11 research outputs found

    Introduksi Pemanfaatan Legum Lamtoro Tarramba (Leucaena leucocephala cv. tarramba) Sebagai Pakan Sumber Protein Pada Kelompok Peternak Sapi Sambik Elen Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara

    Get PDF
    Wawasan peternak merupakan salah satu penyebab utama rendahnya ketersediaan nutrisi di dalam pakan dalam usaha pembibitan sapi potong di Indonesia. Sistem pemeliharaan sapi di tingkat peternak masih dilakukan secara tradisional tanpa pernah memperhatikan kebutuhan pakan yang diperlukan oleh ternak, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan ketersediaan hijauan pakan dan tidak adanya penyediaan hijaun pakan secara khusus, pada musim kemarau terjadi kesulitan memperoleh bahan pakan terutama hijauan pakan yang berkualitas. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas nutrisi dalam pakan untuk sapi potong adalah dengan mencari bahan pakan alternatif. Tanaman legume lamtoro varietas tarramba (leucaena leucocephala cv. tarramba) memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan cepat, dapat beradaptasi pada daerah tropis dan dapat bertahan di berbagai kondisi tanah. Lamtoro memiliki kandungan nutrisi diantaranya, karbohidrat 40 %, protein 25,9 %, tannin 4 %, mimosin 7,17 %, kalsium 2,36%, fosfor 0,23%, dan nitrogen 4,2 %. Informasi ini perlu untuk dibagikan kepada masyarakat. Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan adalah wilayah yang memiliki populasi sapi potong yang cukup signifikan di Kabupaten Lombok Utara. Sebagai bentuk pembagian informasi, maka dilakukanlah kegiatan Pengabdian introduksi manfaat lamtoro tarramba sebagai hijauan sumber protein bagi ternak. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan peternak mengenai potensi lamtoro tarramba untuk meningkatkan produktivitas ternaknya. Kegiatan pengabdian berhasil dilaksanakan dengan mencapai target luaran. Masyarakat menguasai teknik penanaman dan manajemen pemeliharaan tanaman lamtoro, masyarakat telah menyadari dan mengaplikasikan lamtoro sebagai basis pakan ternaknya, dan masyarakat menguasai teknologi pengawetan pakan dan pembuatan pellet untuk meningkatkan hasil produktivitas ternaknya

    Pembinaan Cara Beternak Untuk Meningkatkan Produktifitas Ternak Sapi Pada Program 1000 Desa Sapi Di Desa Teruwai Kabupaten Lombok Tengah

    Get PDF
    Program 1000 desa sapi adalah upaya peningkatan populasi dan produktifitas ternak sapi dalam rangka swasembada daging untuk mencapai ketahanan pangan nasional. Salah satu desa yang menjadi pilot projek dari program ini adalah Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Kondisi yang ada pada peternak disini adalah masih menerapkan sistem peternakan tradisional, dimana ternak sapi dipelihara dan diberi makan dengan pakan yang tidak berpedoman pada kecukupan kualitas nutrisi, sehingga menyebabkan rendahnya produktifitas sapi. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan pembinaan bagaimana cara beternak yang ideal dengan memberikan pelatihan pembuatan pakan ternak berkualitas, pelatihan perawatan ternak, pelatihan pengolahan limbah ternak, serta pelatihan manajemen pengadaan pakan yang cukup dan berkualitas. Pembinaan cara beternak yang ideal merupakan suatu upaya perbaikan sistem peternakan sapi yang lebih efektif dan lebih efisien untuk menghasilkan ternak yang berproduksi tinggi sehingga usaha swasembada daging dapat dicapai sehingga terciptalah ketahanan pangan nasional. Hasil yang di dapat dengan adanya pelatihan-pelatihan  yang dilakukan para peternak sudah mulai menggunakan sistem beternak yang lebih modern, memperbaiki kualitas pakan yang digunakan, mulai melakukan pengolahan limbah ternak sapi menjadi kompos dan biogas, serta dapat menerapkan manajemen pengadaan pakan yang optimal

    Penyuluhan dan Pelatihan Peternak Untuk Menunjang Optimalisasi Produktifitas Program 1000 Desa Sapi Di Desa Pengengat Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

