12 research outputs found

    Penilaian Pengaruh Penambahan Lysine Pada Nasi

    Full text link
    Pengaruh penambahan lysine pada mutu protein nasi dilakukan pada tikus putih dengan mengukur Protein Efficiency Ratio. Nasi dan Nasi dengan sayur beserta laukpauk, seperti dikonsumsi oleh kebanyakan keluarga di Indonesia, yang berasnya lebih dulu ditambahi butiran premix berisi lysine, thiamine dan riboflavin ternaya menghasilkan Protein Efficiency Ratio lebih tinggi dari pada yang tidak ditambahi

    Prevalensi Kkp Anak Balita Di Wilayah Indonesia Bagian Timur

    Full text link
    Telah dianalisis data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) anak Balita yang dikumpulkan pada waktu pelaksanaan Studi Prevalensi Defisiensi Vitamin A dan Zat-zat Gizi Lainnya di Wilayah Indonesia Timur pada tahun 1990/1991. Tujuan analisis ini terutama untuk mengetahui prevalensi Kurang Kalori Protein (KKP) di empat propinsi Wilayah Indonesia Bagian Timur (IBT) dan perbandingan antara prevalensi KKP menurut perhitungan berdasarkan median baku Harvard dengan Z-skor berdasarkan baku WHO-NCHS. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk dan sedang (KKP) di wilayah IBT masing-masing 17% menurut indeks BB/U berdasarkan median baku Harvard dan 44% menurut indeks BB/U berdasarkan -2 SB baku WHO-NCHS. Prevalensi KKP menurut TB/U berdasarkan Z-skor WHO-NCHS hampir sama dengan prevalensi menurut indeks BB/U berdasarkan median bahan baku Harvard. Untuk mendapatkan prevalensi KKP yang hampir sama antara kedua indikator tersebut, batas ambang penentuan status KKP (gizi baik dan gizi kurang) menurut indeks BB/U berdasarkan baku WHO-NCHS adalah antara -2.6 SB dan -2.8 SB, atau rata-rata -2.75 SB

    Prevalensi Anemia Anak Sekolah Dasar Di Daerah Penghasil Dan Bukan Penghasil Sayuran Hijau Di Kabupaten Bogor

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian secara cross-sectional untuk mengetahui gambaran dan perbedaan konsumsi sayuran hijau dan prevalensi anemia anak SD di daerah penghasil dan bukan penghasil sayuran hijau di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan di tlga desa penghasil sayuran hijau di Kecamatan Ciampea dan tiga desa bukan penghasil sayuran hijau di Kecamatan Nanggung di wilayah Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak SD di daerah penghasil sayuran hijau lebih sering dan lebih banyak mengkonsumsi sayuran hijau dibandingkan dengan anak SD di daerah bukan penghasil sayuran hijau (P<0.05). Prevalensi anemia pada anak SD di daerah penghasil sayuran hijau tidak berbeda nyata dengan anak SD di daerah bukan penghasil sayuran hijau. Tetapi rata-rata kadar Hb anak SD di daerah penghasil sayuran hijau berbeda nyata dengan anak SD di daerah bukan penghasil sayuran hijau (12.3 g/dl vs 11.9 g/dl). Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada kadar Hb anak SD di daerah penghasil sayuran hijau ialah frekuensi makan sayur dan konsumsi zat besi dengan koefisien regresi sebesar 0.38009 dan 0.32432. Demikian juga faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kadar Hb anak SD di daerah bukan penghasil sayuran hijau ialah konsumsi zat besi dan frekuensi makan sayur dengan koefisien regresi sebesar 0.49240 dan 0.43696

    Kadar Protein Makanan Masak, Yang Diperoleh Dari Hasil Perhitungan Dan Analisa

    Full text link
    Kadar protein 23 makanan masak ditentukan menurut dua cara. Pertama, dihitung dari kadar protein bahan mentahnya dikalikan angka rasio berat mentah : masak. Kedua, menganalisa kandungan nitrogen makanan masak kemudian mengalikannya dengan 6,25. Ternyata kadar protein hitung lebih tinggi daripada kadar protein hasil analisa langsung. Secara keseluruhan, perbedaan kadar protein hitung dan analisa makanan masak yang diselidiki pukul rata 3,6 gram atau 14%

