1 research outputs found

    Pengaruh Pgpr (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens) Pada Sistem Tanam Monokultur Dan Tumpangsari

    No full text
    Tanaman cabai rawit (capsicum frutescens) merupakan salah satu dari komoditas tanaman sayuran yang popular di Indonesia. Cabai rawit dapat digunakan sebagai bahan bumbu dapur, bahan utama industri saus hingga industri farmasi. Seiring dengan permintaan akan komoditas tersebut terus mengalami peningkatan, namun produktivitas dan kepemilikan lahan oleh petani semakin menurun. Dalam mengatasi masalah tersebut upaya yang dapat diberikan adalah pengaplikasian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan pengelolaan sistem tanam. Sistem tanam yang digunakan yaitu sistem tanam monokultur dan tumpang sari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh PGPR terhadap Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit pada sistem tanam monokultur dan tumpangsari. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat interaksi antara PGPR terhadap Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit pada sistem tanam monokultur dan tumpangsari. Penelitian dilakukan di lahan kebun buah dan sayuran Kampung Pelangi RW 09 Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang pada bulan September sampai November 2021. Alat yang digunakan selama penelitian yaitu berupa cangkul, sekop, meteran, timbangan analitik, ember, gelas takar, selang, kamera, penggaris, oven, Leaf Area Meter (LAM), lux meter dan alat tulis. Bahan utama yang dibutuhkan adalah bibit cabai rawit varietas Dewata F1 dengan tipe indeterminate, pupuk kandang murni dengan kotoran sapi, air, dan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Penelitian ini menggunakan rancangan tersarang dengan dua faktor yaitu konsentrasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan sistem penanaman. Faktor pertama adalah perlakuan pemberian konsentrasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu P0: tanpa PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), P1: 10 ml/l, P2: 20 ml/l, P3: 30 ml/l. Faktor kedua adalah perlakuan aplikasi sistem penanaman yang terdiri dari 2 taraf, yaitu T1: Monokultur, T2: Tumpangsari dengan tanaman pepaya. Terdapat 8 kombinasi perlakuan konsentrasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan perlakuan sistem tanam, setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 32 petak percobaan. Parameter yang diamati yaitu : tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, umur berbunga, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman, laju pertumbuhan tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan bobot buah panen per hektar. Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dari Rancangan tersarang dengan taraf 5%. Hasil analisis yang menunjukkan pengaruh nyata akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata antara sistem tanam dan PGPR terhadap hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, umur berbunga, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman, laju pertumbuhan tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan bobot buah panen per hektar. Hasil dari masing-masing pengamatan vii cenderung mengalami peningkatan hasil pada tiap-tiap parameternya seiring dengan ditingkatkannya konsentrasi PGPR yang diberikann dan tanaman cabai rawit yang ditanam secara monokultur juga cenderung menghasilkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman cabai rawit yang ditumpangsarikan dengan tanaman pepaya umur 3-4 bula
    corecore