    Get PDF
    Program 1000 desa sapi merupakan salah satu program pemerintah sebagai upaya peningkatan populasi dan produktifitas ternak sapi dalam rangka swasembada daging untuk mencapai ketahanan pangan nasional. Salah satu desa yang menjadi tempat dari program ini adalah Desa Pengengat, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Desa Pengengat adalah salah satu dari lima desa yang terpilih sebagai penerima bntuan program 1000 desa sapi karena sebagian besar wilayahnya adalah areal persawahan yang luas dan potensi peternakan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil observasi di desa Pengengat ditemukan permasalahan berupa kurangnya pengetahuan peternak dalam manajemen penyediaan dan pemberian pakan berkualitas bagi ternaknya serta rendahnya pengelolaan kandang yang berhubungan dengan pengelolaan limbah kendang berupa feses dan urin. Telah dilakukan suatu pengabdian pada masyarakat dalam bentuk penyuluhan dan kelompok ternak dalam penanaman, penyediaan dan pengawetan hijauan pakan berkualitas, pemanfaatan limbah feses dan urine menjadi pupuk organik kompos dan biourin kompos. Penyuluhan dan pelatihan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peternak anggota program 1000 desa sapi di desa Pengengat untuk menyediakan hijauan pakan berkualitas bagi ternaknya dan kesadaran untuk memanfaatkan limbah feses dan urin menjadi pupuk organik kompos dan biourin

    Mixed Leucaena and molasses can increase the nutritional quality and rumen degradation of corn stover silage

    Get PDF
    Objective: The study was conducted to determine the effect of Leucaena at different proportions and doses of molasses on the nutritional quality, silage fermentation characteristic, and in vitro digestibility of corn stover silage. Materials and Methods: The study was designed in a completely randomized factorial design 3*3 pattern. The first factor was the proportion addition of Leucaena, i.e., L0 (0%), L15 (15%), L30 (30%), and L45 (45%) of inclusion of Leucaena on the dry matter (DM) basis of corn stover. The second factor was the dose of inclusion of molasses, i.e., M2 (2%), M4 (4%), and M6 (6%) on the fed basis ofsilage. Each treatment had five replications. The variables observed included chemical composition [DM, organic matter (OM), crude protein (CP), crude fiber (CF), hemicellulose, acid detergent fiber, and neutral detergent fiber], silage fermentation characteristics (pH and NH3 -N), DM digestibility (DMD), and OM digestibility (OMD) under in vitro conditions. Results: The result shows that the inclusion of Leucaena in the proportion of 30%–45% is very effective in increasing and improving the chemical composition of corn stover silage, significantly suppresses the content of CF, and increases the CP content of the silage. Likewise, the inclusion of molasses at a dose of 4% also positively contributed to the quality of the resulting silage, especially its effect in suppressing the buffer capacity of proteins resulting in low pH values and NH3 -N concentrations in silage. Conclusions: It was concluded that the inclusion of Leucaena in 30%–45% and the inclusion of molasses at a dose of 4% is very effective in increasing and improving the chemical composition, silage fermentability characteristics, and rumen degradation of corn stover silage

    Implementasi Pelatihan Pakan Ternak Dalam Menunjang Optimalisasi Program 1000 Desa Sapi Di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

    Get PDF
    Program 1000 desa sapi adalah upaya peningkatan populasi dan produktifitas ternak sapi dalam rangka swasembada daging untuk mencapai ketahanan pangan nasional. Salah satu desa yang menjadi pilot projek dari program ini adalah Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah dengan nama kelompok “Tunas Karya II”. Kondisi yang ada pada kelompok tersebut adalah masih menerapkan sistem peternakan tradisional, dimana ternak sapi dipelihara dan diberi makan dengan pakan yang tidak berpedoman pada kecukupan kualitas nutrisi, sehingga menyebabkan rendahnya produktifitas sapi. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan pembinaan manajemen pakan dengan memberikan pelatihan penanaman pakan ternak berkualitas, pelatihan perawatan ternak, pelatihan pengolahan limbah ternak, serta pelatihan manajemen pengadaan pakan yang cukup dan berkualitas.. Hasil yang di dapat dengan adanya pelatihan-pelatihan yang dilakukan adalah: para peternak sudah mulai menggunakan sistem beternak yang lebih baik, memperbaiki kualitas pakan yang digunakan, mulai melakukan pengolahan limbah ternak sapi menjadi kompos dan biourine, serta dapat menerapkan manajemen pengadaan pakan yang optimal. &nbsp

