178 research outputs found

    Pendekatan Pragmatik dalam Pengajaran Apresiasi Cerpen Jawa

    Full text link
    PEmgajaran cerpen Jawa dewasa ini masih bersifatteoretis. Pengajaran semacam ini diduga kurang mengakrab,kan siswa terhadap karya sastra. Bahkan suatu saat siswaakan terbebani· ole~ hapalan yang bersifat informatif. Makapengajaran cerpen Jawa yang masih bersifat :teoretis perlupembenahan, yakni ke arab' pengajaran yang bersifat apresiatif.Pengajaran yang bersifat apresiatif juga pedu diarahkanagar siswa menyerap fungsi cerpen. Oleh karena itu,. pengajaran yang bersifat apresiatif perlu menerapkan.pendekatan pragmatik.Pendekatan pragmatik dalam pengajaran cerpen Jawaadalah sajia'rt yang meriekankan fungsi cerpen bagi anak didik.Di antara lungsi cerpen tersebut adalah memberikan ajaran, .kenikmatan, kesenangan, hiburan, 'dan manfaat dalamkehidupannya. lfungsi tersebut dapat diltetahui melalui kesan,tanggapan, dan penerimaan anak ,didik terhadap pesan karyaitli. Dengan demikian, melalui pendekatan pragmatik. anak ;.:didik dapat memperoleh manfaat cerpen sebagai konsumsibatin, renungan jiwa, dan cermin dalam kehidupannya.Pendekatan pragmaUk dalam pengajaran cerpen' Jawadcipat berhasil jika tujuan.metode, pemilihan. bahan, penyajian,dan evaluasi terarah pada sajian yang bersilat apresiatifpragmatis.Tujuan diarahkan pada apresiasi dan fungsi cerpen..Metode hendaknya bervariasi dan mengaktifkan siswa.Pemiliban bahan cerpen hendaknya memperhatikan karyay~mg berni1ai sastra. Peny~ji'an harus mengikuti tahap-tahaptertentu. Demikian juga 'evaluasi harus selalu memperhatikan:aspek fungsi cerpen.

    Gerakan Agamaisasi Di Kawasan Menoreh YOGYAKARTA Sebuah Kajian Antropologi Sastra

    Full text link
    Div style="text-align: justify;">This article aims to understand phenomena in the region agamaisasi Menoreh Yogyakarta. Agamaisasi is the official religion of the hegemony of the movement against the original religion (belief). To delve deeper study of the state's use of literary anthropology. Pemabahasan this kind of glass can be used as observers of Bengal for religious, cultural, and political. Results found, it indicates that the movement should occur in the system agamaisasi social culture in Yogyakarta Menoreh region. Agamaisasi occurs because the original religion (belief penghayat) considers to be the official religion of his burden. Agamaisasi result, there appears to be a fierce feud between modern Islam and immigrants with native religion or religious identity cards. Efforts official religion of modernity which requires renewal of religious behavior in a way to leave tradition, considered to be a religious burden. Associated with splashy agamaisasi, area residents Menoreh Yogyakarta choose berfalsafah sit under a banana tree. That is, it is better to live once useful to others.

    Makna Simbolik Mitos Dewi Sri dalam Masyarakat Jawa Kajian Model Linguistik Levi-strauss

    Full text link
    Myth of Dewi Sri in tha Javanese community there are any version believed as fertile idol. For understanding symbolic meaning of myth varian, need of objetive analysis. Than this research try application of linguistic Levi-Strauss model as new strategy for interpretation of myth. Basic assumption from linguistic Levi-Strauss model than myth almost showen varian of surface structure, but it as reflection of man deep structure. The research goal for focused symbolic behind myth of Dewi Sri by point of view of linguistic Levi-Strauss model. Text analyzed two myth Dewi Sri the title of Asal Mula Padi from Banyumas and Sri Sadana from Yogyakarta. Take of two text because near geografis. Take of data mean heuristic reading to two version myth. The data is ceritheme-ceritheme (anthropology diction) and word, frasa, sentence (linguistic). Data analysis by theory of linguistic Levi-Strauss model. The results of research myth Dewi Sri content of varian story is look at by episode and ceritheme. Episode and ceritheme consist of three: (1) gift from God of salvation, (2) incarnation, (3) down of salvation. From episodes can make in the linguistic Levi-Strauss, examples binary oposition, given to message (active), receive of message (passive). Relations between sender and receiver is vertically (structural) it is three structure. From three structure can created three culiner. From three culiner, than Bathara Guru as sender of message. Two myth is not influenced. If any homology or varian, that is same description of Javanese mind

