30 research outputs found
Analisis Hubungan Keberadaan dan Kelimpahan Lamun dengan Kualitas Air di Pulau Karimunjawa, Jepara
Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem penting di wilayah pesisir sebagai pendukung kehidupan biota di laut. Kerapatan jenis lamun dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh dari lamun tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014 di Perairan Pulau Karimunjawa dengan tujuan untuk mengetahui jenis dan keberadaan lamun, persentase tutupan lamun, dan hubungan keberadaan dan kerapatan lamun dengan kualitas air di Pulau Karimunjawa. Metode penelitian adalah deskriptif dengan studi kasus untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena suatu objek penelitian secara detail. Pengumpulan data dilakukan dengan sampling menggunakan kuadran transek. Materi yang digunakan adalah lamun yang ditemukan di lokasi penelitian, data yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia seperti suhu, kecepatan arus, kedalaman, substrat, salinitas, DO, pH, nitrat, fosfat, dan amoniak. Hasil penelitian didapatkan 8 jenis lamun yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acroides, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Halophilla minor, Halophila ovalis, dan Thalassia hemperichii. Persentase penutupan lamun di Pancoran Belakang yaitu 63,73 %, Legon Lele 31,65 %, dan Alang-alang 24,33%. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,755 yang menunjukkan terdapat hubungan erat antara kerapatan lamun dengan kualitas air. Seagrass ecosystem is one of the important ecosystem in coastal area that support biota life in the sea. Seagrass beds density influenced by the place where it\u27s grow. The research was conducted on March 2014 at Karimunjawa Island, in order to know the type of seagrass, seagrass cover percentage, and correlations of the existence and seagrass beds density with the water quality in the Karimunjawa Island. Research method is descriptive with case study to describe condition or status of research object on the phenomenon in detail. The material used was seagrass beds that found there and environment parameters include physical and chemical parameters such as temperature, current, depth, substrate, salinity, DO, pH, nitrate, phosphate, and ammoniac. The results obtained 8 seagrass species that are Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule pinifolia Halodule uninervis, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii. The seagrass cover percentage at Pancoran Belakang is 63,73 %, Legon Lele 31,65%, and Alang-alang 24,33%. The value of correlation coefficient (r) is 0,755 that show a close relation between seagrass density with water qualities
Pengelolaan Tambak Dan Mangrove Di Area Pertambakan Di Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara luas tambak dengan jumlah mangrove pada area pertambakan, pengaruh luas tambak dan jumlah mangrove terhadap tingkat produksi tambak tradisional bandeng pada luasan tambak yang berbeda, pengaruh tingkat produksi terhadap tingkat pendapatan petani tambak, dan menentukan strategi pengelolaan yang tepat pada area pertambakan di Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dimana data dikumpulkan dari hasil observasi di lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner terhadap 36 responden.Analisis data mengggunakan metode regresi dan korelasi Excel serta analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan luas tambak memiliki hubungan yang siginifikan dengan jumlah mangrove yang mengindikasikan bahwa semakin luas tambak, jumlah mangrove akan semakin banyak karena besarnya pengaruh mangrove terhadap tambak, perbandingan luas tambak dan jumlah mangrove memiliki hubungan dengan tingkat produksi yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi perbandingan luas tambak dan jumlah mangrove, maka tingkat produksi tambak akan semakin besar, maka semakin besar pula tingkat pendapatan petani tambak, serta strategi pengelolaan yang didapat adalah meningkatkan jumlah mangrove di tambak guna meningkatkan produksi dan pendapatan, memperkuat pematang dengan menanam mangrove dengan perbandingan yang sama dengan luas tambak guna menahan rob dan