8 research outputs found

    Kajian Ekokritik terhadap Sepilihan Puisi Ibrahim Gibra

    Get PDF
    This paper aims to study the poetry of Ibrahim Gibra. Through the medium of poetry, Ibrahim Gibra conveyed his anxiety about the environment. The data in this study were sourced from the book Karang Menghimpun Bayi Kerapu (2019). The method used is descriptive qualitative. While the approach used is ecocriticism. Through this method and approach, this research succeeded in describing poetry as a medium for Gibra to express his anxiety about environmental damage. Gibra's childhood and career opportunities in the capital city of Jakarta even seem to give legitimacy to his anxiety. Childhood experiences and work that gave him enough space to travel to various cities in Indonesia gave the poet an opportunity to portray the reality. As a portraitist, Gibra has chosen a broad perspective to capture not only beauty, but also the inherent value as a result of the creation of beauty or the threat that is ready to rob it and replace it with disaster. For example, Jakarta is a magnet for many people and is considered the pinnacle of progress in the civilization of the Indonesian nation, seen by the poet with one eye. As someone who was born and grew up in a humble village, the poet, in his poems, has a longing to return home. The dictions used in his poems, especially the word “dew” which appears most often, seem to represent the longing for freshness, purity, and simplicity

    Formula pada Tradisi Togal

    Get PDF
    This article discuss the element of the formula as the oral characteristics on each of the oraltradition, including togal.  Formula that reported by Albert Lord be a reference to analyzeoral creation in togal. The formula is the element of the language used by chanter or singerin making easy their syair and pantun. The Singer composes his syair and pantun when doingtogal not prepared by written. In order to, this writing will describe the use of the formula inthe oral creation that used by the singer

    Bahasa Sampah di Tempat Bukan Sampah (Kajian Sosiolinguistik)

    Get PDF
    This article aims to describe the phenomenon of using language in making a ban on throwing garbage by the people of Ternate. The prohibitions on throwing garbage in the form of boards or announcements are scattered in various locations in Ternate City. Data on this prohibition is limited to the community, not offices. Data collection is done by observing directly at locations where there is a prohibition on throwing garbage. Meanwhile, the data related to the public's views on the board or banner for the prohibition of throwing garbage was carried out in two ways, namely direct interviews and indirect interviews. Direct interviews were conducted by going directly to the community around the place where the boards or banners were installed. Meanwhile, indirect interviews were conducted by asking questions using the google form. This research can be said that the variety of language used in the board or ban on the prohibition of waste is a combination of formal and semi-formal variety, semi-formal variety, and non-formal variety. Language that uses swearing is included in the informal variety. Based on reference to language use, all notice boards prohibiting the disposal of garbage using animal references. Meanwhile, the cause of the emergence of a ban on throwing garbage is a long process of population growth which has an impact on increasing waste production, the availability of trash cans, behavior in disposing of garbage, until the emergence of language for garbage that is conveyed in the form of a board or banner prohibition of throwing garbage. Keywords: Variety of Languages, reference to language use for garbage, garbage rohibitio

    NILAI DAN EKSISTENSI PERMAINAN TRADISIONAL DI TERNATE

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengungkapkan nilai dan makna yang terdapat pada permainan tradisional di Ternate. Bagaimana nilai itu berperan terhadap pemertahanan permainan tradisional dan berbagai faktor yang ditengarai sebagai penyebab melemahnya permainan tradsional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Ternate, terdapat puluhan permainan tradisional. Dari puluhan itu, penelitian ini menemukan bahwa permainan yang masih dipraktikkan kurang lebih hanya tujuh permainan tradisional dan sudah jarang dimainkan. Dilihat dari aspek nilai, permainan-permainan tradisional di Ternate mengandung berbagai nilai, di antaranya adalah nilai kerja sama, kejujuran, sportivitas, dan tanggung jawab. Dalam kaitannya dengan pemertahanan, ternyata nilai-nilai ini tidak terlalu berperan. Faktanya, dari puluhan permainan itu, yang tersisa kurang lebih tujuh permainan tradisional. Pola pewarisan yang berlangsung saat ini adalah pewarisan aktif. Proses ini berjalan dengan mengandalkan lingkunga sebagai tumpuan eksistensi. Dengan demikian, ketika lingkungan bermain berubah maka permainan juga ikut berubah. Permainan tradisional tidak lagi digandrungi karena permainan modern hadir dalam beragam pilihan. Atas dasar itu, maka pewarisan alamiah tidak bisa lagi diandalkan. Jika ini dibiarkan maka permainan  tradisional yang tersisa dimungkinkan dapat mengalami hal yang sama seperti permainan tradisonal lainnya yang lebih dulu punah. Kata kunci: Ternate, Permainan Tradisional, Nilai, Pewarisan 