    Strategi Pemrosesan Tingkat dalam pada Pengajaran Deretaktmtas Logam Untuk

    Full text link
    Dalarn rnengajarkan i1rnu kimia di SMU biasanya dilakukan dengan slralegipernrosesan lingkal permukaan dan lingkal dalarn. Dan kedua strategi tersebut, strategipemrosesan lingkat dalam merupakan cara yang lebih baik. Dengan slrategi itu,pernahaman, ketrarnpilan dan kejelasan siswa tentang ilrnu kimia dapat dilingkatkan.Pengajaran deret aktivilas logarn merupakan salah satu conloh penggunaanstrategi tersebut. Dengan strategi ini, pengajaran deret aklivilas logam kepada siswadibenkan melalui topik-topik yang urut. Topik yang dimaksud adalah pengantar,penjabaran, pengingatan dan aplikasi deret aktivitas logarn.Dengan penggunaan strategi pernrosesan lingkat dalam, diharapkan siswameninjau i1rnu kimia dalam perspektif yang lebih luas dan dapal rnengkailkan lopikderet aktivilas logarn dengan topik-topik lain yang beragarn dalam i1mu kirnia. Dengandernikian ketrampilan proses penalaran sains siswa rneningka

    Evaluation of the Implementation of Character Early Chilhood Education

    Full text link
    . Character education in particular are still enforced in early childhood institutions, while at the next level of education is still limited in Pancasila and Citizenship Education. On the other hand we are still very often obtain information about the behavior of learners in education levels after early childhood institutions are often brawls (the character of tolerance and peaceful), cheating during exams (characters honesty), and a number of other behaviors. It is one of the things that underlie this research; is necessary to evaluate the implementation of character education at early childhood. Research evaluation of the implementation of character education on early childhood aimed evaluated well as provide recommendations on the implementation of character education early childhood. The method used is descriptive qualitative evaluation model developed by Stuflbeam CIPP (Context, Input, Process, and Product), which phase of the evaluation context and input..Object that implemented in research in this study is the early childhood institution

    Tinjauan Problematika Merger Perbankan

    Full text link
    Gelombang merger yang melanda berbagai belahan dunia telah menjadi isu disetiap negara. Masing-masing negara melalui pihak otoritas keuangan masing-masing mengintrodusir perbankan untuk melakukan dorongan merger. Dengan keunikan merger yang berbeda-beda dalam proses, motif, insentif yang diterima dan kesiapan pada institusi target, sehingga memiliki implikasi yang beragam. Variasi yang menjadi keunikan merger yang menjadi kecenderungan di USA bank besar dengan besar dalam ukuran melakukan merger, sedangkan ukuran bank yang kecil berkecenderungan untuk diakuisisi. Implementasi di Malaysia berkecenderungan merger dilakukan secara sukarela. China dorongan melakukan merger kurang mendapat apresiasi disebabkan bank swasta di China telah merasa sangat menguntungkan dengan leverage finansial yang dimilki. Sedangakan di Indonesia alasan ditekankan untuk menuju perbankan yang sehat, dalam implementasinya sering menemukan perbankan pasca merger yang bermasalah dengan akumulasi kronik tingkat kesehatan bank, sehingga diprediksi sulit untuk merealisasikan potensi keuntungan merger tersebut. Menurut Arsitektur Perbankan Indonesia (API 2005) target Bank Indonesia selalu menekankan merger antar bank, sehingga perbankan Indonesia membentuk kualifikasi yang mengerucut dengan struktur perbankan sebagai berikut : 2 sampai 3 bank dalam skope Internasional dengan modal > Rp. 50 triliun, 20 S.D 30 bank skope nasional dengan modal Rp. 10 T s.d. Rp. 50 triliun, 30 s.d. 50 bank yang kegiatan USAhanya terfokus pada segmen tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank dengan modal antara Rp. 100 miliar sampai Rp 10 triliun, BPR dan bank dengan kegiatan USAha terbatas, modal <Rp. 100 miliar
    corecore