hours post prandial and increasing insulin levels with a dose of 280mg / KgBB is the most effective dose
HUBUNGAN TINGKAT EKSPRESI P15 TERHADAP NEVUS MELANOSITIK DAN MELANOMA MALIGNA
 Lesi melanositik memiliki gambaran morfologi dan sitomorfologi yang luas mencakup lesi jinak yaitu nevus melanositik dan lesi ganas yaitu melanoma maligna. Beberapa gambaran nevus melanositik menyerupai melanoma. p15 merupakan gen penekan tumor dan biomarker yang kuat sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara nevus dan melanoma. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat ekspresi p15 pada nevus dan melanoma.  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain serial kasus sejak 1 Januari 2015 sampai 30 Desember 2019. Sebanyak 60 sampel dilakukan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi p15. Ekspresi p15 dinilai berdasarkan proporsi sel tumor yang terpulas dan intensitas pulasan. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 23.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nevus melanositik paling bnayk dijumpai pada perempuan (76,7%), pada kelompok usia <55 tahun (90%), lokasi tumor pada kepala dan leher (83,3) dan pada tipe histopatologi dermal naevus (53,3%). Melanoma maligna paling banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki (53,6%), pada kelompok usia <55 tahun (57,1%), lokasi tumor pada kepala dan leher (35,7%) dan pada tipe histopatologi nodular melanoma (42,9%). Terdapat hubungan bermakna antara tingkat ekspresi p15 dengan lesi melanositik (nevus melanositik dan melanoma maligna) (r=0,9666; p=0,000). Ekspresi p15 tinggi dijumpai pada nevus melanositik dan rendah pada melanoma maligna. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat ekspresi p15 dengan lesi melanositik (nevus melanositik dan melanoma maligna). Semakin rendah ekspresi p15 maka semakin besar kemungkinan terjadi melanoma maligna. Background. Melanocytic lesions have a broad morphological and cytomorphological picture including benign conditions or melanocytic naevus and malignant melanoma. Some features of a melanocytic nevus mimicking melanoma. p15 is a tumor suppressor gene and is a robust biomarker that can be used to differentiate between nevus and melanoma. This study aims to determine the correlation between p15 expression in melanocytic naevus and malignant melanoma. Methods. This research is an observational descriptive study with a case series design, conducted from January 1st, 2015 to December 30th 2019. A total of 60 samples were subjected to immunohistochemical examinations using antibody p15. The expression p15 is based on tumor cell proportion and intensity. Statistical analysis using SPSS version 23. Result. Melanocytic nevus was predominantly female (76.7%), age group <55 years (90%), location of tumors on the head and neck (83.3), histopathological type of dermal naevus (53.3%). Malignant melanoma was mostly found in men (15, 53.6%), age group <55 years (57.1%), the location of tumors on the head and neck (35.7%), type histopathology of nodular melanoma (42.9%). The correlation between p15 level expression and melanocytic lesions (melanocytic nevus and malignant melanoma) (r = 0.9666; p = 0.000). Conclusion. High expression of p15 was found in melanocytic nevus and low in malignant melanoma. There was correlation between p15 level expression and melanocytic lesions (melanocytic nevus and malignant melanoma). The lower the p15 expression, the more likely malignant melanoma will occur
EFEKTIVITAS KEMOTERAPI KOMBINASI PAKLITAKSEL-KARBOPLATIN BERDASARKAN KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR A ( VEGF-A ) SERUM PADA KANKER OVARIUM TIPE EPITEL
Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi terbanyak ketiga penyebab kematian perempuan di Indonesia, menempati urutan ke-18 di dunia tahun 2018, histopatologi terbanyak merupakan tipe epitel. Tatalaksana pasien kanker ovarium stadium lanjut terdiri dari kombinasi operasi surgical staging atau sitoreduksi dengan kemoterapi. Penelitian ini akan menilai respons pengobatan pasien kanker ovarium tipe epitel yang menjalani kemoterapi kombinasi paklitaksel-karboplatin di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang berdasarkan kadar VEGF-A serum. Penelitian ini merupakan uji klinik acak tanpa pembanding. Sampel penelitian adalah semua pasien kanker ovarium tipe epitel di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang yang mendapat kemoterapi pada bulan Desember 2018 sampai dengan Mei 2019 sejumlah 30 pasien. Â Karakteristik umum subyek penelitian ini yaitu usia terbanyak >48 tahun (53,3%), 20 sampel berdomisili di luar kota (66,7%). Pendidikan terbanyak adalah SMA yaitu 14 orang (46,7%). 21 orang (66,7%) merupakan multipara, stadium terbanyak adalah IIIC (56,7%). Didapatkan penurunan bermakna kadar ca125 sebelum dan setelah kemoterapi (p=0.000). Rerata kadar ca125 sebelum dan setelah kemoterapi adalah 840,60 dan 472,02. Rerata kadar VEGF-A serum sebelum kemoterapi adalah 806,03 dan menurun menjadi 703,5 setelah kemoterapi tetapi tidak bermakna secara statistik (p=0,082). 20 pasien (71,43%) dengan respons kemoterapi positif mengalami penurunan kadar VEGF-A namun tidak bermakna secara statistik (p=0,517). Hasil penelitian didapatkan penurunan kadar VEGF-A pada 70% pasien paska kemoterapi paklitaksel-karboplatin 3 seri tetapi tidak bermakna secara statistik. Kadar VEGF-A serum belum efektif untuk menilai respon kemoterapi paklitaksel-karboplatin pada pasien kanker ovarium tipe epitel
