38 research outputs found

    STIMULASI KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MENGGUNAKAN MEDIA ANYAMAN DAUN PISANG PADA ANAK KELOMPOK B RA QURROTA A’YUN CISARUA MELALUI PEMBELAJARAN DARING

    Get PDF
    This research was motivated by the low fine motor skills at RA Qurrota A'yun Cisarua due to the impact of the Covid-19 outbreak. So that learning is carried out online and the stimulation of children's fine motor development is not paid attention to. This research was conducted to stimulate the fine motor skills of children in group B using banana leaf woven media through online learning, can it improve children's fine motor skills? The research method used is descriptive and the approach used is qualitative, data collection techniques using observation, interviews, and documentation. The analysis technique used is narrative. The subjects of this study were 5 children of group B RA Qurrota A'yun Cisarua consisting of 2 girls and 3 boys. The purpose of this study 1. Planning for stimulation of fine motor skills 2. Children's responses 3. Difficulties experienced by children 4. Obstacles faced by teachers when implementing stimulation activities. The results of this study were that the planning of fine motor stimulation went well, the child responded well, the child had no difficulty nor did he ask his parents for help to do his work, and there were 8 obstacles experienced by the teacher, one of which was a bad internet connection. So the researchers can conclude that the use of banana leaf media to stimulate children's fine motor skills through weaving activities worked well.Latar belakang penelitian adalah rendahnya kemampuan motorik halus di RA Qurrota A’yun Cisarua akibat dampak adanya wabah Covid-19. Sehingga pembelajaran dilaksanakan secara daring dan stimulasi perkembangan motorik halus anak kurang diperhatikan. Penelitian ini untuk stimulasi  kemampuan motorik halus anak kelompok B menggunakan media anyaman daun pisang melalui pembelajaran daring, apakah  dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak?. Metode penelitian  yang digunakan adalah Deskriptif dan pendekatan yang digunakan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah naratif. Subjek penelitian ini anak kelompok B RA Qurrota A’yun Cisarua berjumlah 5 orang  terdiri dari 2 orang anak perempuan dan 3 orang anak laki-laki. Tujuan  penelitian ini  1. Perencanaan stimulasi kemampuan motorik halus  2. Respon anak 3. Kesulitan-kesulitan yang dialami anak  4. Kendala-kendala yang dihadapi guru saat mengimplementasikan kegiatan stimulasi. Hasil penelitian ini adalah perencanaan stimulasi motorik halus berjalan baik, anak merespon dengan baik, anak sudah tidak mengalami kesulitan juga tidak meminta bantuan orang tuanya untuk mengerjakan tugasnya, dan ada 8 kendala yang dialami guru salah satunya koneksi internet yang buruk. Maka dapat peneliti simpulkan bahwa  pemanfaatan media daun pisang untuk menstimulasi kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam berhasil baik.Â

    TWO PHASE AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL CLUSTERING (AHC) DALAM PENENTUAN LOKASI

    Get PDF
    Industri Tekstil saat ini menjadi salah satu industri dengan jumlah perusahaan terbanyak di Indonesia, setelah industri makanan. Berdasarkan arahan dari Departemen Perindustrian Republik Indonesia, Kawasan Industri tekstil di Jawa Barat direncanakan akan berada di kabupaten Majalengka yang memiliki 26 kecamatan dengan karakteristik masing-masing. Karena pemilihan lokasi suatu industri akan sangat berpengaruh bagi keberhasilan industri tersebut, maka persoalan ini harus diselesaikan dengan mempertimbangkan banyak faktor atau kriteria serta melibatkan sejumlah kandidat lokasi. Untuk memperoleh solusi yang handal, pada penelitian ini persoalan tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode Agglomerative Hierarchical Clustering (AHC). Penelitian dilakukan dalam dua phase. Phase pertama digunakan untuk mencari kombinasi metode terbaik antara metode pengukuran jarak ketidaksamaan dengan metode penggabungan atau klasterisasi. Ada delapan metode pengukuran jarak dan empat metode penggabungan yang diteliti. Hasil yang diperoleh dari kombinasi metode tersebut dievaluai berdasarkan nilai simpangan baku yang terjadi. Kombinasi dengan nilai simpangan baku terkecil selanjutnya digunakan pada phase kedua yaitu menentukan klaster dan anggota masing-masing klaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi terbaik adalah metode City Block Distance dengan metode Average Linkage, dengan nilai simpangan baku sebesar 0.078. Adapun klaster yang terbentuk adalah: Klaster 1, terdiri dari Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cingambul, Talaga, Argapura, Maja, Majalengka, Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Palasah, Dawuan, Kasokandel, Panyingkiran, Kadipaten, Jatitujuh, Ligung, dan Sumberjaya. Klaster 2 terdiri dari Cikijing, Banjaran, dan Cigasong. Klaster 3 terdiri dari Sindang, klaster 4 terdiri dari Jatiwangi, dan klaster 5 yang terdiri dari Kertajati. Untuk menetapkan kecamatan mana yang akan terpilih sebagai lokasi industri tekstil ini, diperlukan informasi dan kajian lebih lanjut dengan melibatkan pemerintah daerah setempat. Karena itu penelitian yang dilakukan dibatasi hanya sampai penetapan klaster dengan anggota masing-masing. Kata Kunci : Klastering, AHC, Tekstil, Dissimilarity, Pemilihan Lokasi, Industr

    PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU METAL UNTUK EMERGENCY DOOR DI PT DIRGANTARA INDONESIA DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

    Get PDF
    PT Dirgantara Indonesia merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kedirgantaraan yang memproduksi berbagai jenis pesawat terbang beserta komponen-komponennya. Dalam menjalankan kegiatan operasinya terdapat 78 supplier yang terlibat dalam pengiriman bahan baku yang dibutuhkan. Masing-masing supplier tersebut memiliki kinerja yang berbeda, baik dari segi kemampuan untuk memenuhi spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan, maupun dari segi ketepatan jumlah dan waktu pengiriman bahan baku. Oleh karena itu, pemilihan supplier bahan baku merupakan hal yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan, agar kegiatan produksi perusahaan sesuai dengan rencana. Karena pemilihan supplier bahan baku di PT Dirgantara Indonesia harus berdasarkan kesepakatan bersama antara departemen produksi, departemen pengadaan, keuangan, dan departemen penerimaan/pergudangan yang masingmasing mempunyai preferensi yang berbeda dan bersifat kualitatif, maka pada penelitian ini pemilihan supplier bahan baku dilakukan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menyebarkan kuesioner kepada para pakar yang kegiatannya terkait dengan pengadaan bahan baku dari keempat departemen tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 21 kriteria yang diajukan, terpilih 7 kriteria yang memenuhi preferensi keempat departemen. Setelah ditetapkan sub kriteria dan para pakar yang menentukan bobot dari setiap kriteria dan sub kriteria, maka dilakukan pengolahan dengan menggunakan software Expert Choice (EC). 3 besar urutan prioritas pemilihan supplier bahan baku yang diperoleh adalah INTERTRADE LIMITED, A ROCKWELL COLL dengan nilai terbobot 84,83; dilanjutkan AVTECH TYEE dengan nilai terbobot 83,96; dan urutan ketiga yaitu OMNIA SALES, INC. / PACIFIC AERO SU dengan nilai terbobot 78,33. Kata Kunci : Pemilihan supplier bahan baku, metode Analytic Hierarchy Process (AHP), nilai terbobot

    PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI DAN ALGORITMA WAGNER-WHITIN DENGAN MEMPERHATIKAN KAPASITAS GUDANG

    Get PDF
    ABSTRAK Material menjadi salah satu penunjang kelancaran suatu proses produksi sehingga perlu adanya pengadaan material yang prosesnya tidak dapat dilakukan secara instan. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan terkait berapa jumlah material yang harus dibeli dan kapan material tersebut dibutuhkan. Perencanaan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Tidak adanya perencanaan material dapat mengganggu kelancaran proses produksi karena kurangnya material, juga dapat menambah ongkos akibat terlalu banyaknya material, sehingga perlu adanya perencanaan penentuan ukuran lot pemesanan untuk meminimasi ongkos yang ditimbulkan akibat adanya ongkos persediaan dan mencegah terganggunya proses produksi. Dari hasil beberapa penelitian terkait penentuan ukuran lot pemesanan belum ditemukan adanya permasalahan kapasitas gudang, padahal dalam proses produksi setiap material yang akan diproduksi akan menjadi idle resource terlebih dahulu di gudang sebelum material tersebut dipakai. Untuk dapat memberikan solusi yang optimal dalam meminimasi ongkos persediaan yang ditimbulkan akibat adanya ongkos pesan dan ongkos simpan, perlu metode penentuan ukuran lot yang tepat. Salah satu metode yang dapat memberikan solusi optimal ialah metode Wagner-Whitin. Metode ini menguji seluruh alternatif pemesanan sehingga didapat solusi yang optimal, namun metode ini belum memperhatikan kapasitas gudang. Untuk itu perlu adanya modifikasi pada metode ini untuk dapat mengakomodasi pembatas kapasitas gudang. Untuk menguji apakah modifikasi terhadap metode Wagner-Whitin ini dapat memberikan solusi yang optimal dibuatlah skenario dengan jumlah delapan belas persoalan yang dibagi ke dalam lima kriteria yang berbeda. Berdasarkan hasil dari skenario yang telah dibuat dan melakukan perhitungan dengan menggunakan model optimasi Integer Linear Programming (ILP), metode Wagner-Whitin yang telah dimodifikasi dengan memperhatikan kendala kapasitas gudang dapat memberikan solusi yang optimal dan membuktikan ketahanannya setelah dilakukan perbandingan hasil dengan model optimasi integer linear programming. Kata Kunci : Pemesanan Material, Model Optimasi, Wagner-Whitin, Kapasitas gudan