abrasi, petani tambak harus membuat kesepakatan dalam mengelola mangrove agar mangrove di area tambak tetap lestari, dan meningkatkan pengetahuan petani tambak mengenai tambak dan pengaruh mangrove terhadap produksi. The purpose of this research done to know correlation betweenfishpondarea and amount of mangrove, influence of fishpond areasand amount of mangrove in the fishpond areastoproduction levels milkfish on traditional fishpond at different fishpond areas, influence production level to income level of fishfarmers, and determine the appropriate management strategy at fishpondarea in Mororejo Village, Kaliwungu Sub-District, District of Kendal.The methods used in this research was descriptive method where data collected from observation in field and interview using quesioner to 36 respondents . Data analysis used regression and correlation methods and SWOT analysis.The results showed that fishpondareas had significant correlation to amount of mangrove that indicated greater fishpond areas, amount of mangrove are be more because of the big influence of the mangrove toward the fishpond, comparison fishpond areas and amount of mangrove had connections to production level that indicated the higher fishpond areas and amount of the mangrove, production levels of fishpondwould be greater, production levels had significant correlation to income level which indicated that the greater fishpond production level, income level of fishfarmers would be higher, and management strategy was improved amount of mangrove in fishpond area to increase production and income, strengthened embankment by planting mangrove same comparison to fishpond areas to arrest fishpond from high spring tide and abration, fishfarmers should make agreement in management to keep mangrove on fishpond areas, and improved fishfarmers knowledge about fishpond and influence of mangrove toward productio
Status Pencemaran Sungai Wakak Kendal Ditinjau Dari Aspek Total Padatan Tersuspensi Dan Struktur Komunitas Makrozoobentos
Sungai Wakak merupakan perairan penerima limbah dengan volume cukup besar. Hal ini disebabkan adanya berbagai aktivitas ‘penyumbang\u27 limbah yang terdapat di kawasan ini, seperti kegiatan industri, pertanian, pemukiman, dan pertambakan. Peristiwa ini menyebabkan erosi, abrasi dan sedimentasi yang berdampak pada kehidupan biota perairan khususnya makrozoobentos dan kultivan pada tambak yang memanfaatkan pengairan Sungai Wakak . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi total padatan tersuspensi terhadap struktur komunitas makrozoobentos, serta status pencemaran Sungai Wakak. Metode sampling yang digunakan adalah sistematic sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada tiga stasiun yang berbeda selama tiga kali waktu sampling dimana stasiun 1 berada didaerah hulu sungai, stasiun 2 berada dilokasi yang terdekat dengan aktivitas masyarakat dan industri, dan stasiun 3 berada di hilir sungai yang dekat dengan muara . Hasil rata-rata konsentrasi total padatan tersuspensi antar waktu dan antar lokasi terendah yaitu sebesar 540 mg/l dan tertinggi sebesar 920 mg/l. Nilai kelimpahan individu dan kelimpahan relatif tertinggi yaitu makrozoobentos jenis Floridobia dengan KI 784 ind/m3. Indeks keanekaragaman (H\u27) tergolong rendah (tercemar sedang), indeks keseragaman (e) masuk dalam kategori tinggi. Indeks dominansi (D) mendekati nilai nol yang berarti tidak ada spesies yang mendominasi. Sedangkan berdasarkan analisis data dalam aspek Kurva ABC Makrozoobentos, diperoleh hasil bahwa perairan tersebut dalam kategori tercemar berat. Konsentrasi total padatan tersuspensi dapat berpengaruh terhadap struktur komunitas makrozoobentos meskipun dalam hal ini jumahnya sangat kecil. Berdasarkan konsentrasi total padatan tersuspensi dan kurva ABC makrozoobentos, Sungai Wakak termasuk sungai golongan tercemar berat. Wakak river is a large volume of water waste disposite. Various \u27contributor\u27 activities which are contained in this area are industrial activities, agricultural, domestic, and aquaculture. Real effects arising from such activities in the form of river pollution and erosion as well as the river bank abrasion. This causes