Effects of Levonorgestrel Implants of One Rod and Two Rod on Lipid Profile, Follicle Stimulating Hormone (FSH), and Estradiol Levels in Acceptors : Efek Implan Levonorgestrel Satu Batang dan Dua Batang terhadap Profil Lipid, Kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH), dan Estradiol pada Akseptor
Abstract
Objective: To find out the comparison of the effect of one-rod and two-rod levonorgestrel implants on FSH, estradiol levels and increase in acceptor lipid profile after a 3-month evaluation in the Mother Hospital of Rika Amelia Palembang.Methods: This study was a phase III clinical trial, "Open" (Open Randomized Clinical Trial), carried out randomization by comparing two types of implant KB, namely levonorgestrel implants, one rod with two rods. This research was conducted at the RSAB Rika Amelia Palembang. Research time is 6 months from November 2018 - April 2019 or until the number of samples is fulfilled.Results: Based on the installation time, the average installation time using one rods LNG was 1.54 ± 0.11 minutes and the LNG for the two rods was 2.49 ± 0.26 minutes. Majority of patients having a normal blood pressure of 89.5% in one rod LNG and 68.4% in two rod LNG. The mean body mass index (BMI) of respondents using LNG implants one rod was 24.19 ± 3.93 kg / m2 and LNG for two rods was 25.09 ± 6.11 kg / m2. Based on the menstrual pattern, it was found that 84.2% of the subjects had regular menstrual patterns in the one-rod LNG group, while there were 63.2 % of subjects who have irregular menstrual patterns. From the statistical test, it was found that there were no differences in cholesterol levels (p = 0.919), HDL (p = 0.793), LDL (p = 0.851) and triglycerides (p = 0.679). There were no differences in FSH levels between respondents using one rod and two rod LNG implants (p = 0.849) and also on estradiol (p = 0.099)Conclusion: There is no difference between the use of one-rod and two-rodlevonorgestrel implants against FSH, Estradiol levels and increased lipid profile after 3 months of implant installation. The unpleasant effect in this study was the decline in HDL, but this was accompanied by a decrease in body weight, total cholesterol, LDL, HDL due to a decrease in all aspects.Keyword: estradiol, FSH, implant contraception, lenovorgestrel, lipid profile, one-rod, two-rod
Abstrak
Tujuan:Untuk mengetahui perbandingan efek implanlevonorgestrel satu-batang dan dua-batang pada FSH, kadar estradiol dan peningkatan profil lipid akseptor setelah evaluasi 3 bulan di Rumah Sakit Ibu Rika Amelia Palembang.Metode: Penelitian ini adalah uji klinis fase III, "Open" (Open Randomized Clinical Trial), yang dilakukan secara acak dengan membandingkan dua jenis KB implan, yaitu levonorgestrel implan, satu batang dengan dua batang. Penelitian ini dilakukan di RSAB Rika Amelia Palembang. Waktu penelitian adalah 6 bulan dari November 2018 - April 2019 atau hingga jumlah sampel terpenuhi.Hasil :Berdasarkan waktu pemasangan didapatkan rerata waktu pemasangan yang menggunakan LNG satubatangadalah 1,54±0,11 menitdanpada LNG dua batang adalah 2,49±0,26 menit. Mayoritas pasien memiliki tekanan darah yang normal 89.5% pada LNG satu batang dan 68.4% pada LNG dua batang. Rerata indeks massa tubuh (IMT) responden yang menggunakan implan LNG satu batang sebesar 24,19 ± 3,93 kg/m2 dan LNG dua batang sebesar 25,09 ± 6,11 kg/m2. Berdasarkan pola haid, didapatkan sebanyak 84,2% subjek yang memiliki pola haid teratur pada kelompok LNG satu batang, sedangkan terdapat sebanyak 63,2% subjek yang memiliki pola haid tidak teratur. Dari uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar kolesterol (p = 0,919), HDL (p = 0,793), LDL (p = 0,851) dan trigliserida (p = 0,679). Tidak terdapat perbedaan kadar FSH antara responden yang menggunakan implan LNG satu batang dan dua batang (p = 0,849) dan juga pada estradiol (p=0.099)Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan antara penggunaan implan levonorgestrel satu batang dan dua batang terhadap kadar FSH, Estradiol serta peningkatan profil lipid setelah 3 bulan pemasangan implan. Efek yang tidak menyenangkan dalam penelitian ini adalah terjaidnya penurunan HDL, namun hal ini disertai dengan penurunan berat badan, kolesterol total, LDL, HDL dikarenakan terjadi penurunan pada seluruh aspek.Kata Kunci: dua batang, estradiol, FSH, kontrasepsi implan, lenovorgestrel, profil lipid, satu batang.