    Upaya Pengendalian Wabah Penyakit Mulut Dan Kuku Pada Kelompok Ternak Program 1000 Sapi Di Desa Teruwai Melalui Program Kuliah Kerja Nyata Tematik Universitas Mataram

    Get PDF
    Penyebaran wabah virus penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sangat menular menyerang hewan ternak berkuku belah seperti sapi, kerbau hingga kambing telah merugikan para peternak serta menganggu ketahanan pangan masyarakt di pedesaan. Untuk itu perlu dilakukana upaya pengendalian penyebaran wabah PMK di usaha peternakan masyarakat dalam bentuk pengabdian pada masyarakat, Universitas Mataram melalui program menyelenggarakan KKN membantu masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam masalah ketahanan pangan. Untuk itu, mahasiswa KKN UNRAM melakukan program kerja pengendalian penyebaran wabah PMK. Kondisi yang ada di lokasi tempat Program Desa 1000 Sapi, yakni di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, ternak sapi di kandang kelompok ternak ini hampir seluruhnya terjangkit virus PMK. Dalam kegiatan ini mahasiswa KKN melakukan beberapa kegiatan dalam program kerja unggulan pengendalian penyebaran wabah PMK, seperti pembersihan kandang, penyemprotan disinfektan, hingga pemberian vitamin dan pakan ternak hijau bernutrisi tinggi. Respon dan partisipasi masyarakat peternak sangat positif dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini. Dengan dilaksanakannya program kerja tersebut, sapi terjangkit PMK yang ada di kandang Kelompok Ternak Tunas Karya II hamper seluruhnya dapat sembuh dan berangsur pulih menjadi sehat kembali

    Sosialisasi Kesehatan Ternak dan Pembuatan Pakan di Kelompok Ternak Tunas Karya II Desa Teruwai

    Get PDF
    Desa Teruwai adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak. Sumber daya alam di Desa Teruwai bisa dibilang baik terutama dalam bidang pertanian dan pertenakan dengan komoditi unggulan yaitu Desa ini yang menjadi bagian dari Program Desa 1000 Sapi Pada Kelompok Ternak Tunas Karya II yang berlokasi di dusun Terap, dan beberapa program pertaniannya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan di Dusun Terap Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Pelaksanaan kegiatan program pengabdian ini dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Mataram Kegiatan pengabdian dilaksanakan melalui beberapa tahapan meliputi observasi, pelayanan kesehatan ternak.Pelaksanaan kegiatan Penyuntikan vitamin B kompleks pada sapi yang dilaksanakan di kelompok Ternak Tunas Karya II  Desa Teruwai pada 20 Juli 2023 telah berhasil dilakukan secara langsung di lapangan. Kegiatan penyuntikan vitamin B kompleks pada sapi dikhususkan pada sapi yang mengalami penurunan produktivitas dan konsumsi pakan. Selain itu, dilaksanakan juga pembuatan silase. Tujuan pembuatan silase  yaitu untuk mengantisipasi penyediaan pakan ternak disaat musim kemarau atau kondisi dimana pakan ternak sulit untuk didapatkan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan oleh Mahasiswa KKN PMD Universitas Mataram dapat disimpulkan bahwa penyuntikan vitamin B kompleks pada sapi berhasil diterima dengan baik oleh peternak di Desa Teruwai. Diharapkan kegiatan penyuntikan ini tidak terhenti dan tetap mengalami keberlanjutan untuk kemudian hari, sehingga kesehatan ternak tetap terjaga

    Komposisi Botani, Persentase dan Kualitas Tanaman Pakan Sapi di Kabupaten Sumbawa Barat

