193 research outputs found

    Perbedaan Penggunaan Konsentrasi Larutan Asam Sitrat Dalam Pembuatan Gelatin Tulang Rawan Ikan Pari Mondol (Himantura Gerrardi)

    Full text link
    Gelatin merupakan protein hasil hidrolisis kolagen tulang dan kulit. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol ke bentuk gel. Konsentrasi Asam Sitrat dapat mempengaruhi mutu gelatin. Penggunaan asam yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kolagen yang terdapat di dalam tulang tidak dapat berubah menjadi gelatin. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan larutan Asam Sitrat terhadap karakteristik gelatin tulang rawan ikan Pari Mondol dan mengetahui konsentrasi terbaik Asam Sitrat yang ditambahkan pada proses pembuatan gelatin tulang rawan ikan Pari Mondol. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan yang diterapkan yaitu perendaman tulang ikan Pari dengan Asam Sitrat 4%, 5%, 6% dan tanpa perlakuan asam sitrat (kontrol) selama 48 jam. Parameter utama yang diamati adalah kekuatan gel, viskositas, pH, dan kadar air, sedangkan parameter pendukung adalah kadar protein, kadar lemak, dan kalsium. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan Asam Sitrat pada pembuatan gelatin tulang ikan Pari Mondol terdapat pengaruh perbedaan nyata (P<0,05) terhadap nilai kekuatan gel, viskositas, pH, kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan kalsium. Konsentrasi Asam Sitrat 4% merupakan perlakuan konsentrasi yang terbaik dengan kriteria mutu: kekuatan gel 103,03 g.bloom; viskositas 4,74 (cP); pH 5,79%; kadar air 8,07%; kadar protein 76,49%; kadar lemak 0,59%; dan kalsium 3,26%. Gelatin is a protein hydrolysis from bone collagen and skin. Gelatin has distinctive characteristics, namely a reversible change from sol to form a gel. Citric Acid concentration can affect the quality of gelatin.The use of acid that is too high can lead the collagen contained in the bone can not be transformed into gelatin. The purpose of this study was to determine the effect of adding solution of Citric Acid on the characteristics of Stingrays cartilage gelatin and determine the best concentration of Citric Acid was added to the gelatin manufacturing process Stingrays cartilage gelatin. The research used was Completely Randomized Design. Treatment applied was immersion Stingrays cartilage with Citric Acid 4 % , 5 % , 6 %, and without citric acid treatment (control) for 48 hours. The main parameters measured were gel strength, viscosity , pH, and moisture content while supporting parameters are the protein content, fat content, and calcium. The results showed that the use of Citric Acid in the manufacture of Stingrays cartilage gelatin significant effect (P < 0.05) to the value of gel strength, viscosity, pH, moisture content, protein content, fat content, and calcium. Citric Acid 4% concentration was the best treatment of concentration with the quality criteria: gel strength 103,03 g.bloom; 4,73 viscosity (cP); pH of 5,793%; moisture content of 8.073%; protein content of 76,49%; fat content of 0.59%; and 3.263% calcium

    Analysis of Thiobarbituric Acid and Benzo(α) Pyrene Value of Smoked Nile Tilapia (Oreochromis Niloticus) Using Differentliquid Smokes

    Full text link
    The purpose of this research was to find the different influence of corn cob (LSA) and coconut shells (LSB) liquid smokes to the changing of thiobarbituric acid (TBA) value, benzo(α)pyrene (BP), and organoleptic value of the smoked nile tilapia during storage. The result indicated that the smoked nile tilapia which used liquid smoke corn cob had higher organoleptic value than using coconut shells. The result of organoleptic 8.60 (LSAH0), 8.24 (LSBH0), 8.02 (LSAH5), 7.88 (LSBH5), 4.91 (LSAH10), 4.56 (LSBH10) and were rejected on 10 days storage. The smoked nile Tilapia which was processed using liquid smoke of corn cob (LSA) and vacuum packed had higher organoleptic value than those which were processed by liquid smoke of coconut shells (LSB) during the storage. The different of liquid smoked gave very significant effect to TBA value (P0.01). TBA value of smoked nile tilapia using liquid smoke of corn cob (LSA) higher than using liquid smoke of coconut shells (LSB) for each storage (LSAH0 : 0.76; LSBH0 : 0.74; LSAH5 : 1.02; LSBH5 : 0.95; LSAH10 : 1.42; LSBH10 : 1.32). The result on polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) of smoked nile tilapia using corn cob and coconut shells liquid smoke showed that there was no benzo(α)pyrene detected

