32 research outputs found

    INCREASING NUMBER OF SMALL FARMS IN INDONESIA: CAUSES AND CONSEQUENCES

    Get PDF
    According to agricultural cencus data, the percentage of small farms (holding <0.5 ha) has increased from 48.5% in 1993 to 56.5% in 2003. Evidence from micro panel data is also inline with this observation. In rice farming region of Java, average farm size has declined from 0.49 ha in 1995 to 0.36 ha in 2007. In the off-Java region, average farm size declined from 1.49 ha in 1995 to 1.35 ha in 2007. The increasing trend of small farm is due to several factors, namely: high population presure coupled with limited non-farm employment, persistent trend of land conversion to non-farm use, and traditional practice of land inheritance. Due to small farm size, rural farm household have to diversify their income to meet their family needs. In Java, 51.7% of household income in 2007 is accounted for nonfarm income. This observation implies that strategic policies to increase household income in rural areas are by increasing access to land resources coupled with promoting off-farm and non-farm employment.small farm, land conversion, non-farm employment, Labor and Human Capital, Land Economics/Use,

    Perkembangan ekonomi kakao dunia dan implikasinya bagi Indonesia

    Get PDF
    IndonesianProduksi kakao dunia telah menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya produksi di negara-negara produsen tradisional maupun munculnya produsen-produsen baru yang penting seperti Malaysia. Di pohak lain, konsumsi kakao dunia nampak lebih stabil. Beberapa negara konsumen bahkan telah menunjukkan tanda-tanda kejenuhan dalam konsumsi. Perkembangan produksi dan konsumsi yang tidak seimbang akhirnya tercermin dalam perkembangan harga yang cenderung terus merosot. Berdasarkan pada gambaran di atas, maka perluasan areal dan peningkatan produksi kakao di Indonesia memerlukan pengkajian yang lebih mendalam tentang seberapa jauh peningkatan produksi tersebut perlu dilakuan. Perluasan areal selayaknya dibatasi pada daerah-daerah yang memang cocok untuk kakao. Selain untuk memperoleh produktivitas yang tinggi hal ini dimaksudkan pula untuk mendapatkan kualitas kakao yang lebih baik. Selain itu diperlukan pula usaha-usaha untuk menjamin bahwa harga kakao ditingkat petani sesuai dengan kualitasnya. Dalam jangka panjang, pengembangan produksi kakao juga selayaknya disertai dengan pengembangan industri pengolahannya. Hal ini sejalan dengan perkembangan impor kakao di beberapa negara konsumen yang cenderung berubah ke dalam bentuk kakao olahan. Untuk memperluas pasaran kakao, selain pasar internasional, konsumsi kakao domestik juga perlu didorong

    Situasi Pasar Minyak Sawit di Jepang

    Get PDF
    EnglishPalm oil production in Indonesia is estimated to increase at the level of 23 percent of world production by the end of Pelita V. To anticipate this large increase, a serious effort should be done in order to increase Indonesian market share of this product. Japan is one of potential markets to absorb palm oil from Indonesia. Market information concerning this product in Japan is of our important if one wants to promote palm oil exports to this country. This paper presents palm oil market situation in this country especially on demand, consumption, and marketing channels and its impacts on the Indonesian palm oil exports.IndonesianDengan adanya rencana peningkatan produksi minyak sawit Indonesia pada akhir Pelita V mencapai sekitar 23 persen dan proyeksi produksi dunia, diperlukan upaya yang lebih keras untuk meningkatkan pangsa pasar minyak sawit Indonesia di pasar internasional. Jepang sebagai negara industri mempunyai potensi cukup tinggi dalam penggunaan minyak sawit sehingga pengembangan ekspor ke negara tersebut mempunyai prospek yang baik. lnformasi pasar minyak sawit di Jepang menjadi sangat penting bagi Indonesia dalam rangka mempromosikan ekspor komoditi ini ke negara tersebut. Makalah ini membahas situasi pasar minyak sawit di negara tersebut, terutama mengenai permintaan, konsumsi, dan saluran pemasaran, serta pengaruhnya terhadap ekspor minyak sawit Indonesia

    Kebijakan Insentif Untuk Petani Muda: Pembelajaran dari Berbagai Negara dan Implikasinya bagi Kebijakan di Indonesia