    MODEL ANT COLONY OPTIMIZATION DENGAN SPYDER PYTHON UNTUK TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

    Get PDF
    ABSTRAK Penentuan rute adalah salah satu hal yang penting dalam persoalan distribusi, perusahaan sering kali mengalami masalah pada distribusi baik dari segi efisiensi maupun biaya, maka dari itu penentuan rute adalah hal yang harus dilakukan dalam pendistribusian suatu barang maupun jasa, terdapat dua persoalan dalam distribusi yaitu Travelling Salesman Problem yang tidak memperhatikan kapasitas angkutnya dan Vehicle Routing Problem yang mempertimbangkan kapasitas angkutnya. Terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan persoalan tersebut yaitu Optimasi yang membutuhkan waktu yang cukup lama dalam memberikan hasil optimum, Heuristik yaitu metode yang lebih sederhana namun tidak menjamin akan memberikan hasil optimum dan Metaheuristik yang merupakan pengembangan dari heuristik yang mana melakukan penelusuran hingga mendapatkan hasil yang optimum, maka dari itu metode Metaheuristik adalah metoda yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk menyelesaikan persoalan distribusi Travelling Salesman Problem, salah satu metoda metaheuristik yang digunakan adalah Ant Colony Optimization yaitu metode yang diadopsi dari perilaku koloni semut dalam mencari sumber makanan dimana semut akan mencari jalur terdekat dari sarang menuju ke sumber makanan dengan mengandalkan kerjasama kelompok dalam bentuk komunikasi Untuk menyelesaikan persoalan Travelling Salesman Problem dengan Metoda Metaheuristik tersebut dilakukan pemodelan dengan menggunakan model Ant Colony Optimization untuk Travelling Salesman Problem dengan bantuan software Spyder Python. Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan didapatkan bahwa total jarak rute optimum yang paling baik adalah sebesar 118,7 Km. Kata Kunci : Travelling Salesman Problem, Ant Colony Optimization, Pytho

    MODEL TRANSSHIPMENT DENGAN BIAYA TETAP DALAM PENDISTRIBUSIAN PRODUK DI PT. X

    Get PDF
    ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan berupa kue kering. PT. X melakukan pendistribusian dari gudang utama ke 3 gudang perantara untuk memenuhi permintaan 17 distributor yang tersebar di 3 provinsi yakni, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. PT. X tidak hanya memikirkan permintaan yang harus dipenuhi, tetapi juga harus mengeluarkan ongkos yang minimum dalam kegiatannya sehingga ada kemungkinan demand kapasitas produk dari gudang utama tersebut dalam jumlah yang minimal atau bahkan kosong. Ongkos yang terlibat yaitu ongkos variabel dan ongkos tetap yang tidak bergantung dengan pengiriman berdasarkan tenggat waktu. Atas dasar permasalahan tersebut maka perlu adanya pengaturan dan penentuan alokasi pengiriman produk dari gudang utama ke masing-masing distributor melalui gudang perantara terlebih dahulu sehingga biaya yang akan ditimbulkan akan seminimum mungkin. Pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan melakukan pengolahan data menggunakan model transshipment dengan metode optimasi. Model Transshipment dengan ongkos variabel dan ongkos tetap diolah menggunakan bantuan software LINDO. Dengan rincian yakni ongkos variabel sebesar Rp 452.545.800 dan ongkos tetap sebesar Rp 3.893.500. Kata Kunci : Pendistribusian, Model Transshipment, Biaya Teta

    PENERAPAN ALGORITMA SIREGAR DALAM PENYELESAIAN RELAXED FIXED CHARGE TRANSPORTATION PROBLEM (RFCTP)