    Pengaruh Konsentrasi Egg White Powder (Ewp) Terhadap Kualitas Bakso Dari Ikan Lele, Bandeng, Dan Kembung

    Full text link
    Bakso Ikan merupakan salah satu produk diversifikasi perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Banyak metode yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk bakso ikan, salah satunya adalah dengan penambahan Egg White Powder (EWP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi EWP dan jenis ikan terhadap kualitas bakso. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) pola Faktorial 4x3 dengan perlakuan konsentrasi EWP (0%,1%,2%, dan 3%) dan Jenis Ikan (Air tawar, payau, dan laut) dengan 3 kali ulangan. Data nilai uji sensori dan uji lipat dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis test, sedangkan uji kekuatan gel, kadar air, dan kadar protein dianalisis menggunakan uji ANOVA. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor EWP dan jenis ikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, kadar air, kadar protein, uji lipat, dan nilai sensori. Interaksi kedua faktor berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, kadar protein, kadar air, uji lipat, dan nilai sensori. Bakso ikan lele dengan penambahan EWP 3% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: kekuatan gel 3067.29±66.6 (g.cm); nilai uji lipat 5 (AA); uji sensori 7,27; kadar air 60,63%±0,50; dan kadar protein 16,73%±0,22

    Pengaruh Penambahan Tepung Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) Terhadap Kadar Kalsium Stik Keju

    Full text link
    Cangkang rajungan (Portunus pelagicus) merupakan limbah padat yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selama ini nilai tambah cangkang rajungan hanya diperoleh dari industry pakan. Penambahan tepung cangkang rajungan diharapkan dapat dijadikan alternative sumber kalsium tambahan pada stik keju. Stik keju merupakan makanan ringan yang banyak dijumpai dan digemari masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan kalsium dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap gizi stik keju dengan penambahan tepung cangkang rajungan, serta untuk mengetahui konsentrasi optimal tepung limbah cangkang rajungan pada stik keju. Penelitian dilakukan dua tahap, tahap pertama dilakukan penambahan tepung cangkang rajungan dengan konsentrasi 0%, 5%, 10% dan 15%. Konsentrasi terpilih sebesar 5% sebagai konsentrasi penambahan tepung cangkang rajungan terbaik yang dapat diterima secara sensori. Tahap kedua penelitian dilakukan penambahan tepung cangkang rajungan pada stik keju dengan konsentrasi 3%, 5% dan 7%, kemudian dilakukan pengujian organoleptik, kadar kalsium, kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar fosfor dan tingkat kekerasan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung cangkang rajungan pada stik keju memberikan pengaruh beda nyata (p < 0,05) terhadap semua parameter uji. Konsentrasi 5% menjadi konsentrasi terbaik dengan nilai kadar kalsium 2,39%, kadar air 4,40%, kadar protein 11,29%, kadar lemak 40,27%, kadar fosfor 0,48%, tingkat kekerasan 3,55 N, dan nilai hedonik 7,01

    Efektivitas Daun Teh (Camellia Sinensis) Sebagai Antioksidan Pada Fillet Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsk.) Selama Penyimpanan Dingin

    Full text link
    Fillet rentan mengalami penurunan kualitas, kandungan asam lemak tidak jenuh bandeng mudah teroksidasi sehingga menimbulkan ketengikan. Upaya menghambat oksidasi dengan penggunaan antioksidan. Teh mengandung salah satu senyawa polifenol yaitu katekin yang bersifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan dari umur daun teh sebagai antioksidan di dalam menghambat laju oksidasi pada fillet ikan bandeng dan pengaruh perendaman fillet ikan bandeng dalam larutan daun teh selama penyimpanan dingin. Metode penelitian adalah experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3Ă—4 dengan 3 kali ulangan yang tersusun atas 2 faktor. Faktor A terdiri dari 3 taraf konsentrasi yaitu kontrol, 5% daun teh muda dan 5% daun teh tua. Faktor B terdiri dari 4 taraf lama penyimpanan dingin hari ke-0, 2, 4 dan 6. Parameter uji meliputi PV, TBA, FFA, pH dan organoleptik. Data parametrik dianalisa dengan sidik ragam (ANOVA) dan beda nyata jujur (BNJ). Data non parametrik dianalisa dengan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara fillet ikan bandeng perlakuan konsentrasi daun teh dan lama penyimpanan dingin memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai PV, TBA, FFA, pH dan organoleptik. Fillet ikan bandeng dengan perlakuan perendaman kosentrasi 5% larutan daun teh tua memiliki kemampuan yang lebih efektif sebagai antioksidan dalam menghambat laju oksidasi. Perlakuan perendaman pada konsentrasi 5% daun teh muda dan tua mampu mempertahankan kualitas fillet ikan bandeng hingga hari ke-6 penyimpanan dingin

    Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam Pada Peda Ikan Kembung (Rastrelliger Neglectus) Terhadap Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih (Umami)

    Full text link
    Peda merupakan produk fermentasi berbahan baku ikan yang diolah dengan penambahan garam. Garam berfungsi menyeleksi mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik. Selama proses fermentasi terjadi pemecahan protein oleh enzim proteolitik menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana terutama asam glutamat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi garam terhadap kadar asam glutamat pada ikan peda. Materi dalam penelitian adalah ikan kembung (panjang ±15 cm dan berat ±180 g) yang diperoleh dari Pasar Kobong Semarang dan garam rosok (berat 2700 g). Metode penelitian bersifat experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan (konsentrasi garam 20%, 30% dan 40 %). Parameter uji yang diamati adalah uji hedonik, kadar asam glutamat, kadar garam, pH serta analisis proksimat (kadar protein, lemak dan air). Data parametrik (glutamat, garam dan pH) dianalisa dengan uji ANOVA, sedangkan data nonparametrik (hedonik) menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji hedonik menunjukkan bahwa peda dengan konsentrasi garam 20% paling disukai. Perbedaan konsentrasi garam memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P≤0,05) terhadap nilai kadar asam glutamat, garam dan pH. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh asam glutamat 4,06±0,04 - 3,80±0,10%; garam 15,82±0,37 - 19,36±0,29%; pH 6,01±0,02 - 6,17±0,06; protein 24,06±0,20 - 25,38±0,02% (berat basah); lemak 2,77±0,33 - 4,51±0,29% (berat basah); air 57,09±0,23 - 53,83±2,69%. Perlakuan konsentrasi garam 20% menghasilkan kadar asam glutamat tertinggi. Serta dari segi tekstur dan rasa ikan peda paling disukai untuk pengujian hedonik. Peda is a product of fermentation made of fish prepared with the addition of salt. One of the function of salt is to select microorganisms which produce proteolytic enzymes. During fermentation process occurring protein breakdown by proteolytic enzymes into molecules much simpler especially glutamic acid. The purpose of this study was to determine the effect of different salt concentrations of glutamic acid content in mackarel fermented fish. The material in this study are mackerel fish (length ±15 cm and Weights ±180 g) Ade obtained krom Pasar Kobong Semarang and salt (weights 2700 g). The research method is an experimental laboratories using a Randomized Block Design (RBD) with 3 treatments (salt concentration of 20%, 30% and 40%). Test parameters were observed hedonic test, glutamic acid levels, NaCl, pH and proximate analysis (protein content, fat and water). Parametric data (glutamate, salt and pH) were analyzed by ANOVA, nonparametric while data (hedonic) using the Kruskal-Wallis test. The results showed that of the hedonic test showed that peda with 20% salt concentration of the most favored. Different Salt concentration gives a significant different effect (P≤0,05) to the value of the glutamic acid content, NaCl and pH. Based on the results obtained of glutamic acid 4,06±0,04 - 3,80±0,10%; NaCl 15,82±0,37 - 19,3587±0,29%; pH 6,01±0,02 - 6,17±0,06; protein 24,06±0,20 - 25,38±0,02% (wet basis), fat 2,77±0,328 - 4,51±0,29% (wet basis); moisture 57,09±0,23 - 53,83±2,69%. Treatment of the salt concentration of 20% resulted in the highest of glutamic acid. As well as in terms of texture and taste of the peda most preferred for testing hedonic

    Pengaruh Metode Pengeringan Granulator Terhadap Kandungan Asam Glutamat Serbuk Petis Limbah Pindang Ikan Layang (Decapterus Spp.)