    No full text
    This study aims to determine the botanical composition, percentage, and quality of plant feed given to cattle. The research was carried out in West Sumbawa Regency, using a survey method or direct observation in the field with a purposive sampling technique of 50 cattle breeders in Sumbawa Regency. The method used is by weighing the fresh weight of the whole feed given to the cows. Forage plants were observed by separating the plants based on their type, then identified each type of forage plant that has been separated using the help of the Plant Net application and followed by proximate analysis. The results showed that the botanical composition consisted of 19 types of forage plants, namely 6 types of legumes, 4 types of grasses, 2 types of agricultural waste, and 7 types of weeds. The percentage of forage feed respectively is legumes (53%), grass (43%), agricultural waste (3%), and others (1%). Leguminous feed was dominated by lamtoro (46.16%) and other legumes (6.37%). The quality of feed given to cattle is of good quality due to the dominance of forage legumes in feed with a crude protein content of 16.06%.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi botani, persentase, dan kualitas tanaman pakan yang diberikan pada sapi. Penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat, dengan metode survey atau pengamatan langsung di lapangan dengan tehnik pengambilan sampel secara purposive sampling sebanyak 50 sampel peternak di pulau Sumbawa yang memiliki sapi. Metode yang digunakan dengan cara menimbang berat segar keseluruhan pakan sapi yang diberikan. Tanaman pakan diamati dengan memisahkan tanaman berdasarkan jenisnya. selanjutnya diidentifikasi masing-masing jenis tanaman pakan yang telah dipisahkan menggunakan bantuan aplikasi Plant Net dan dilanjutkan dengan analisis proksimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi botani terdiri dari 19 jenis tanaman pakan hijauan yakni 6 jenis legume, 4 jenis rerumputan, 2 jenis limbah pertanian, dan 7 jenis gulma. Persentase pakan hijauan berturut-turut yaitu legume (53%), rerumputan (43%), limbah pertanian (3%), dan lain-lain (1%). Pakan leguminosa didominasi oleh lamtoro (46,16%) dan legume lainnya (6,37%). Kualitas pakan yang diberikan pada sapi tergolong berkualitas baik yang disebabkan oleh dominasi hijauan legum dalam pakan dengan kandungan protein kasar 16,06%

    The Potential of Corn Waste (zea mays L.) as Ruminants Feed in Bolo District, Bima Regency

    Get PDF
    Corn straw as agricultural waste is a source of feed for ruminants which has a high fiber content and still contains good nutritional value and is sufficiently available. Unfortunately, this potency has not been fully utilized by the farmer as animal feed. This condition is found in almost all regions in NTB because we still see a lot of corn straw or corn waste in general, a lot of which is wasted even burned by the community. One of the efforts that need be made so that it can be used as a source of feed is by knowing the production of corn straw and its potential as feed for ruminants in Bolo District, Bima Regency. The research was carried out by survey method by using a questionnaire. The research results showed that the area of ​​maize plants in Bolo District was 4,041.88 hectares with a harvest area of ​​3,024.76 hectares. The production of corn waste consisting of stalks, leaves, husks, cobs and silk was 3,629.66 tons in dry matter. The population of ruminants (cattle, buffalo, goats and sheep) is 10,008 heads with the largest livestock population is the cattle. From the calculation between the amount of corn waste production and the ruminant livestock population in Bolo District, Bima Regency, it can be concluded that corn waste has a high potential as feed, which is 19 percent

    The effect of water immersion and fibre content on properties of corn husk fibres reinforced thermoset polyester composite

    Get PDF
    This work presents an experimental investigation into the effect of cornhusk fibre (CHF) content upon the mechanical properties, water absorption behaviour, and swellability of CHF/polyester (PE) composites used in water environments. The CHF/PE was prepared at different volume fractions using hot compression (~175 °C). To investigate the rate of water absorption and swellability behaviours, composites were immersed in water for varying durations. The mechanical properties of composites (i.e. tensile, bending and compression strengths) immersed in water were carefully evaluated. The results indicate that the composites with an increased CHF content and a longer immersion time are prone to lower mechanical properties. The large amount of water absorbed by the composite reduces the bonding interface between CHF and PE, which is responsible for the damage. Moreover, the amount of water absorbed and the swellability increase with a corresponding increase in the CHF content. The lowest water absorption (2.39%) was detected in 20% CHF and 80% PE composite immersed for 6 days. The findings gathered in this research endorse CHF/polyester thermoset composites as a viable alternative for construction applications
    corecore