5 research outputs found

    Studi Kinetika Reaksi Metanolisis Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Menggunakan Reaktor Batch Berpengaduk

    Full text link
    Surfaktan merupakan surface active agent yang banyak diaplikasikan dalam bidang industri kimia berkaitan dengan kemampuannya menstabilkan emulsi antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan berbasis minyak nabati merupakan pengembangan teknologi di bidang surfaktan yang selama ini didominasi oleh surfaktan berbahan baku minyak bumi. Metil ester sulfonat (MES) adalah surfaktan anionik yang dihasilkan melalui reaksi antara metil ester asam lemak dengan agen pensulfonasi atau yang lebih dikenal dengan reaksi sulfonasi. MES mengalami proses lanjutan yang disebut dengan reaksi metanolisis dan netralisasi. Penelitian ini mempelajari pengaruh rasio mol reaktan, waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap yield MES pada reaksi metanolisis. Yield MES tertinggi yaitu 49,71% dicapai pada suhu reaksi 120°C, waktu reaksi 120 menit dan rasio mol MES terhadap metanol 1:3. Konstanta laju reaksi metanolisis ditentukan dengan mereaksikan reaktan di dalam reaktor batch berpengaduk pada kondisi operasi tersebut

    Studi Aktivitas Reaksi Fotokatalisis Berbasis Katalis TiO2-Karbon Aktif terhadap Mutu Air Limbah Power Plant

    Full text link
    Pengolahan air limbah merupakan proses mengolah air buangan yang sudah tidak terpakai untuk dapat dikembalikan ke siklus air di lingkungan. Unit Waste Water Treatment Plant (WWTP) PT. Indonesia Power digunakan untuk mengolah air limbah yang berasal dari berbagai sumber salah satunya yaitu HRSG Sump Pit. Buangan air limbah yang berasal dari HRSG Sump Pit memiliki kandungan fosfat dikarenakan adanya penambahan fosfat pada unit sebelumnya yang bertujuan sebagai inhibitor proses korosi. Karakteristik limbah cair dapat ditentukan dari beberapa parameter diantaranya nilai pH, optical density (OD), dan kadar fosfat. Pengolahan air limbah dilakukan agar limbah cair yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sebelum dibuang ke lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan reaksi fotokatalisis berbasis katalis TiO2/karbon aktif pada berbagai komposisi katalis dan durasi penyinaran. Proses fotokatalisis dilakukan dengan penambahan katalis pada perbandingan komposisi TiO2/karbon aktif 10:1, 5:1, 3:1 dan 2:1. Sedangkan lama waktu penyinaran 3, 4, 5, dan 6 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH terendah sesuai baku mutu yaitu 8,13 dan penurunan kadar fosfat sebesar 70,12% mampu dicapai pada komposisi katalis TiO2/karbon aktif 3:1 dengan durasi penyinaran 5 jam. Penurunan OD tertinggi dicapai pada kondisi perbandingan komposisi katalis TiO2/karbon aktif 10:1 dan durasi penyinaran 6 jam yaitu sebesar 98,86%.Water treatment is the process of treating water discharges that are not used to be discarded into the environment. Wastewater Treatment Unit Plant (WWTP) of PT. Indonesia Power is used to treat wastewater coming from several sources, one of which is HRSG Sump Pit. Wastewater from the HRSG Pit contains phosphate which is related to the phosphate addition in the previous unit which is needed as an inhibitor of corrosion process. The characteristics of liquid waste can be determined from several parameters such as pH value, optical density (OD), and phosphate content. Wastewater treatment is carried out to obtain liquid waste which comply to the quality standards before being discarded into the environment. This research was carried out by applying the photocatalysis reaction based on catalyst TiO2-activated carbon with various catalyst compositions and irradiation duration. The process of photocatalysis was carried out by adding catalysts to the ratio of the composition of TiO2 / activated carbon 10:1, 5:1, 3:1 and 2:1. While the irradiation time is 3, 4, 5 and 6 hours. The results show that the lowest pH according to quality standards was 8.13 and a reduction in phosphate content of 70.12% was achieved in the 3: 1 TiO2/activated carbon catalyst composition with a 5-hour irradiation duration. The highest OD reduction was achieved under the condition ratio of catalyst composition of TiO2/activated carbon 10:1 and the irradiation duration of 6 hours that was equal to 98.86%