    FOSO dan BOBOSO: Ikhtiar Masyarakat Ternate Merawat Peradaban

    Get PDF
    Artikel ini membahas tentang foso dan boboso, salah satu ekspresi kebudayaan pada masyarakat Ternate. Tradisi ini bentuk larangan. Foso bagi masyarakat Ternate memiliki tingkatan yang lebih berat dari pada boboso. Sampai saat ini, bentuk larangan ini masih kuat di tengah-tengah masyarakat. Situasi ini mengisyaratkan bahwa setakat foso dan boboso masih sangat fungsional sehingga ini tetap dipertahankan untuk kepentingan kehidupan mereka. Dengan menggunakan metodologi kualitatif, penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa boboso dan foso adalah kecanggian berpikir masyarakat Ternate dan Maluku Utara secara umum. Jauh sebelum masyarakat mengenal hukum positif dan ajaran-ajaran keagamaan, boboso dan foso muncul sebagai respon masyarakat terhadap berbagai pengalaman yang telah dilalui. Tradisi ini menjadi ikhtiar keadaban masyarakat dalam proses humanisasi dan menata berbagai interaksi manusia (sosial dan ekologi). Selain itu, artikel ini juga mengungkapkan bahwa eksistensi boboso dan foso masih tetap berlangsung karena ditemukan bahwa pola transmisi  masihberjalan dengan baik. Prosesnya berlangsung sangat alamiah karena tradisi ini meskipun mengandalkan kelisanan tetapi tidak bersifat pertunjukkan. Pewarisan berjalan dengan cara yang ringan karena tradisi ini pada saat digunakan tidak membutuhkan keahlian tertentu. Sejauh mendengarkan boboso atau foso dari orang lain maka sejauh itu pula pengetahuan tentang boboso dan foso didapat. Kata Kunci: Foso, Boboso, Nilai, Makna, Masyarakat Ternat

    The Battle of Taste Under The Tent A Study of the Togal Tradition on Makeang Community in North Maluku

    No full text
    This article studies the tradition of togal in Makeang communities in North Maluku. This tradition faced various dynamics, one of which is a matter of taste. The young and old generations have different taste when togal performed. The young generation does not appreciate togal, while the older generation is still very appreciative. The assumption is that if the young generation does not appreciate anymore, the existence of the togal is being threatened. The reason is, the generation that has the role in the sustainability of this tradition has not positive attitude. By using the qualitative research methods, this study reveals that tastes are a subjective area that cannot be debated. Tastes are the truth of everyone. However, in most cases, conflicts often occur. The generation that has an interest in togal is involved in the battle of tastes with the generation who are not interested in the context of performance. The older generation wants to play togal, while the younger generation rejects as a music of party (performance). This battle occurs because there is a different opinion between of them. Thus, there is a negotiation process in solving the problem. If the older generation is more dominant, the party will be held with the music of togal. If there is a way of agreement, then the time for the party that takes all night is agreed to be two parts. The first part is for togal, while the second for modern music

    TRADISI LOMPOADOHOI PADA ORANG SULA DI DESA MANGON KECAMATAN SANANA KABUPATEN KEPULAUAN SULA

    No full text
    Lompoadohoi ini memiliki fungsi disetiap desa yang ada di Kepulauan Sula dan lebih khususnya di desa Mangon. Masyarakat Mangon mempertahankan tradisi tersebut sebagai modal sosial untuk mempermudahkan kebutuhan segala kekurangan dalam kehidupan baik secara materi maupun moral. Metode ini digunakan untuk menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat Mangon serta keunikan kerja sama dalam bergotong royong untuk pelaksanaan acara-acara tertentu seperti halnya lompodohoi pernikahan, lompoadohoi pendidikan dan lompoadohoi amalan ibadah haji. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa permasalahan-permasalahan tradisi lompoadohoi pada masyarakat Sula dan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di desa Mangon dalam mencapai perubahan nilai sosial dan nilai ekonomi yang ada di desa Mangon salah satunya kebutuhan perkawinan dan pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan cara pengambilan sampel yaitu berupa instrumen wawancara yang dibuktikan dengan dokumentasi. Kata kunci: Lompoadohoi, Orang Mangon, Kabupaten Kepulauan Sul

    STUDI ANTROPOLOGI LARANGAN MEROKOK PADA MASYARAKAT KELURAHAN BIDO

    No full text
    Kelurahan Bido merupakansalah satu kelurahan yang aktivitas dilarang merokok pada masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui mengapa merokok dilarang pada masyarakat Bido, (2) untuk mengetahui bagaimana bentuk larangan merokok pada masyarakat Bido. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif  dan sebagai pendukung digunakan angket metode kualitatif, untuk mengumpulkan data tentang jumlah tanggapan masyarakat berkaitan dengan larangan merokok.  Hasil penelitian menunjukan bahwa larangan merokok pada masyarakat Bido terdiri dari :kesepakatan para leluhur, ketentuan GKPMI, kebiasaan turun-temurun, faktor kesehatan, dan sosialisasi tentang bahaya merokok. Bentuk larangan merokok yaitu norma agama, dan norma sosial.Kata kunci : Bido, Larangan Merokok, Bentuk Laranga
    corecore