    Full text link
    Petis adalah produk sampingan hasil perebusan (ikan, kupang, dan udang) yang dikentalkan seperti saus. Petis mengandung asam glutamat yang cukup tinggi yang dikenal sebagai penyedap makanan. Oleh karena itu, sangat memungkinkan produk flavor yang dibuat dari petis limbah pindang ikan layang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan granulator terhadap kandungan asam glutamat, sifat kimia dan sifat fisik pada serbuk petis limbah pindang ikan layang. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan metode pengeringan granulator (50°C selama 5 jam, 60°C selama 4 jam, dan 70°C selama 3 jam). Variabel mutu yang diamati adalah asam glutamat, kadar air, protein, lemak, abu karbohidrat, dan hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengeringan granulator berpengaruh nyata terhadap nilai asam glutamat dengan nilai tertinggi diperoleh pada pengeringan suhu 50oC selama 5 jam yaitu 10,12%; Kadar protein, dan lemak terbaik terdapat pada metode pengeringan granulator dengan suhu 50oC selama 5 jam dengan nilai kadar protein 31,73%, kadar lemak 4,62%. Sedangkan untuk metode pengeringan granulator dengan suhu 70oC selama 3 jam memberikan nilai terbaik pada kadar air (21,37%), abu (6,16%) dan karbohidrat (65,79%). Nilai hedonik terbaik terdapat pada metode pengeringan granulator dengan suhu 60oC selama 4 jam yaitu 7,31 7,49. Fish paste is made from boiling of fish, mussel and shrimp by product which is viscous like sauce. Fish paste is high glutamic acid content that is used as food flavoring. Therefore, it may possibly making fish paste powder from mackerel scad byproducts due to high content of glutamic acids. The aimed of this research were to determine the effect of granulator drying method to glutamic acid content, the chemical and physical characteristic of the fish paste powder of mackerel scad fish boiled by product. The used research method was a randomized block design with three different treatments method of drying granulator (50oC for 5 hours, 60oC for 4 hours and 70oC for 3 hours). Quality variable measured were glutamic acid, moisture contnet, protein, lipids, ash, carbohydrate and hedonic test. The result of the research showed that the method of granulator drying on fish paste powder of mackerel scad fish boiled by product had significantly affected to glutamic acid content on treatment 50oC for 5 hours which was showed the high content of glutamic acids 10,12%. Protein content and lipid content also showed the high amount at 50oC for 5 hours with 31,73% and 4,62% respectively, meanwhile at 70oC for 3 hours treatment gave the low moisture content (21,37%), ash content (6,16%) and carbohydrate content (65,79%). The high hedonic test (7,31 7,49) be found at temperature 60oC for 4 hours

    Pengaruh Penambahan Tepung Buah Lindur (Bruguiera Gymnorrhiza) Terhadap Kualitas Biskuit Ikan Lele (Clarias Batrachus)

    Full text link
    Biskuit adalah makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Penambahan tepung daging ikan lele (C. batrachus) dapat meningkatkan kandungan protein pada biskuit. Selain itu, penambahan tepung buah lindur dapat dijadikan alternatif pengganti tepung terigu, karena mengandung kadar karbohidrat tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi buah lindur terbaik dalam pembuatan biskuit ikan dan pengaruhnya terhadap kualitas biskuit ikan, meliputi kadar karbohidrat, kadar protein, kadar abu, kadar lemak, kadar air, uji kekerasan dan pengujian hedonik. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu dengan subsitusi tepung buah lindur : tepung terigu yaitu sebesar 0%, 40%:60%, 50%:50% dan 60%:40% terhadap biskuit ikan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diuji dengan uji normalitas, uji homogenitas, dilanjutkan dengan Analysis of Varians (ANOVA) dan uji lanjut Beda Nyata Jujur. Sedangkan untuk data non parametrik berupa pengujian organoleptik ikan segar dan pengujian hedonik biskuit ikan diuji dengan multiple comparison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung buah lindur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap uji kekerasan, kadar karbohidrat, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air dan hedonik (kenampakan, rasa,aroma, warna dan tekstur). Konsentrasi 50%:50% disukai panelis dari parameter kenampakannya yang utuh, rapi dan bersih. Sedangkan perlakuan konsentrasi terbaik yaitu sebesar 50%:50% dilihat dari uji kekerasan 8382,40 gf, kadar karbohidrat 71,92%, kadar protein 13,97%, kadar abu 2,34%, lemak 10,55%, kadar air 2,69% dan hedonik meliputi kenampakan 7,03, aroma 6,67, rasa 6,73, warna 6,80 dan tekstur 6,80

    Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Kecap Keong Sawah (Pila Ampullacea)