    Get PDF
    EnglishIndonesia and many countries deal with decreased number of young farmers. Some measures are taken to attract youth to work as farmers through some incentive. This paper aims to review various incentive policies for young farmers in many countries and their effectiveness and their implications for Indonesia. This paper applies both descriptive analysis and cross tabulation methods. Success of financial aid programs to young farmers in developed countries is still pros and cons. In addition to the financial aid incentive policies, various supports are also provided in the developing countries for the same purpose. The implications for Indonesia to attract young generation to work in agricultural sector should be in accordance with characteristics of small farmers in this country. Learning from the experience of the government's financial aid policy to young farmers in developed countries and credit program policy for Indonesian farmers, interest rate subsidy is not the only policy instrument to attract young farmers to work in agriculture. Policies to facilitate young farmers' access to capital and land tenure are more essential besides improving business diversification in rural areas. The government should well manage industrial development in rural areas through agricultural programs integrated with other supporting services.IndonesianDewasa ini Indonesia dan negara-negara di dunia menghadapi permasalahan menurunnya jumlah tenaga kerja muda pertanian. Fenomena aging farmers dan semakin berkurangnya tenaga kerja muda pertanian terjadi dalam tataran global. Upaya untuk menarik dan mempertahankan generasi muda petani menjadi usaha yang terus-menerus dilakukan di berbagai negara. Berbagai kebijakan insentif untuk petani muda telah dikembangkan di negara-negara maju untuk membantu mereka berkarir di sektor pertanian, khususnya pertanian on farm. Tujuan makalah adalah untuk melakukan review terhadap berbagai kebijakan insentif untuk petani muda di berbagai negara dan efektivitas kebijakan tersebut, serta implikasinya bagi Indonesia. Metode analisis dilakukan secara deskriptif dan tabulasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa keberhasilan program-program bantuan finansial kepada petani muda di negara-negara maju masih bersifat  pro dan kontra. Selain kebijakan insentif yang bersifat bantuan finansial, juga diberikan bantuan dalam bentuk dukungan lain. Implikasi bagi Indonesia, untuk menarik tenaga kerja ke sektor pertanian perlu disesuaikan dengan karakteristik petani kecil. Belajar dari pengalaman kebijakan insentif negara-negara maju dan kebijakan di Indonesia, insentif subsidi bunga pinjaman bukan satu-satunya instrumen untuk menarik tenaga kerja muda ke pertanian. Kebijakan untuk mempermudah akses modal dan penguasaan lahan lebih diperlukan selain diversifikasi usaha di perdesaan. Untuk itu, pengembangan industri di perdesaan harus berjalan dengan baik dan didukung oleh program pertanian yang terintegrasi dengan layanan pendukung

    Gejala Pergeseran Kelembagaan Upah pada Pertanian Padi Sawah

    Get PDF
    EnglishTechnology causes changes in agricultural production and institutional systems. In term of working-relation institution, a change from in-kind (bawon and kedokan) payment system to cash (daily and contract) system is more efficient to the land owners in reducing harvesting costs. However, daily and contract payments could raise moral hazard carried out by the workers in terms of working intensity and quality. An alternative implemented by the land owners to control moral hazard is through establishment of patron-client relation with permanent workers.  IndonesianTeknologi telah menyebabkan perubahan  pada sistem produksi maupun tatanan kelembagaan pertanian. Dalam kelembagaan hubungan kerja pertanian, perubahan sistem pengupahan dari sistem bawon dan kedokan ke sistem pengupahan tetap, baik harian maupun borongan, dipandang oleh pemilik lahan merupakan cara yang lebih efisien dalam mengurangi biaya panen. Namun, pada dasarnya sistem pengupahan harian dan borongan memberi peluang buruh tani untuk melakukan kecurangan (moral  hazard)  baik dalam intensitas jam kerja maupun kualitas kerja. Salah satu strategi yang dilakukan pemilik lahan untuk menekan munculnya moral hazard adalah dengan membangun hubungan patron-client dengan buruh tani melalui penggunaan buruh langganan dan buruh tetap

    Fenomena Penuaan Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda serta Implikasinya bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian

    Get PDF
    EnglishQualified human resources with a good commitment to develop agricultural sector is one of the determining factors toward sustainable agricultural development. However, agricultural development deals with significant issue especially reduction in the number of young farmers. This paper aims to review structural changes from perspective of aging farmer and declined number of young farmers in Indonesia and other countries. Specifically, this paper identifies various factors causing the changes and describes the policies needed to support young workers to enter agricultural sector. The method used in this paper is both descriptive analysis and cross tabulation. The results show that aging farmers and young farmers decline in Indonesia keep increasing. The phenomena are also found in other countries in Asia, Europe, America and Australia. Various factors causing lack interest of young workers in agricultural sector, namely less prestigious, high risk, less assurance, unstable earning. Other factors are small size land holding, limited non-agricultural diversification and agricultural processing activities in rural areas, slow farm management succession, and lack of incentive for young farmers. To attract youth to enter agricultural sector, it is necessary to transform youth’s perception that agricultural sector currently is interesting and promising. The government needs to development agricultural industry in rural areas, introduces technology innovation, offers special incentives for young farmers, modernizes agriculture, and conducts training and empowerment of young farmers.IndonesianSumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki komitmen membangun sektor pertanian merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan. Namun, pembangunan pertanian menghadapi permasalahan cukup serius, yaitu jumlah petani muda terus mengalami penurunan, baik secara absolut maupun relatif, sementara petani usia tua semakin meningkat. Tujuan makalah ini adalah melakukan review tentang perubahan struktural tenaga kerja pertanian dilihat dari fenomena aging farmer dan menurunnya jumlah tenaga kerja usia muda sektor pertanian di Indonesia dan di berbagai negara lainnya, mengidentifikasi berbagai faktor penyebab perubahan tersebut, serta kebijakan yang diperlukan untuk mendukung tenaga kerja muda masuk ke  sektor pertanian. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan tabulasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum fenomena penuaan petani dan berkurangnya petani muda di Indonesia semakin meningkat. Kondisi seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara-negara lain di Asia, Eropa, dan Amerika.  Berbagai faktor penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian, di antaranya citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, berisiko tinggi, kurang memberikan jaminan tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pendapatan; rata-rata penguasaan lahan sempit; diversifikasi usaha nonpertanian dan industri pertanian di desa kurang/tidak berkembang; suksesi pengelolaan usaha tani rendah; belum ada kebijakan insentif khusus untuk petani muda/pemula; dan berubahnya cara pandang pemuda di era postmodern seperti sekarang. Strategi yang perlu dilakukan untuk menarik minat pemuda bekerja di pertanian antara lain mengubah persepsi generasi muda bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menarik dan menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan sungguh-sungguh, pengembangan agroindustri, inovasi teknologi,  pemberian insentif khusus kepada petani muda, pengembangan pertanian modern, pelatihan dan pemberdayaan petani muda, serta memperkenalkan pertanian kepada generasi muda sejak dini

    Faktor-Faktor yang Menentukan Pemilihan Teknik Pengolahan Tanah pada Usahatani Padi

    Get PDF
    The main objective of this paper is the examine the factor influencing tractor utilization in rice form study was conducted in four village of East Java in crop season 1988-1989. Based on the logit analyses, it was shown that the probability of farmer using tractor was significanly influenced by cropping intensity and the ratio of tractor rental value to holing wage. Moreover, the rental rate of tractor shows a positive impact to the probablity of adapting tractor

    Luas Lahan Usaha Tani dan Kesejateraan Petani: Eksistensi Petani Gurem dan Urgensi Kebijakan Reforma Agraria

    Get PDF
    Salah satu pendekatan untuk meningkatkan kesejahteraan petani sehingga keluar dari perangkap kemiskinan adalah peningkatan akses penguasaan lahan oleh petani. Terkait dengan itu, implementasi program reforma agraria merupakan hal yang sangat penting. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan ukuran lahan usahatani minimal dan titik impas usahatani per rumah tangga tani dan saran kebijakan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga petani. Jumlah petani yang menguasai lahan &lt;0,5 ha meningkat dari 45,3 persen pada tahun 1993 menjadi 56,4 persen pada tahun 2003, sementara rata-rata luas penguasaan lahan sawah, terutama di Jawa, menurun dari 0,49 ha pada tahun 1995 menjadi 0,36 ha tahun 2007. Luas lahan usahatani yang diperlukan untuk mencapai BEP usahatani padi, jagung dan kedele berturut-turut sebesar 0,51, 0,41 dan 0,46 hektar. Luasan lahan yang dibutuhkan per rumah tangga tani padi, jagung dan kedele untuk memperoleh pendapatan setara atau diatas Garis Batas Kemiskinan BPS minimal seluas 0,65, 1,12 dan 0,74 ha. Kemudian dengan asumsi luas penguasaan lahan seperti saat penelitian Patanas 2010, maka tingkat harga aktual padi, jagung dan kedele yang harus dicapai agar pendapatan petani berada di atas Garis Batas Kemiskinan harus ditingkatkan 36-207 persen. Berdasarkan kondisi penguasaan lahan saat ini kebijakan reforma agraria untuk meningkatkan lahan petani perlu diimplementasikan secara nyata untuk mensejahterakan rumah tangga petani kecil

