13 research outputs found

    WANITA DI SEKTOR INDUSTRI RUMAHAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam kondisi sosial ekonomi wanita yang bekerja pada industri rumahan bidang konveksi khususnya yang telah berkeluarga. Lebih jauh penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui mekanisme kerja yang meliputi alokasi waktu, sistem pengupahan, dan besarnya upah yang diterima serta usaha yang dilakukan untuk menyiasati masa sepi. Disamping itu juga melihat besarnya sumbangan wan ita yang bekerja di sektor industri rumahan tersebut pada ekonomi keluarga. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Trate, Kabu~aten Gresik. Populasi penelitian adalah wanita ibu rumah tangga yang bekerja pada sektor industri (baca industri rumahan) bidang konveksi. Sampel dipilih dengan menggunakan dengan teknik snow-ball sampling dengan sampel sebesar 30 orang wanita pekerja. Koleksi data dilakukan dengan teknik wawancara terstruktur terutama untuk memperoleh data yang berkaitan dengan karakteristik responden dan dilakukan wawancara mend alam . Data yang diperoleh diolah terutama dengan anal isis kualite t i f. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga wan ita yang bekerja di sektor industri rumahan ini adalah rendah, hal ini bisa dilihat dari tingkatpendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Mengenai alokasi waktu, wanita di sektor industri rumahan ihi menjalankan pekerjaannya setelah llgas rumah tangganya selesai, meskipun ada juga yang jam kerjanya menca~ai lebih dari 8 jam per harinya. Dlam mel1ghadapi masa sepi sebagian besar wanita ini merJcari t.ambahan penghas i Ian dengan mencar i p,kerj a an pada juragan lain. sehingga tidak hanya tergantung pada satu juragan

    WANITA DAN PEKERJAAN DI LUAR SEKTOR PERTANIAN DI PEDESAAN

    Get PDF
    this descriptive type of study is try to understand the lives of women, especially the experience of women with off-farm works in rural area. the aims of this study are three fold. there are 1) to identify the social characteristics of off-farm works in rural area; 2) to see to what extent the contribution of women to their families' lives and 3) to identify the problems of developing the works of women outside agricultural sector in rural area. the result of this study shows that the majority of women with off-farm works are those who are married. the range of their age is between 16-64 years old. the types of off-farm works done by women are those categorized as informal works, most of them located at home. almost all of the women interviewed said that they work less than 7 hours per day without any assistance. most of them chose the works because the location are at home so that they are able to combine their works with the domestic's tasks. almost all of them got the skills from their parents, their relatives or neighbours. it can be said that the majoruty of women with off-farm works come from the poor families with many children. although women earn small money but their contributions are very important for the household's expenses, most of their contribute more than 50%. to compare with farm works, women earn more money from off-farm works. finally, this study indicates that there is a possibility to develop the off-farm works done by women because they have already got the skills. it should be noted, however, that according to them the most suitable off-farm works for women are the types of works which are located at home

    WANITA DI SEKTOR PASAR TRADISIONAL

    Get PDF
    Penelitian ini membahas tentang : WANITA DI SEKTOR PASAR TRADISIONA

    Perubahan iklim dan keragaman hayati (Climate change and biodiversity)