    Get PDF
    Persoalan transportasi merupakan salah satu persoalan distribusi barang yang juga termasuk ke dalam pemrograman linier khusus yang bertujuan untuk membuat rencana transportasi barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Persoalan transportasi memiliki berbagai persoalan, salah satunya adalah persoalan transportasi yang tidak hanya mempertimbangkan ongkos variabel, tetapi juga mempertimbangkan ongkos tetapnya atau biasa disebut dengan Fix Charge Transportation Problem (FCTP). Dalam pemodelannya, FCTP merupakan pemrograman linier yang melibatkan variabel 0 – 1 akibat dari adanya pengiriman dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Hal ini berpengaruh terhadap proses penyelesaiannya yang mana apabila jumlah variabel yang dilibatkan semakin banyak maka proses penyelesaiannya akan semakin kompleks atau biasa disebut NP-Hard. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu metode heuristik yang cenderung lebih mudah dan lebih cepat dalam pengerjaannya. Balinski (1961) telah mengusulkan penggunaan relaksasi ongkos tetap atau Relaxed Transportation Problem (RTP) pada formulasi FCTP biasa sehingga model yang awalnya melibatkn variabel 0 – 1 menjadi pemrograman linier biasa atau dapat disebut dengan Relaxed Fix Charge Transportation Problem (RFCTP). Ketika persoalan FCTP telah berubah menjadi model pemrograman linier biasa, maka dapat digunakan metode heuristik persoalan transportasi biasa, salah satunya Algoritma Siregar (2005). Algoritma Siregar (2005) merupakan suatu metode transportasi guna mencari solusi fisibel yang terdiri dari pencarian calon variabel basis sampai ditemukannya variabel basis yang selanjutnya menjadi dasar dalam pembentukan matriks transportasi dan perhitungan total ongkos transportasi. Pada penelitian ini, ditunjukkan bahwa penerapan Algoritma Siregar dalam penyelesaian RFCTP lebih baik dibandingkan dengan pendekatan yang dilakukan oleh Altassan, dkk (2018) serta Balinski (1961) dalam menyelesaikan persoalan yang sama. Kata Kunci : FCTP, Relaksasi Ongkos Tetap, Algoritma Sirega

    PENENTUAN RUTE MINIMUM DALAM PENYEMPROTAN DISINFEKTAN DI DAERAH KOTA BANDUNG SELATAN

    Get PDF
    Penentuan rute untuk penyemprotan disinfektan di daerah Bandung Selatan merupakan objek penelitian ini. Kota Bandung salah satu daerah yang memiliki kasus infeksi Covid-19 terbanyak di Provinsi Jawa Barat, jumlah kasus pada bulan Juli 2020 sebanyak 425 positif Covid-19, 59 pasien dalam perawatan, 326 orang ditanyakan sembuh dan 41 orang meninggal dunia. Pemerintah melakukan pencegahan virus corona semakin meluas, salah satu kebijakan dari pemerintah Kota Bandung melakukan penyemprotan disinfektan pada seluruh Kota Bandung. Dalam proses penyemprotan disinfektan ini dilakukan di jalanan umum, trotoar, dan pusat keramaian dengan kendaraan yang akan melewati setiap rute yang ditentukan khususnya pada daerah Bandung Selatan yang memiliki 5 kecamatan. Penentuan rute yang merupakan sebagai masalah yang dihadapi karena bagaimana dapat menyemprotkan disinfektan ke setiap daerah Bandung Selatan yang memiliki titik awal pada Palang Merah Indonesia (PMI) dan kembali ke titik awal. Dalam melakukan penyelesaian masalah ini maka yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan Chinese Postman Problem (CPP) yaitu sebagai penentuan rute yang akan dilalui minimal satu kali untuk mendapatkan rute dengan jarak minimum, karena dalam penyelesaian masalah ini hanya melewati rute pada setiap lokasi yang telah ditentukan untuk dilakukan penyemprotan disinfektan yang di bawa dari titik awal yaitu Palang Merah Indonesia (PMI) dan kembali ke titik awal lagi. Berdasarkan metode chinese postman problem (CPP) diketahui pada daerah Bandung Selatan tersebut memiliki 17 titik lokasi yang akan dilalui kendaraan oleh petugas dengan jarak awal sebesar 35,65 km dan adanya penambahan jarak baru pada jalan yang akan dilalui, yang menyebabkan jalan yang akan dilalui menjadi lebih dari satu kali yaitu sebesar 5,60 km. Pada panjang jarak rute yang dilalui disini sesuai dengan total jarak yang telah diketahui, sehingga dalam penentuan rute Chinese Postman Problem (CPP) dapat diperoleh rute Tour Eulerian. Dengan total jarak tempuh yang akan dilalui oleh petugas penyemprotan disinfektan yaitu sebesar 41,25 km, yaitu pada Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai titik awal dan titik akhir rute yang akan dilalui oleh petugas disinfektan di daerah Bandung Selatan. Kata Kunci: Chinese Postman Problem, Eulerian Tour, Penyemprotan Disinfektan, Palang Merah Indonesi

    Operations Research

    No full text
    xi, 397 hl

    Operations research: model-model pengambilan keputusan/ Dimyati

    No full text
    xi, 397 hal.: ill.; 21 cm
    corecore