the sedimentation process that impact on the aquatic biota, especially macrozoobenthos. The purpose of this study was to determine the effect of the concentration of total suspended solids makrozoobentos community structure and Wakak River pollution status. The sampling method is systematic sampling method. This study was conducted at three different stations during the three sampling times where first station located in the upstream of the river, second location is located in the closest area of the community and industrial activities, and third station is located in the downstream near the estuary. The average of total suspended solids concentration over time and between the lowest locations is in the amount of 540 mg/l and the highest was 920 mg/l. Abundance of individual values and the highest relative abundance of macrozoobenthos kind of Floridobia with KI 784 ind/m3. Diversity index (H\u27) is low (modaretely polluted), uniformity index (e) included in the high category. The Dominance index (D) was nearly zero, which means there is no dominated species. Based on the concentration of total suspended solid and the macrozoobenthos ABC curve, the results showed that the water is highly polluted. The concentration of total suspended solids can affect the community structure of macrozoobenthos although in this case the amount is very small. Based on the concentration of total suspended solids and macrozoobenthos ABC curve, River Wakak is highly polluted
Kajian Panjang Tunas Dan Bobot Umbi Bibit Terhadap Produksi Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola
Produksi tanaman kentang di Indonesia dapat meningkat dengan didukung peng-gunaan bibit yang baik. Dalam hal ini dengan penggunaan umbi yang memiliki panjang tunas yang dijadikan sebagai kriteria viabilitas benih untuk mengetahui cepat lambatnya pertumbuhan awal ken-tang, serta penggunaan bobot umbi bibit yang tepat dalam mendukung produksi ken-tang. Penelitian ini bertujuan untuk men-dapatkan panjang tunas dan bobot umbi bibit yang tepat dalam meningkatkan pro-duksi kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - November 2013, di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kec. Bumiaji, Kota Batu. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan yang meliputi 2 faktor. Faktor pertama, panjang tunas umbi bibit dan faktor kedua, bobot umbi bibit. Hasil pe-nelitian menunjukkan bahwa tanaman ken-tang dengan penggunaan berbagai variasi ukuran panjang tunas 0,3-0,7 cm, 1-1,4 cm, dan 1,7-2 cm tidak mempengaruhi kom-ponen pertumbuhan vegetatif tinggi tanam-an, jumlah batang, jumlah daun dan luas daun. Panjang tunas umbi bibit pada ber-bagai variasi ukuran 0,3-2 cm memiliki kemampuan yang sama terhadap produksi tanaman kentang yaitu 37,12-38,88 ton ha-1. Penggunaan berbagai variasi ukuran umbi bibit 35-50 g/umbi dan 55-70 g/umbi mem-pengaruhi komponen pertumbuhan vegetatif tinggi tanaman, jumlah batang, jumlah daun dan luas daun yang sama dan lebih tinggi daripada penggunaan umbi bibit 15-30 g/umbi. Penggunaan bobot umbi bibit 35-50 g/umbi memiliki potensi produksi yang sama dengan umbi bibit 55-70 g/umbi, sebesar 40,98 ton ha-1 dan 43,30 ton ha-1, lebih tinggi dibanding penggunaan umbi bibit 15-30 g/umbi dengan produksi 29,50 ton ha-1
Kelimpahan Larva Udang Di Sekitar Perairan PT. Kayu Lapis Indonesia, Kaliwungu, Kendal
Pembuangan limbah dari pabrik atau industri, pertanian, maupun limbah domestik dari suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu perairan dapat menyebabkan terjadinya degradasi kualitas air, dimana terjadi Perubahan parameter kualitas air yang dikarenakan adanya pencemaran yang dapat mempengaruhi sifat kimia, fisika, dan biologi perairan yang memiliki potensi mencemari lingkungan perairan dan yang pertama kali merasakan dampak tersebut adalah organisme-organisme akuatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi parameter fisika dan kimia air yang berpengaruh terhadap kelimpahan larva udang dan mengetahui jenis-jenis dominan larva udang di sekitar perairan PT. Kayu Lapis Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan (Mei -Juni 2013). Pengambilan sampel dilakukan dua minggu sekali pada saat pasang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sistematik random sampling. Pengambilan sampel air dilakukan di empat stasiun, stasiun I merupakan stasiun yang mewakili daerah yang dekat dengan tempat pembuangan limbah ke laut. stasiun II merupakan stasiun yang mewakili daerah lalu lalang kapal, dan stasiun III merupakan stasiun yang mewakili daerah log pond (penyimpanan kayu), dan stasiun IV merupakan stasiun yang mewakili daerah yang dekat dengan muara. Pengambilan sampel larva udang dilakukan pada saat air laut pasang dengan alat yang dibuat seperti bongo net. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan di sekitar PT. Kayu Lapis Indonesia masih termasuk dalam klasifikasi sedang, hal ini dapat dilihat pada hasil pengukuran kualitas air seperti salinitas, suhu, kecerahan, kedalaman, DO, BOD, COD, Nitrit, Amonia, Fenol dan pH yang masih dibawah Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Adapun jenis-jenis larva udang yang di dapat adalah Acetes japonicus, Nematocelis gracilis, Tenagomysis orientalis, Thysanopoda cornuta, Nematocelis atlantica, Neomysis intermedia, Anisomysis ijimai, Neomysis spinosa dan yang mendominasi adalah Acetes japonicus, hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan larva jenis Acetes japonicus dan mampu bertahan hidup di daerah tropis dan pada perairan dangkal
Kelimpahan Perifiton Pada Karang Masif Dan Bercabang Di Perairan Pulau Panjang Jepara
Pulau Panjang merupakan salah satu pulau-pulau kecil di Indonesia yang memiliki berbagai ekosistem salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan habitat dan tempat aktivitas berbagai organisme laut contohnya perifiton. Perifiton berperan sebagai produsen primer dalam suatu perairan untuk menghasilkan oksigen dan menjadi konsumsi bagi organisme lain (misalnya karang). Keberadaan perifiton pada substratnya tidaklah sama, perbedaan morfologi karang diduga menentukan kelimpahan perifiton pada karang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kelimpahan perifiton pada karang masif dan karang bercabang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2015 di Pulau Panjang Jepara. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan deskriptif analitis sebagai desain penelitiannya. Desain ini bertujuan untuk mendeskripsikan kelimpahan perifiton pada jenis pertumbuhan karang yang berbeda. Analisis perbedaan kelimpahan perifiton menggunakan Uji T (Mann-Whitney). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kelimpahan perifiton pada karang masif dan bercabang menunjukkan adanya perbedaan. Dimana kelimpahan perifiton pada setiap pengamatan tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik pada karang masif dan karang bercabang. pada pengamatan pertama kelimpahan perifiton pada karang bercabang terdapat 20.970 ind/cm2, sedangkan pada karang masif terdapat 19.764 ind/cm2. Pada pengamatan kedua kelimpahan perifiton pada karang bercabang terdapat 28.427 ind/cm2, sedangkan pada karang masif terdapat 30.623 ind/cm2. Faktor yang menentukan keberadaan dan kelimpahan perifiton pada karang yang paling terlihat yaitu dikarenakan perbedaan morfologi dari karang tersebut dan perbedaan dan Perubahan kecepatan arus. Panjang Island is one of the small islands in Indonesia, which has a variety of ecosystems one of which is the coral reef ecosystem. Coral reefs are the habitat and the activities of various marine organisms example periphyton. Periphyton role as primary producers in a body of water to produce oxygen and become food for other organisms (eg, corals). Periphyton existence on the substrates are not the same, the difference of coral morphology is suspected determine the abundance of perifiton on the reef. This study aims to determine differences in the abundance of periphyton on massive corals and branching. This research was conducted in March and April 2015 in Panjang Island Jepara. The method used in this research is purposive sampling with a descriptive analytical research design. This design aims to describe the abundance of periphyton on different types of coral growth. Analysis of differences in the abundance of periphyton using T test (Mann-Whitney). The results showed that the abundance of periphyton on massive and branching corals showed a difference. Where the abundance of periphyton on every observation has different amounts both on massive and branching corals. the first observations of the abundance of periphyton on branching corals there are 20.970 ind / cm2, while the massive corals there are 19.764 ind / cm2. In the second observation abundance of periphyton on branching corals there are 28.427 ind / cm2, while the massive corals there are 30.623 ind / cm2. The difference is due to differences in the morphology of the reef and the differences and changes in flow velocity