    Get PDF
    Studi tentang alih fungsi hutan di Jawa khususnya di Jawa Timur, sejauh inl masih realtif sedikit yang melakukan dan apalagi menawarkan pemahaman baru yang berkaitan dengan alih fungsi hutan. Salah satu masyarakat adat di Jawa Timur yang tinggal di Petung Ombo-Gunung Kelud Blitar di dalam kawasan hutan (enclave) memandang hutan sebagai sumber kehidupan terdapat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup, mereka melakukan pengelolaan hutan Masyarakat adata tersebut untuk mengelola hutan itu ada nilai-nilai religio magis di yang dianutnya. Dalam perkembangan selanjutnya, hutan di sekitar mereka tidak hanya dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi TNI pun ikut mengelola dan memanfaatkannya untuk untuk kepentingan bisnis dengan alasan legal formal. Bahkan sejak beberapa tahun yang lalu TNI telah melakukan alih fungsi hutan dari tanaman keras ke tanaman holtikultura. Dengan demikian terdapat pluralisme hukum dalam pengelolaan hutan. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk menemukan suatu model pengelolaan hutan yang disebut dengan Jeda Balak. Jeda balak merupakan suatu social capital untuk menghentikan pembalakan kayu untuk sementara waktu. Jeda Balak sebagai formulasi dalam pengelolaan hutan berbasis pada kearifan loka! Jeda Balak menjadi katalisator dan strategi kebudayaan menciptakan lingkungannya (ecological wisdom) di masyarakat asli (indigenous people) dan menjaga sumber daya alam di kawasan hutan. Penelitian ini mencoba untuk memahami adanya kepentingan dalam penge)olaan hutan. Di satu pihak, cara penyelesaian dengan bersumber dari kebiasaan-kebiasaan lokal, norma-norma yang berasal dari agama, atau bahkan kebiasaan yang sering ditafsirkan sebagai adat. Di pihak lain, cara konvensi politik dan melalui kebijakan negara yang dianggap berhasil. Oleh karena itu, Jeda Balak sebagai cultural resolution memiliki dimensi yang sangat kompleks dan masing-masing pili han harus dikaitkan dengan snuasi sosial dan sejarah yang khusus. Dalam kajian antropologi, situasi sosial itu seringkali hanya dibatasi pada konteks masyarakat loka!. Cara inilah yang diharapkan bisa mewujudkan bentuk model dan strategi kebudayaan dengan pendekatan budaya huku

    KEHIDUPAN BURUH WANITA : Studi Tentang Kehidupan Buruh Wanita di Kotamadya Surabaya

    No full text
    Penelitian ini membahas tentang Kehidupan Buruh Wanita di Kotamadya Surabay

    KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOPWAN (KOPERASI WANITA) DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Untuk memberi ruang dan meningkatkan potensi perempuan dalam aktivitas ekonomi dan sekaligus sebagai media bagi perempuan untuk beraktualisasi diri, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir telah memutuskan untuk memfasilitasi dan mendorong pengembangan koperasi yang khusus dikelola oleh perempuan, atau yang lazim disebut Koperasi Wanita (Kopwan). Meski di berbagai daerah disadari telah banyak lembaga keuangan mikro (LKM) yang eksis dan telah pula banyak melibatkan partisipasi kaum perempuan dalam pengelolaannya, namun dengan memastikan wadah yang lebih terlindungi secara hukum, yakni koperasi, diharapkan ruang gerak kaum perempuan dalam lembaga koperasi dan kiprah kaum perempuan dalam bidang ekonomi dapat lebih dipercepat dan diperluas. Secara garis besar ada empat permasalahan yang dicoba dikaji, yaitu: (1) Sebagai Lembaga Keuangan Mikro, kendala dan situasi problematik apa sajakah yang dihadapi Kopwan dalam pengembangan dan pengelolaan modal usahanya?, (2) Bagaimana gambaran tentang mekanisme yang dikembangkan Kopwan di Jawa Timur dalam manajemen pengelolaan keuangan, aspek administrasi, produksi dan aspek pemasarannya?, (3) Sejauhmana keberadaan Kopwan di Jawa Timur mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan sosial anggotanya, meningkatkan tingkat kesejahteraan anggota serta masyarakat di sekitarnya? Termasuk di sini, sejauhmana kehadiran Kopwan telah berperan sebagai media aktualisasi diri peran dan potensi perempuan?, dan (4) Sejauhmana kehadiran Kopwan di Jawa Timur telah mampu mendorong pertumbuhan usaha ekonomi kerakyatan di wilayahnya? Termasuk di sini, sejauhmana Kopwan mampu mandiri, bersaing dan menggantikan peran lembaga perkreditan informal yang acapkali merugikan masyarakat, seperti rentenir, bank thithil dan pengijon? Lokasi kajian, ditetapkan di dua daerah. yaitu: Kabupaten Malang dan Kabupaten Tuban. Dari masing-masing kabupaten, selain diwawancarai secara mendalam (in depth) sejumlah nara sumber atau informan yang terlibat langsung sebagai pengurus dalam pengelolaan Kopwan (Ketua, Bendahara dan Sekretaris), juga dilakukan wawancara kepada anggota Kopwan yang pernah merasakan manfaat atau memperoleh pinjaman modal usaha dari Kopwan di daerah masing-masing. Dari hasil kajian lapangan yang telah dilakukan, beberapa temuan pokok yang merupakan kesimpulan studi ini adalah: Pertama, sebagai lembaga keuangan mikro, faktor yang acapkali menghambat kinerja Kopwan dalam mendukung pengembangan UMKM dan upaya peningkatan kesejahteraan anggotanya di satu sisi adalah keterbatasan modal usaha yang dimiliki dan di sisi lain cara kerja rentenir atau pelepas uang lain yang umumnya sangat fleksibel, dan bersikap pro-aktif menjemput bola langsung mendatangi masyarakat ke rumah atau ke tempat kerja mereka. Meski sebagai modal awal dan tambahan modal selama ini Kopwan telah memperoleh kucuran dana hibah dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, namun karena anggota yang harus dilayani dan yang membutuhkan bantuan pinjaman modal usaha jauh lebih besar jumlahnya, maka modal yang ada dan daya jangkau layanan Kopwan tetap saja masih belum memadai. Kedua, sebagai lembaga koperasi, manajemen pengelolaan keuangan Kopwan seringkali dihadapkan pada dilema antara mendahulukan efisiensi atau memilih lebih mendahulukan efektivitas pencapaian tujuan pendirian Kopwan. Sering terjadi pengurus Kopwan pada akhirnya lebih memilih mengembangkan pola pengelolaan yang mengedepankan efisiensi, yaitu memberikan pinjaman kepada anggota yang dinilai bisa memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan menunggak cicilan pinjaman daripada memberikan pinjaman kepada anggota Kopwan yang dinilai riskan menunggak pembayaran cicilan pinjaman. Ketiga, bagi kaum perempuan di pedesaan kehadiran dan pendirian Kopwan di berbagai daerah, dalam batas-batas tertentu memang telah terbukti menjadi media yang fungsional bagi mereka untuk beraktualisasi diri di luar ranah domestik. Menjadi pengurus Kopwan, misalnya bagi sebagian kaum perempuan merupakan bentuk komitmen sekaligus kiprah mereka untuk beraktualisasi di ruang publik. Sementara itu, bagi kaum perempuan yang menjadi anggota Kopwan, kehadiran lembaga ini sedikitbanyak diakui juga telah merangsang tumbuhnya keterlibatan dan keberdayaan perempuan sebagai salah satu tiang penyangga ekonomi keluarga melalui berbagai kegiatan ekonomi kerakyatan yang mereka kembangkan berkat dukungan modal usaha dari Kopwan. Keempat, nilai lebih dan sekaligus keuntungan meminjam ke Kopwan adalah karena lembaga ini dinilai memiliki mekanisme kerja yang nyaris sama dengan lembaga kredit informal, tetapi dari segi beban suku bunga yang harus ditanggung jauh lebih ringan daripada jika masyarakat meminjam ke rentenir yang acapkali mematok beban suku bunga yang tinggi. Yang menjadi masalah sekarang: meski pun prosedur meminjam ke Kopwan dinilai mudah dan suku bunga pinjaman juga relatif kecil, tetapi pinjaman modal usaha yang diperoleh kaum perempuan dari Kopwan umumnya belum berperan optimal dalam mendukung upaya pengembangan kegiatan ekonomi kerakyatan. Selain sebagian pinjaman acapkali dimanfaatkan untuk kegiatan yang sifatnya konsumtif, tidak jarang terjadi anggota Kopwan yang memperoleh pinjaman modal usaha mengalami proses pengikisan modal karena usaha yang ditekuni berjalan stagnan, bahkan meengalami kemunduran. Sejumlah informan menuturkan bahwa di tengah iklim persaingan usaha yang makin ketat, prospek perkembangan UMKM cenderung terbatas, bahkan tak kuat bertahan hidup ketika harus menghadapi iklim yang makin kompetitif dan serbuan produk impor yang murah. Berikut sejumlah saran yang perlu diperhatikan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan kinerja Kopwan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengatasi kendala keterbatasan modal, selain menggandalkan diri pada dukungan kucuran dana dari pemerintah, para pengurus Kopwan sebaiknya juga menjajagi sumber-sumber dana lain yang potensial, semisal dari program CSR, program Community Development dari berbagai BUMN dan lain-lain --termasuk dukungan dana swamandiri-- dari masyarakat yang menjadi angota Kopwan agar dapat diperluass daya jangkau layanan Kopwan untuk memberi pinjaman modal usaha bagi anggotanya secara merata dan berkelanjutan. 2. Para pengurus Kopwan secara umum masih sangat membutuhkan pelatihanpelatihan dan pendampingan yang berkaitan dengan perbaikan pengelolaan atau manajemen pengelolaan koperasi secara professional. Kopwan idealnya dikelola secara sistematis, efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Manajemen yang profesional juga sekaligus dapat menjadi bekal kopwan bersaing dengan lembaga-lembaga sejenisnya. Di samping itu, Kopwan secara umum juga masih sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan usaha sehingga kopwan dapat meningkatkan kinerjanya dan memperbesar keuntungan bagi anggotanya. Pengembangan usaha untuk kopwan idealnya tidak saja dikaitkan dengan kebutuhan peran perempuan (domestic) tetapi juga idealnya dikaitkan dengan pengembangan potensi produktif anggota kopwan yang bermanfaat dalam memperkuat penyangga ekonomi keluarga sekaligus media bagi perempuan melakukan aktualisasi diri. 3. Ke depan, peran strategis Kopwan yang perlu dikembangkan, antara lain meliputi: (1) sebagai lembaga subtitutif untuk bersaing, dan bahkan mengganti peran lembaga perkreditan informal yang acapkali merugikan masyarakat karena membebani mereka dengan suku bunga yang mencekik leher, (2) sebagai lembaga pendukung perkembangan kegiatan ekonomi kerakyatan, dan (3) sebagai wadah bagi upaya pemberdayaan peran perempuan. Ketiga peran utama Kopwan ini, perlu memperoleh perhatian khusus agar dapat dijamin konsistensi dan keterpaduan dalam proses perkembangan Kopwan di berbagai daerah. 4. Dalam proses pembinaan dan pendampingan yang diberikan kepada para pengurus Kopwan di berbagai daerah seyogianya tidak hanya pendampingan untuk kepentingan perbaikan administrasi dan manajemen lembaga, tetapi juga pendampingan dalam rangka mendorong dan menfasilitasi pengembangan usaha produktif dari para anggota Kopwan agar kegiatan usaha yang dikembangkan Kopwan tidak hanya dalam bentuk simpan-pinjam, melainkan bisa pula dikembangkan untuk berbagai kegiatan produktif yang lain. 5. Sesuai dengan isi Undang-Undang Koperasi yang terbaru, perkembangan koperasi ke depan --tak terkecuali Kopwan-- diharapkan mengacu pada pengembangan salah satu bidang, yaitu produksi, konsumsi, jasa pelayanan dan jasa simpan-pinjam. Mulai saat ini, untuk menjamin kontinuitas perkembangan Kopwan di Jawa Timur seyogianya mulai dikondisikan untuk memilih salah satu bidang pengembangan, dan segera dilakukan pelatihan bagi pengurus Kopwan sesuai dengan bidang pengembangan koperasi yang dipilih. Pelatihan ini perlu segera dilakukan untuk membantu proses persiapan pengembangan Kopwan yang lebih spesifik, sesuai dengan kompetensi dan pilihan pengurus Kopwan itu sendiri (*).</descriptio