 
Membangun Iman Kristen di Kalangan Suku Dayak Kanayatn Melalui Pendekatan Kontekstual Upacara Adat Kamang Tariu
In general, the customs, traditions and culture of each ethnic group differ depending on the geographical location and the way of life of each. Almost all customs and cultural traditions of each ethnic group become a benchmark for ethics, morals and habits that occur and are always positive according to their ethnicity, although there are some other cultural views that consider it not necessarily positive. For the Dayak Kanayatn tribe, traditions, customs and culture are the most important things in managing daily life. Dayak Kanayatn is very thick with tradition and culture. One of the most feared Dayak traditions is the "baparang or bakayo (cut the enemy head)" tradition, because it is related to supernatural powers. The tradition of “baparang or bakayo (cut the enemy head)” for the Dayak Kanayatn tribe cannot be separated from “Kamang Tariu Traditional Ceremony”. It is said that the story of “Kamang Tariu” can give supernatural powers to Dayak people who are going to “baparang or bakayo (cut the enemy head)”, so that they are immune to machetes, fire, rifles and others. In order for this paper to be accurate, the author discusses it using a descriptive method sourced from the existing literature and also from the results of interviews related to the discussion of this article. Then it will look for correlations from a biblical point of view, with contextual approach using the “Kamang Tariu Tradisional Ceremony”, so that the expected results can contribute to building Christian faith among the Kanayatn Dayak tribe.Secara umum adat, tradisi dan budaya setiap suku bangsa berbeda-beda tergantung letak geografis dan tatanan hidup masing-masing. Hampir semua adat dan tradisi budaya setiap suku bangsa menjadi tolak ukur bagi etika, moral dan kebiasaan yang terjadi dan selalu positif menurut suku bangsanya, walaupun ada beberapa pandangan budaya lain menganggapnya belum tentu positif. Bagi suku Dayak Kanayatn, tradisi, adat dan budaya merupakan hal yang paling utama dalam menata kehidupan sehari-hari. Dayak Kanayatn sangat kental dengan tradisi dan budaya. Salah satu tradisi dayak yang sangat ditakuti adalah tradisi “baparang atau bakayo (memotong kepala musuh)”, karena berkaitan dengan kekuatan supranatural. Tradisi “baparang atau bakayo (memotong kepala musuh”) bagi suku Dayak Kanayatn ini tidak lepas dari “Upacara Adat Kamang Tariu”. Konon ceritanya “Kamang Tariu” ini dapat memberikan kukuatan supranatural kepada orang Dayak yang akan “baparang atau bakayo (memotong kepala musuh)”, supaya kebal terhadap parang, api, senapang dan lain-lain. Supaya tulisan ini akurat penjelasannya maka penulis membahasnya dengan metode deskriptif yang bersumber dari literatur-literatur, jurnal dan juga dari hasil wawancara terkait pembahasan artikel ini. Kemudian akan mencari korelasinya dari sudut pandang Alkitab dengan pendekatan kontekstual “Upacara Adat Kamang Tariu” sehingga hasil yang diharapkan dapat berkontribusi untuk membangun Iman Kristen di kalangan suku Dayak Kanayatn
- …