    Diversifikasi Sumber Pendapatan Rumah Tangga di Pedesaan Jawa Barat

    Get PDF
    EnglishSource of rural household income commonly not only come from single source, but also from many others or it is said the income is diversified. In this paper concept of diversification is simply on relation with source of household income or rural household Job. The objective of this paper is twofold. First, to define the rate of household income diversification, and second to evaluate the impact of diversification on household income. This paper is based on PATANAS data which was conducted on 14 villages in West Java in 2001. The results of this study were as follows: rate of income diversification was relatively high, but there was non positive correlation between rate of diversification and level of income.IndonesianDewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dikatakan rumah tangga tersebut melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan. Dalam makalah ini konsep diversifikasi diartikan sebagai penganekaragaman usaha atau penganekaragaman sumber pendapatan rumah tangga di pedesaan. Tujuan dari tulisan ini terutama, adalah untuk mengetahui tingkat diversifikasi sumber pendapatan rumah tangga dan dampak diversifikasi tersebut terhadap pendapatan rumah tangga di pedesaan. Kajian ini menggunakan data PATANAS Jawa Barat. Penelitian dilakukan tahun 2001 di 14 desa dengan berbagai tipe agroekosistem. Dari hasil kajian ini diketahui bahwa tingkat diversifikasi sumber pendapatan rumah tangga di pedesaan Patanas Jawa Barat tergolong relatif tinggi, namun tidak ditemukan hubungan positif dengan tingkat pendapatan. Dampak diversifikasi terhadap pendapatan rumah tangga tidak menunjukkan pola yang jelas

    ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI TEBU DI JAWA TIMUR

    Get PDF
    ABSTRAKUpaya pengembangan usaha tani tebu masih terkendala bukanhanya oleh ketersediaan lahan namun juga oleh aspek teknis budidayausaha tani (penggunaan bibit unggul, pemupukan, aspek kelembagaan,dan sebagainya). Selain melalui fasilitasi perluasan lahan, strategipengembangan  tebu  harus  disertai  dengan  upaya  peningkatanproduktivitas, yaitu melalui peningkatan efisiensi usaha tani tebu, ataudengan kata lain bagaimana meningkatkan output maksimum melaluipengelolaan sumberdaya serta teknologi yang ada. Tujuan penelitianadalah untuk menganalisis efisiensi usaha tani tebu dan menentukanfaktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi usaha tani tebu. Data yangdigunakan adalah data survei PATANAS (Panel Petani Nasional) olehPusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian di Kabupaten Malangdan Lumajang, Jawa Timur tahun 2009. Jumlah contoh sebanyak 132rumah tangga yang dipilih secara acak. Analisis menggunakan stochasticfrontier production function approach dengan fungsi produksi StochasticFrontier Cobb Douglas yang diolah menggunakan program Frontier 4.1.Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks efisiensi teknis dikategorikanbelum efisien dengan rata-rata efisiensi sebesar 0,672. Variabel akseslahan oleh petani merupakan faktor yang paling penting dan responsifdalam mempengaruhi produksi tebu. Kebijakan pengembangan usahatani tebu untuk meningkatkan efisiensi usaha tani adalah melaluipeningkatan akses lahan, kualitas bibit yang dipakai, dan ketersediaansarana produksi.Kata kunci : efisiensi teknis, usaha tani tebu, stochastic frontierproduction functionABSTRACTImproving sugar cane farming is still constrained by not only landavailability but also technical aspects such as quality of seed, fertilization,institution, etc., so that development strategy to improve sugar canefarming should be conducted by facilitating extensification andincreasing productivity and technical efficiency, or in other wordincreasing maximum output through resource management andtechnology. The aim of this study was to analyze technical efficieny ofsugar cane farming and to identify determinant factors influencing theefficieny of sugar cane farming. This study used PATANAS data surveywhich was conducted by Indonesian Center for Agriculture SocioEconomic and Policy Study (ICASEPS) in Malang and LumajangRegency, East Java Province in the years of 2009. The 132 samplies ofsugarcane household were chosen randomly in the year 2009. Data wereanalysed using stochastic frontier production function approach withStochastic Frontier Cobb Douglas using frontier 4.1. programme. Theresult of this study showed that sugar cane farming in East Java wastechnically not efficient with the index value of 0.672. Among variablesthat significantly influenced sugarcane production, land access byfarmers was an essential factor to improve production. Policy implicationfor developing sugar cane farming to improve technical efficiency is byincreasing land access, quality of seed, and production factor availability.Key words : technical efficiency, sugarcane farming, stochasticfrontier production functio
    corecore