    WANITA DI SEKTOR INFORMAL (STUDI DESKRIPTIF TENTANG KEHIDUPAN WANITA PENJAJA DI KOTAMADYA SURABAYA)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk memahami kondisi sosial ekonomiwaita penjaja (pedagang kecil)di Pantai Kenjeran. Pentingnya penelitian ini terutama terletak pada kenyataan bahwa taman hiburan Pantai Kenjeran itu tidak setiap hari dipenuhi oleh pengunjung, hanya pada hari libur dan Minggu saja. Penelitian ini menyangkut berbagai hal, antara lain tentang alokasi waktu tyang dilakukan oleh para wanita, permasalahan yang dihadapinya serta sumbangan wanita penjaja tersebut pada ekonomi keluarga sebagai bahasan utama dalam penelitian ini. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa; pertama, kondisi sosial ekonomi wanita penjaja di Pantai Kenjeran tergolong relatif rendah, hal ini bisa dilihat dari penghasilan yang didapat setiap harinya, model serta jumlah dagangannya. Kedua, wanita penjaja ternyata masih mengutamakan pekerjaan rumah tangga, hal ini bisa dilihat bahwa wanita penjaja akan berangkat berjualan apabila telah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya. Ketiga, permasalahan yang dihadapi permasalahan yang dihadapi para penjaja adalah bila dagangannya tidak laku terutama jenis dagangan yang mudah busuk seperta makanan basah. Keempat, sumbangan wanita penjaja pada ekonomi keluarga besar, karena sebagian besar suami mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap

    POLA PEMANFAATAN KREDIT USAHA DI KALANGAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PAGUYUBAN GOTONG ROYONG DI KOTA SURABAYA

    Get PDF
    Permasalahan yang hendak di jawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana karakteristik sosial ekonomi kelompok Pedagang Kaki Lima (PKL) yang merima kredit? (2) Bagaimana pola pemanfaatan kredit yang diterima Pedagang Kaki Lima (PKL)? (3) Bagaimanakah gambaran mengenai mekanisme kredit yang diberikan kepada Pedagang Kaki Lima (PKL)? Adapun tujuan penelitian ir.i adalah (1) mengetahui bagaimana karakteristik sosial ekonomi kelompok Pedagang Kaki Lima (PKL) yang merima kredit. Termasuk di dalamnya mengetahui usaha macam apa yang ditekuni oleh kelompk Pedagang Kaki Lima (PKL) penerima kredit. (2) Mengetahui bagaimana pola pemanfaatan kredit yang diterima Pedagang Kaki Lima (PKL). Termasuk di sini apakah kredit yang diterma benar-benar dimanfaatkan untuk keperluan produktif ataukah justru dimanfaatkan untuk keperluan yang konsumtif. (3) Mengetahui bagaimana gambaran mengenai mekanisme kredit yang diberikan kepada Pedagang Kaki Lima (PKL). Lokasi penelitian ini di Taman Hiburan Rakyat (THR) kota Surabaya. 3umlah sampel direncanakan sebanyak 50 responden. Semua responden akan dipilih dengan menggunakan teknik systematic tandom sampling. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara: melakukan wawancara langsung kepada responden terpiiih. Selain itu juga,mengiimpulkan data sekunder dan melakukan observasi langsung terhadap lokasi di mana PKL melakukan aktiv:tasnya. Data yang diperoleh akan diolah terutama dengan analisis kualiiatif, ;aitu menyajikan data secara terinci sehingga dapat diperoieh suatu penjelasan dan kesimpulan yang memadai Beberapa kesimpulan dari temuan-temuan lapangan adalah dari 50 PKL yang terjaring sebagai responden penelitian ini, hanya 6% yang mengaku masih lajang. Sedangkan sisanya sebanyak 84% umumnya mengaku sudah menikah, dan bahkan 10% di antaranya sudah berstatus duda atau janda. Sebanyak 94% mengaku mereka saat ini telah memiliki anak, bahkan sebagian besar responden mengaku memiliki anak lebih dari 3 orang. Ada 4% responden mengaku memiliki anak lebih dari 5 orang. Tingkat pendidikan responden adalah 14% tidak sekolah, 24% tamat SD, 36% Tamat SLTP, sebesar 22% adalat tamat SLTA dan 4% lulusan perguruan tinggi. Dan segi jenis barang dagangan, terdapat sebesar 10% berjualan makanan/minuman, 6% berjualan VCD, 40% berjualan jenis pakaian, 20% berjualan sepatu, 4% berjualan ikat pinggang, 8% berjualan sepatu/sandal, 8010 berjualan accessories dan sebesar 4% berjualan buah. Pola pemanfaatan bantuan modal usaha justru lebih banyak dipergunakan untuk kegiatan konsumtif. Hanya terdapat sebesar 14% yang betul-betul digunakan untuk kegiatan produktif. Sementara itu responden yang menggunakan sebagian besar dan seluruhnya dari dana bantuan modal untuk kegiatan konsumtif mencapai sebesar 46%. Bagi responden yang terlanjur mempergunakannya untuk kegiatan konsumtif sebagian besar (72%) mengatakan tidak akan menggantinya. Minya tidak akan mempergunakan dana bantuan modal untuk kegiatan yang bersifat produktif. Karena itu terdapat sebesar 36% yang mengatakan bahwa bantuan modal yang diterima tidak membantu usaha berjualann yang ditekuninya. Untuk mendapatkan bantuan modal usaha pedagarig hanya cukup dengan meminjamkan beberapa saat Kartu Taiida Penduduk (KTP) kepada pengurus paguyuban. Bantaan modal usaha langsung diserahkan ke kelompok Paguyuban PKL, maka dapat dimengerti jika di mata responden kucuran dana hingga dapat diterima tidak mengalami keterlambatan. Dari 50 responden yang diwawancarai, terdapat sebanyak 68% yang mengaku telah mengangsur meialui ketua pengurus paguyuban. Berdasarkan temuan lapangan, maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang kompeten terhadap penataan PKL khususnya di lingkungan THR dan di kota Surabaya pada umumnya. Kebijakan apapun harus mendasarkan pada fakta riil di lapangan, bukan hanya sekedar mendasarkan pada Perda semata. Tidak menutup kemungkinan Perda yang telah ada sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada. Perlu adanya konsistensi dan tidak setengah-setengah dalam menata PKL termasuk di dalamnya pemberian bantuan modal usaha. Studi ini menemukan bahwa bantuan modal diberikan hanya sekali tanpa ada kontrol, mekanisme yang jelas dan evaluasi serta kelanjutannya. Akhirnya bantuan modal tidak membuahkan basil yang maksimal. Bantuan modal usaha akhimya diperlakukan sebagai rejeki nomplok tanpa ada keharusan mengembalikan dan bebas dipergunakan apa saja bukan sebagai modal produktif

