16 research outputs found

    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso 9001 : 2008 Pada Perusahaan Kontraktor Di Kota Manado

    Full text link
    ISO 9001 merupakan standar Internasional tentang sistem manajemen mutu, sistem ini telah terbukti sebagai sebuah sistem yang secara efektif dan efisien dapat menjaga dan meningkatkan mutu sebuah organisasi. Selain itu, kontraktor akan memperoleh manfaat peningkatan mutu setelah mengimplementasikan ISO 9001 juga memperoleh kemudahan untuk kegiatan pemasaran. Berdasarkan pengamatan, efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado nampaknya mengalami hambatan yang disebabkan oleh masih agak kaku cara kepemimpinan dalam sebuah Perusahaan sehingga kurangnya komunikasi antara pimpinan dam karyawan, situasi kerja yang kurang nyaman, budaya kerja yang terkesan lambat untuk dikembangkan. Keadaan ini tentunya dapat mempengaruhi efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 pada Perusahaan Kontraktor lokal di Kota Manado.Penelitian ini menggunakan metode survei pada Perusahaan-Perusahaan Kontraktor di Kota Manado, yang telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 40 responden karyawan di 8 Perusahaan Kontraktor di Kota Manado. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi berganda, dengan menggunakan software program SPSS 19.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemimpinan, kesadaran mutu, kompetensi sumber daya manusia, komitmen manajemen, tanggung jawab manajemen, iklim kerja, evaluasi berkesinambungan, budaya organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap efektivitas penerapan ISO 9001 : 2008 pada Perusahaan kontraktor di kota Manado. Perhatian secara bersama-sama pada variabel-variabel dimaksud akan berdampak pada meningkatnya efektivitas penerapan ISO 9001 : 2008 pada Perusahaan kontraktor di kota Manado

    Analisis Resiko Proyek Pembangunan Dermaga Study Kasus Dermaga Pehe Di Kecamatan Siau Barat Kabupaten Kepulauan Sitaro

    Full text link
    Proyek pekerjaan konstruksi Dermaga Pehe Kecamatan Siau Barat Kabupaten Kepulauan Sitaro merupakan proyek lanjutan pembangunan fasilitas pelabuhan laut ( tahap IV ) yang saat ini dalam tahap konstruksi. Data tanah yang sangat bervariasi, lokasi proyek yang berdekatan dengan gunung api Karangetan yang aktif, serta dermaga telah dioperasikan walaupun belum selesai, menyebabkan proyek ini berpotensi mempunyai resiko tinggi dalam masa konstruksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan level resiko dan respon terhadap resiko yang berpotensi mempunyai resiko tinggi.Metode penelitian yang dilakukan meliputi identifikasi resiko dengan cara dokumen review, survey pendahuluan dan study literatur, sedangkan data penilaian probabilitas dan dampak resiko di peroleh dengan cara kuisioner. Penentuan level resiko dilakukan dengan metode probabiliy impact grid. Responden kuisioner adalah pelaksana pekerjaan proyek Dermaga Pehe. Respon terhadap resiko dilakukan dua macam tindakan manajemen resiko yaitu mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransferresiko pada tahap awal proyek konstruksi. Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek ketika resiko terjadi atau ketika resiko harus diambil.Hasil akhir penelitian menunjukkan terdapat 6 hal yang mempunyai level resiko tinggi yang perlu mendapatkan perhatian yaitu (1) cuaca ekstrim (hujan lebat, arus kuat, angin kencang, petir), (2) penyelesaian pekerjaan (sub kontraktor) tidak tepat waktu, (3) denda akibat keterlambatan, (4) Terjadi kenaikan harga besi, ( 5 ) Terjadi kenaikan harga pasir beton ( 6 ) Terjadi kenaikan harga semen. Respon resiko yang terbanyak adalah dengan cara mengurangi resiko mitigasi dan sebagian memindahkan resiko transference kepada pihak lain

    Analisis Faktor Penyebab Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Peralatan Pada Proyek Konstruksi Dermaga Di Sulawesi Utara