    Sintesis Asam Oksalat dari Limbah Serbuk Kayu Jati (Tectona Grandis L.F.) dengan Proses Hidrolisis Alkali

    Full text link
    Selulosa adalah polisakarida rantai panjang penyusun serat pada tumbuhan. Hidrolisis selulosa dengan alkali kuat menghasilkan asam oksalat, asam asetat dan asam formiat. Limbah serbuk kayu jati berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan asam oksalat karena kandungan selulosa yang cukup tinggi. Hidrolisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan natrium hidroksida (NaOH) sebagai zat penghidrolisis. Purifikasi asam oksalat dilakukan dengan penambahan kalsium klorida dan asam sulfat. Penelitian ini mempelajari pengaruh konsentrasi natrium hidroksida dan waktu reaksi terhadap yield asam oksalat. Produk tertinggi dengan yield 20% dicapai pada penggunaan serbuk kayu jati kasar dengan waktu hidrolisis 60 menit dan konsentrasi NaOH 1 N.Cellulose is a long chain fiber polysaccharide contained in plants. Hydrolysis of cellulose with strong alkali produces oxalic acid, acetic acid and formic acid. Waste from teak wood in powder formhas the potential to be used as raw material for the manufacture of oxalic acid because the content of cellulose is high enough. Sodium hydroxide (NaOH) as a hydrolysis agent was used in this study. Purification of formed oxalic acid was carried out by addition of calcium chloride and sulfuric acid. Our research studied the effect of sodium hydroxide concentration and reaction time on oxalic acid yield. The highest product with a yield of 20% was achieved on the use of coarse powder of teak wood waste with a hydrolysis time of 60 minutes and the concentration of NaOH 1 N

    Encapsulation of Clove Oil Within Ca-Alginate-Gelatine Complex: Effect of Process Variables on Encapsulation Efficiency

    Full text link
    Karena memiliki khasiat seperti analgesik, minyak cengkeh biasa digunakan sebagai obat, antibakteri, antioksidan, dan antimikroba. Kemungkinan enkapsulasi minyak cengkeh sebagai makrokapsul padat dipelajari dengan pembuatan makrokapsul Ca-Alginate-Gelatine. Variabel proses yang digunakan adalah variasi konsentrasi alginat 1% dan 1,5% b / v, dan perbandingan massa antara alginat-gelatin divariasikan antara 1: 4, 1: 6, dan 1: 8 w /w. Selain itu, variasi konsentrasi CaCl2 (10%, 20% dan 30% w / v) sebagai cross-linking agent pembentukan kompleks Ca-Alginate juga digunakan sebagai variabel proses. Peningkatan konsentrasi alginat, gelatin dan CaCl2 nampaknya menurunkan efisiensi enkapsulasi karena terbatasnya volume ruang bebas yang terbentuk pada matriks Ca-Alginat-Gelatin. Efisiensi enkapsulasi tertinggi (93,08%) diperoleh pada penggunaan Alginat 1% w / v, dengan perbandingan alginat dengan gelatin 1: 4 dan ikatan silang dalam larutan CaCl2 10% w / v selama 15 menit.Owing to the properties such as analgesic, clove oil is commonly used as medicine, antibacterial, antioxidant, and antimicrobial drugs. The possibility of clove oil encapsulation as a solid macrocapsule was studied by making Ca-Alginate-Gelatine macrocapsules. The process variables used were variations in Alginate concentration of 1% and 1.5% w/v, and the mass ratio between alginate-gelatine was varied between 1: 4, 1: 6, and 1: 8 w/w. In addition, variations in the concentration of CaCl2 (10%, 20% and 30% w/v) as a cross-linking agent for the formation of Ca-Alginate complexes were also used as process variables. The increase of alginate, gelatine and CaCl2 concentration seems to decreased the encapsulation efficiency because of the limitation of the free space volume formed in the Ca-Alginate-Gelatine matrix. The highest encapsulation efficiency (93.08%) was obtained in the use of Alginate 1% w/v, with a ratio of alginate to gelatine 1: 4 and cross-linking in a 10% w/v CaCl2 solution for 15 minutes
    corecore