    PROSES SOSIALISASI DAN INTERAKSI SOSIAL YANG TERJADI DI SEKOLAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN TERBENTUKNYA MODERNITAS SISWA

    Get PDF
    Massiah pellelitian yang ditelusuri dalam penelitian Lni adalah : 1.Apakah proses sosialisasi dan interaksi sosial yang terjadi di sekolah telah mencermillkan internalisasi oi1ainilai modernitas kepada siswanya ? 2.Sejauh mana hubungan antera proses sosialisasi yang terjadi di sekolah dengan pembentukan nilai-nilai modernitas pada di,ri sis~a? Seeara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme proses sosialisasi dan interaksi sosial yang terjadi di sekolah, di mana proses tersebut seeara tecritis dianggap dapat merubah ~eril~ku siswa kc arah yang positif y3itu terbentuknya sikap modern terhadap diri siswa. Meialui pene1itian ini pula akan dilihat sejauh mana sekolah berfungsi tidak saja sebagai sarana pengajar tetapi juga sebagai agen pendidik siswa agar kelak mereka dapat mandiri a~ d~lam mssyarakat yang semakin kompleks mela1ui internalisasi 11i1ai-ni1ai modernitas ke da1am diri siswa. Lokasi pel1eIitian ini secara purposive ditetapkan di SHAN 2 Surabaya. Alasan memilih Seko1ah Mengah Atas sebagai por.u l aa ipene I I t dan karena didasarkan pertimbangan bahwa SMA adalah jalur pendidikan menengah terakhir setelah SMP, sehingga diharapkan siswa-siswanya paling tidak telah mengc11&amp;1 dan mempunyai ni1ai-oilai modernitas di dalam dirinya. SMA Negeri 2 Surabaya yang dipilir. mewakili SMA-SMA yang ada di Surilbaya karena seka1ah tersebllt dianggap memiliki predikat f avor it di mas yarakat dan kualdt asnva d Langgap juga :;IJl~up baik. Jumlah sampel diambil sebanyak 20% dari jumlah papulasi si.swa yang sedang duduk di kalas 3, yakni sebanyak 80 orang. Penarikan aampe I dilakukan denaen systematic random sampling, Hetode pengumpulan data lIlenggunakan kuesianer berstruktur dan juga didukung dengan wawancara bebas t.ar-i menda Lan s e r t a obs e r vas L. Pene1itian in1 ber j en i e eJ~splallasi. maka teknik analisa data dilakukan melalui interpretasi kua1itatif dan kuantitatif, Untuk interpretasi kJ8ntitatif secara eksplisit digunakan test stattstik koefi. sien korelasi Rank Kendall. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini menunjuk-karl bahwa proses 5051a11585i dan interaksi 50sia1 tak terstruktur cii sekolah (yang juga disebut dengan kurikulum tersembunyi) telah memunculkan nilai-nilai positif pade diri siswa dun proses tersebut mencerminkan terinternalisasikan~ flya Ililai--rlilai nlodernitas di dalam diri mereka. Selain itu, da1i tJBsil anal isis menunjukkan bahwa terdapat hubungan Yang signifiltari antara nilai-nilai positif yang didapat responden da~i pengalaman belajarnYB y~ng bukan berdasarkan kuriku1um formal di sekolah dengan tingkat modernitas mereka