    Full text link
    Keong sawah dapat dijadikan sumber protein lokal yang baik bagi tubuh, keberadaannya sangat melimpah sehingga keong sawah dapat digunakan sebagai sumber nutrisi yang baik bagi kebutuhan tubuh manusia. Pengolahannya yang masih sangat sederhana membuat keong sawah kurang menarik untuk dikonsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar garam terbaik pada pembuatan kecap keong sawah secara enzimatis dan untuk mengetahui lama fermentasiterbaik sehingga dihasilkan kecap asin keong sawah dengan kualitas baik dan disukai konsumen. Metode penelitian yang digunakan bersifat experimental laboratories dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dilakukan dalam dua tahap, pada tahap pertama dilakukan penambahan kadar garam 10%, 15% dan 20%. Dari perlakuan tersebut, didapatkan konsentrasi 20% sebagai penambahan kadar garam terbaik yang masih dapat diterima secara hedonik. Pada tahap kedua, dilakukan perlakuan lama fermentasi 5 hari, 10 hari dan 15 hari pada pembuatan kecap keong sawah, kemudian kecap keong sawah dilakukan pengujian nilai amino nitrogen, kadar air, kadar Pb, pH, hedonik dengan masing-masing tiga kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama fermentasi memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap semua parameter uji. Lama fermentasi 15 hari menjadi lama fermentasi terbaik dengan amino protein 3,42%, kadar air 82,15%, nilai kadar Pb 0,18%, nilai pH 5,58 dan nilai rata-rata hedonik 7,56

    Pengaruh Perbedaan Tekanan Pada Ikan Mujair (Oreochromis Mosambicus) Presto Dengan Alat ”Ttsr” ( Tekanan Tinggi Suhu Rendah )

    Full text link
    Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar. Presto ikan adalah bentuk pengolahan dengan garam dan bumbu serta melalui proses pemanasan dan tekanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan tekanan pada waktu pemasakan menggunakan alat ”TTSR”,dan mengetahui kualitas ikan mujair dengan adanya variasi tekanan dalam proses pemasakan ikan mujair presto tersebut melalui uji kekerasan dan uji proximat terhadap daging ikan mujair yang melalui pemasakan. Perlakuan yang diterapkan adalah perbedaan tekanan pemasakan yaitu 1 atm, 2 atm, dan 3 atm dengan waktu pemasakan yang sama yaitu 30 menit. sedangkan parameter yang diamati adalah organoleptik, kekerasan tulang, kadar protein, lemak, dan air. Catatan Perubahan suhu, waktu, dan tekanan pada penelitian ini menunjukan bahwa dengan “TTSR” tekanan yang digunakan bisa lebih tinggi dari autoclave yaitu mencapai 3 atm, namun dengan suhu yang lebih rendah dari pemasakan dengan alat autoclave yaitu 95°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan saat pemasakan menggunakan alat “TTSR” memberikan perbedaan nyata (P≤0,05) terhadap parameter mutu yang diamati. uji kekerasan tulang mujair presto dengan proses pemasakan menggunakan tekanan 2 atm selama 30 menit dengan suhu (90 oC) menghasilkan tulang yang lunak 7.86 gf dan kandungan proximat yang lebih baik dari pemasakan menggunakan tekanan lain. Tekanan pemasakan terbaik yang digunakan untuk memasak ikan mujair presto menggunakan alat “TTSR” adalah 2 atm. Tilapia fish is a freshwater fish commercial. Presto is a form of processing fish with salt and spices through a process of heating and pressure. The purpose of this study was to determine the effect of pressure difference during cooking using the tool "TTSR", and knowing the quality of tilapia fish with the variation of pressure in the process of cooking tilapia fish presto through hardness test and test proximat the tilapia fish meat through cooking. Treatment applied is the difference in pressure cooking time is 1 atm, 2 atm, 3 atm and the same time is 30 minutes, while the parameters measured were sensory, hedonic and violence, levels of protein, fat, and water. Note change of temperature, time, and pressure on these studies show that the "TTSR" used pressure can be higher than 3 atm autoclave is reached, however, with lower temperatures than cooking by means of an autoclave is 95 ° C. The results showed that records changes in temperature, time, and pressure on these studies show that the "TTSR" used pressure can be higher than the autoclave is up to 3 atm, but with a lower temperature of cooking by means of an autoclave is 95 ° C. The results showed that pressure cooking time using the tool "TTSR" gave significant differences (P <0.05) on the bone tenderness with tilapia presto cooking process using 2 atm pressure for 30 minutes with the temperature (90 ° C) resulted in soft bone 7.86 kgf and content proximat better than other presure cooking. Pressure cooking best used for cooking tilapia fish presto using the tool "TTSR" is 2 atm
    • …
    corecore