    Full text link
    Kompleksitas suatu proyek seringkali menyebabkan perbedaan pada apa yang telah direncanakan dan pelaksanaannya dilapangan, sehingga terjadi keterlambatan dan pembengkakan biaya. Kontribusi biaya peralatan terhadap total biaya proyek dermaga cukup besar (15-20%), sehingga jika terjadi pembengkakan biaya pada peralatan dapat mengakibatkan pembengkakan biaya proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sumber resiko yang menyebabkan pembengkakan biaya pada manajemen biaya peralatan dan menganalisis hubungan dan pengaruh kelompok sumber risiko pembengkakan biaya terhadap biaya peralatan. Penelitian dilakukan pada 10 lokasi proyek pembangunan dermaga di Sulawesi Utara pada tahun anggaran 2010-2011. Survey dilakukan dengan sampel 100 staff teknik di 10 lokasi proyek tersebut. Penentukan penyebab utama cost overruns menggunakan metode analisis risiko dan metode AHP. Hubungan dan pengaruh antara variabel sumber risiko terhadap biaya peralatan diperoleh menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan adanya 20 sumber utama yang sangat berisiko menyebabkan pembengkakan biaya pada manajemen biaya peralatan. Kelompok faktor penyebab terbesar ada pada Perencanaan dan Penjadwalan dengan 9 indikator sangat berisiko atau berisiko besar. Besarnya pengaruh secara simultan antara faktor sumber risiko pembengkakan biaya terhadap Biaya Peralatan tergolong sangat kuat. Sedangkan kontribusi secara bersama-sama (simultan) Perencanaan dan Penjadwalan (X1), Pengadaan (X3), Operasional (X4), Pemeliharaan (X5), Perbaikan (X6), Faktor Eksternal (X9) terhadap Biaya Peralatan adalah 96,6% sedangkan sisanya 3,4% dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pengorganisasian dan personil inti, change order dan pengawasan dan pengendalian. Kelompok faktor sumber risiko utama penyebab pembengkakan biaya peralatan adalah faktor Perencanaan dan Penjadwalan R = 0,781 dan KP = 71,8%. Kesalahan dalam memprediksi kondisi lapangan, kesalahan penyusunan WBS dan kesalahan penggunaan peralatan merupakan indikator high risk yang berdampak pada keterlambatan proyek dan cost overruns. Faktor Perencanaan dan Penjadwalan merupakan sumber utama penyebab cost overru

    Analisis Pengaruh Pengendalian Kualitas Pelaksanaan Proyek Dermaga Milik Pemerintah Di Sulawesi Utara

    Full text link
    Dalam kegiatan proyek konstruksi, perencanaan dipergunakan sebagai bahan acuan bagi pelaksana pekerjaan dan menjadi standar pelaksanaan. Perencanaan yang tidak tepat, investigasi lokasi proyekyang tidak sempurna, kurang memadainya kemampuan pengelolaan proyek dan kurang profesionalnya penyedia jasa, berkaitan erat terhadap hasil suatu proses proyek konstruksi (kinerja proyek). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor pengendalian kualitaspelaksanaan, seberapa besar pengaruhnya serta mengetahui hubungan faktor-faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja proyek.Metodologi penelitian menggunakan metode kuantitatif. Data diperoleh melalui survey dengan cara pengambilan kuesioner. Responden adalah Perusahaan jasa konstruksi dan jasa konsultansi yang menangani proyek dermaga di Sulawesi Utara sebanyak 25 sampel. Data dianalisis dengan bantuan perhitungan statistik regresi linear berganda.Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel perencanaan, kualitas dokumen kontrak, pengendalian biaya upah kerja, dan kualitas pelaku pengendalian proyek, berpengaruh terhadap peningkatan kinerja proyek. Sedangkan variabel kualitas SDM pelaksana proyek, pengendalian waktu,pengendalian biaya material, pengendalian biaya peralatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja proyek