    PROSES SOSIALISASI DAN INTERAKSI SOSIAL YANG TERJADI DI SEKOLAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN TERBENTUKNYA MODERNITAS SISWA

    Get PDF
    Massiah pellelitian yang ditelusuri dalam penelitian Lni adalah : 1.Apakah proses sosialisasi dan interaksi sosial yang terjadi di sekolah telah mencermillkan internalisasi oi1ainilai modernitas kepada siswanya ? 2.Sejauh mana hubungan antera proses sosialisasi yang terjadi di sekolah dengan pembentukan nilai-nilai modernitas pada di,ri sis~a? Seeara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme proses sosialisasi dan interaksi sosial yang terjadi di sekolah, di mana proses tersebut seeara tecritis dianggap dapat merubah ~eril~ku siswa kc arah yang positif y3itu terbentuknya sikap modern terhadap diri siswa. Meialui pene1itian ini pula akan dilihat sejauh mana sekolah berfungsi tidak saja sebagai sarana pengajar tetapi juga sebagai agen pendidik siswa agar kelak mereka dapat mandiri a~ d~lam mssyarakat yang semakin kompleks mela1ui internalisasi 11i1ai-ni1ai modernitas ke da1am diri siswa. Lokasi pel1eIitian ini secara purposive ditetapkan di SHAN 2 Surabaya. Alasan memilih Seko1ah Mengah Atas sebagai por.u l aa ipene I I t dan karena didasarkan pertimbangan bahwa SMA adalah jalur pendidikan menengah terakhir setelah SMP, sehingga diharapkan siswa-siswanya paling tidak telah mengc11&amp;1 dan mempunyai ni1ai-oilai modernitas di dalam dirinya. SMA Negeri 2 Surabaya yang dipilir. mewakili SMA-SMA yang ada di Surilbaya karena seka1ah tersebllt dianggap memiliki predikat f avor it di mas yarakat dan kualdt asnva d Langgap juga :;IJl~up baik. Jumlah sampel diambil sebanyak 20% dari jumlah papulasi si.swa yang sedang duduk di kalas 3, yakni sebanyak 80 orang. Penarikan aampe I dilakukan denaen systematic random sampling, Hetode pengumpulan data lIlenggunakan kuesianer berstruktur dan juga didukung dengan wawancara bebas t.ar-i menda Lan s e r t a obs e r vas L. Pene1itian in1 ber j en i e eJ~splallasi. maka teknik analisa data dilakukan melalui interpretasi kua1itatif dan kuantitatif, Untuk interpretasi kJ8ntitatif secara eksplisit digunakan test stattstik koefi. sien korelasi Rank Kendall. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini menunjuk-karl bahwa proses 5051a11585i dan interaksi 50sia1 tak terstruktur cii sekolah (yang juga disebut dengan kurikulum tersembunyi) telah memunculkan nilai-nilai positif pade diri siswa dun proses tersebut mencerminkan terinternalisasikan~ flya Ililai--rlilai nlodernitas di dalam diri mereka. Selain itu, da1i tJBsil anal isis menunjukkan bahwa terdapat hubungan Yang signifiltari antara nilai-nilai positif yang didapat responden da~i pengalaman belajarnYB y~ng bukan berdasarkan kuriku1um formal di sekolah dengan tingkat modernitas mereka
    corecore