Indeks Trofik-saprobik sebagai Indikator Kualitas Air di Bendung Kembang Kempis Wedung, Kabupaten Demak
Plankton berperan penting dalam ekosistem perairan. Plankton dapat dijadikan indikator kesuburan dan pencemaran, karena sifat plankton yang sebagian berperan sebagai produsen primer dan sebagian ada yang menyenangi bahan pencemar. Fitoplankton dapat melakukan fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat dan oksigen serta merupakan awal dari rantai makanan. Berdasarkan sifat plankton inilah yang digunakan untuk menentukan tingkat saprobitas dengan melihat SI (Saprobik Indeks) dan TSI (Tropik Saprobik Indeks). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tingkat kesuburan dan pencemaran air di Bendung Kembang Kempis Wedung berdasarkan nilai saprobitasnya (SI dan TSI), menganalisis hubungan (keterkaitan) tingkat saprobitas perairan dengan variabel kualitas air di Bendung Kembang Kempis Wedung dan kontribusi variabel kualitas air dalam menentukan tingkat trofik saprobik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sistematik sampling. Penelitian ini dilakukan pada 5 stasiun dan setiap stasiun terdiri dari 2 substasiun. Pengambilan sampel plankton dilakukan secara aktif menggunakan plankton net dengan mesh size 60 µm diameter 25 cm untuk fitoplankton dan mesh size 200 µm diameter 20 cm untuk zooplankton. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kesuburan dan pencemaran air di Bendung Kembang Kempis Wedung adalah α-Mesosaprobik (pencemaran sedang sampai berat dengan kesuburan sulit dimanfaatkan untuk produktivitas plankton) dan β-Mesosaprobik (pencemaran ringan sampai sedang dengan kesuburan dapat dimanfaatkan untuk produktivitas plankton). Hubungan tingkat saprobitas perairan dengan kualitas air di Bendung Kembang Kempis Wedung memiliki hubungan yang lemah. Kontribusi pengaruh kualitas air terhadap saprobitas perairan sebesar 15-25% (DO), 12-34% (BOD), 9-11% (Nitrat) dan 21-59% (Fosfat). Plankton has an important role in the water ecosystem because it can be indicator of fertility and pollution as it can be a primary producer and pollutant neutralizer. Phytoplankton can perform photosynthesis which produces carbohydrates and oxygen as well as functions as the base of the food chain. Based on the nature of plankton were used to determine level of saprobity to see the SI (saprobic index) and TSI (Troppic-saprobic index). The objective of the study were to determine the fertility and pollution degree based on saprobity index (SI and TSI), analyzing the correlation of water saprobity degree to the variables of water quality in Kembang Kempis Dam Wedung and contribution of water quality variables in determining the trophic saprobic level. The method used was observation and the sample was taken based on systematic sampling. The study was done in 5 stations and each station consists of 2 substations. Plankton sample was collected by active using plankton net with a mesh size 60 µm diameter 25 cm for phytoplankton and 200 µm diameter 20 cm for zooplankton. Based on the result of the study, fertility and water pollution in Kembang Kempis dam Wedung is α-Mesosaprobik (moderate to severe contamination with difficult fertility used for plankton productivity) and β-Mesosaprobik (mild to moderate contamination with fertility can be used for plankton productivity). Saprobity level relationship with water quality in Kembang Kempis dam Wedung have a weak relationship. Contributions influence the water quality of the saprobity by 15-25% (DO), 12-34% (BOD), 9-11% (nitrate) and 21-59% (Phosphate)