    Nutrition Anemia and Physical Endurance Among Civil Construction Workers

    Full text link
    Penyelidikan ini adalah untuk membuktikan suatu hypothesa bahwa ada pengaruh dari keadaan gizi dan kesehatan terhadap kemampuan bekerja para pekerja. Sejumlah 571 pekerja laki-laki telah dipilih dari tiga daerah tempat bekerja yaitu : Rentang, Seladarma (pembuatan canalj Halim Perdanakusuma (pembuatan lapangan terbang) Didapatkan bahwa seluruh pekerja mempunyai nilai gizi yang borderline dan tidak ada perbedaan didalam keadaan fisik mereka, namun masih terdapat rata-rata 30 percent menderita anemia. Anemia banyak disertai dengan rendahnya kadar Iron darah pada pekerja di Rentang dan Seladarma hal ini tidak terdapat pada pekerja di Halim. (Table 4). Mengenai infeksi cacing terutama cacing tambang maka diseluruh pekerja menderita infeksi cacing tersebut tingkat pertama yaitu infeksi ringan yang tidak akan mempengaruhi keadaan fisik kecuali hanya kekurangan Iron didalam darah. Untuk mengetahui kemampuan bekerja maka telah dipakai Harvard Step Test Scores selama 5 menit. Dan ternyata bila pekerja-pekerja tersebut dibagi dua group yaitu yang diatas dan yang dibawah nilai Hb. 11 Gm/100 ml maka terdapat perbedaan yang menyolok sekali atas kemampuan pekerja tersebut didalam melakukan test fisik. Hal ini sesuai dengan penyelidikan Veteri. Perlu juga disini diketahui bahwa pekerja berasal dari Rentang dan Seladarma lebih banyak menggunakan tenaga kaki oleh karena selalu naik dan turun canal. Kesimpulan penyelidikan ini adalah adanya pengaruh yang positip antara faktor makanan dan infeksi cacing dengan kemampuan bekerja yang dewasa ini amat diperlukan didalam pembangunan negara

    The Change of Prevalence of Xerophthalmia on Lombok, September 1977 - September 1983

    Full text link
    Berdasarkan data "Survei Prevalensi Kebutaan Gizi" tahun 1977, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dinyatakan sebagai wilayah tinggi prevalensi xeroftalmia. Sebagai suatu wilayah dengan prevalensi xeroftalmia paling tinggi di Indonesia, banyak faktor risiko yang diidentifikasi bagi daerah ini, termasuk kejadian kecacingan, kekurangan frekuensi pemberian ASI pada anak yang masih menyusu; kekurangan "kamar cuci" di dalam rumah; variasi diet yang terbatas, tidak ada variasi konsumsi bahan pokok selain beras; dan kecilnya konsumsi sumber-sumber protein. Faktor risiko khusus xeroftalmi-korneal berkaitan dengan riwayat penyakit yang baru diderita si anak (campak dan infestasi berat kecacingan) dan kurang kalori protein berat. Sejak tahun 1978, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan berbagai macam pendekatan untuk mengawasi (kontrol) xeroftalmia; sampai tahun 1982 telah mencapai 80% sasaran (anak Balita) dan telah menghasilkan penurunan prevalensi xeroftalmia di wilayah ini. Penurunan prevalensi ini dicapai tanpa penurunan secara proporsional faktor-faktor risiko terkait

    Kadar Zat Gizi Dalam Oncom

    Full text link
    Kadar zat gizi dalam ontjom. (The nutrient content of "ontjom"). Two kinds of "ontjom" were analyzed for their nutrient composition. In one, peanut presscake, and in the other residue left in the manufacture of soybean curd (tofu), was the basic material. Both were fermented with molds. The first type is known as "ontjom hitam" (black ontjom), the other is called "ontjom merah" (red ontjom). Samples were bought in three markets in the city of Bogor. The average composition was as follows. Black ontjom: moisture 77.1 gc/c, ash 1.4 g%, protein 8.6 g%, fat 3.6 g% and iron 55.7 mg%. Red ontjom: moisture 80.7 g%, ash 0.8 g%, protein 4.9 g%, fat 2.3 g% and iron 9.6 mg%. Tulisan ini mengutarakan hasil analisa dua jenis oncom yang diperoleh dari tiga pasar di kota Bogor, dengan maksud melengkapi data yang pernah dikumpulkan, dan kemudian dapat menjadi bahan guna penyempurnaan Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia

    Komposisi Beberapa Makanan Jajanan Di Jakarta

    Full text link
    Komposisi beberapa makanan djadjan di Djakarta. (The nutrient composition of some s-nacks in Djakarta) A number of snacks widely consumed in Djakarta were analyzed for their composition of nutrients. They were: "bolu kering" and "kue-kue gambang, lumpur, sagon, satu, semprit and semprong". Samples bought in four markets in Djakarta did not show significant variations in their nutritive contents. Data obtaitred will be published in the new Table of Food Composition now in preparation. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian beberapa jenis kue yang banyak dijual dan dikonsumsi orang di kota Jakarta, dan mungkin sekali juga populer di tempat-tempat lain di Indonesia. Penelitian ini merupakan bagian dari rentetan penelitian dalam rangka menyempurnakan Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia
    corecore