    Analisis Optimalisasi Waktu Dan Biaya Dengan Program Primavera 6.0 (Studi Kasus : Proyek Perumahan Puri Kelapa Gading)

    Get PDF
    Pelaksanaan suatu proyek dapat berhasil apabila sumber daya yang ada digunakan secara efektif dan efisien. Terbatasnya sumber daya yang tersedia akan menyebabkan keterlambatan pada durasi proyek. Durasi kegiatan suatu proyek berkaitan erat dengan pembiayaan. Memperpendek durasi proyek terhadap durasi normalnya memerlukan peningkatan sumber daya seperti tenaga kerja, material dan lain sebagainya yang beresiko terjadinya penambahan biaya langsung. Optimalisasi perlu dilakukan untuk memperpendek durasi proyek dengan pengeluaran biaya seminimal mungkin. Penggunaan program primavera 6.0 dapat mempermudah dalam proses perencanaan, penjadwalan, pengendalian dan monitorin. Hasil keluaran dari program primavera berupa Lay Out Gantt Chart, Kurva S, Tabel dan Profil Sumber Daya dan lain sebagainya yang dapat digunakan dalam pengontrolan proyek. Hasil dari penggunaan program pada proyek Perumahan Puri Kelapa Gading, pada tahap perencanaan kondisi normal ; waktu pelaksanaan proyek selama 174 hari dengan biaya langsung sebesar Rp. 120.443.990,25. Sedangkan hasil percepatan umur proyek (optimasi) dengan penambahan jam kerja (lembur), diperoleh waktu pelaksanaan menjadi 162 hari dengan tambahan biaya langsung menjadi Rp. 122.294.476,10

    Pengendalian Waktu Dan Biaya Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Dengan Menggunakan Metode Nilai Hasil (Studi Kasus : Proyek Lanjutan Pembangunan Gedung Pip2b Kota Manado)

    Full text link
    Pengendalian dalam proyek konstruksi pada umumnya menyangkut tiga aspek utama, yaitu, biaya, waktu dan SDM. Didalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, perencanaan dan pengendalian merupakan fungsi yang paling pokok didalam mewujudkan keberhasilan proyek. Persoalan yang timbul adalah bagaimana mencapai pemecahan optimum dengan kondisi sumber daya yang serba terbatas. Bagaimana menerapkan suatu metode pada proyek untuk mengendalikan biaya dan waktu, serta mengendalikan pelaksanaan proyek konstruksi terhadap terjadinya penyimpangan, dan mengevaluasi proyeksi penyelesaian terhadap terjadinya penyimpangan pada proyek merupakan tujuan dari penelitian ini. Untuk meningkatkan efektivitas dalam memantau dan mengendalikan proyek, perlu dipakai metode yang mengintegrasikan jadwal dan biaya sehingga mengungkapkan kinerja kegiatan. Salah satu metode yang memenuhi tujuan ini adalah Konsep Nilai Hasil, Earned Value Concept, yang terdiri dari tiga indikator yaitu BCWS, BCWP, dan ACWP. Prosedur penelitian dimulai dengan melakukan studi kepustakaan, pengambilan data, melakukan pengamatan langsung pada proyek, dan merangkum hasil pengumpulan data-data yang ada. Variansi yang ditekankan disini adalah untuk menyelidiki penyimpangan biaya atau jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan atau ditentukan. Bila angka kinerja ditinjau lebih lanjut maka Angka indeks kinerja kurang dari satu (1) yang berarti makin besar penyimpangannya dari perencanaan dasar atau anggaran, atau prestasi pelaksanaan pekerjaan sangat baik, perlu diadakan pengkajian apakah mungkin perencanaan tidak realistis. Konsep Nilai Hasil bisa diterapkan pada studi kasus ini di dalam tujuan pengendalian dimana berdasarkan analisis maka pengendalian yang dilakukan banyak terjadi penyimpangan dari sisi penjadwalan pada saat pelaporan-pelaporannya. Berdasarkan nilai ETC dan EAC yang terhitung maka apabila kinerja tidak diperbaharui akan terjadi bergeseran
    corecore