8 research outputs found

    Perbandingan Penambahan CMC dan Sorbitol dengan Penambahan Gelatin dan Gliserol terhadap Edible Film yang Terbuat dari Limbah Cair Tahu

    Get PDF
    The large number of small tofu industries do not have liquid waste treatment encourage the utilization of their whey become raw of edible film because its protein content. However using only protein as a raw material of edible film resulting brittle, fragile and rigid films. Accordingly, the addition of hydrocolloids such as CMC or gelatin to repair film structure and also addition of plasticizers such as sorbitol and glycerol to improve film elasticity. The aim of this study to determine the effect of ratio concentration CMC-Sorbitol and Gelatin-Glycerol from 1% : 1%, 1% : 3%, 1% : 5%, 3% : 1%, 3% : 3%, 3%: 5%, 5% : 1%, 5% : 3% to 5% : 5% (weight/volume) on the physical properties of whey based films. Film resulted good properties in accordance with the Japan Industrial Standard at using ratio CMC-Sorbitol 1%:3% and ratio Gelatin-Glycerol 3%:3%. Appearance of film with addition of Gelatin-Glycerol 3%:3% relatively more transparent and smooth compared to film with addition of CMC-Sorbitol 1%:3%. Micrograph of CMC-Sorbitol 1%:3% film surfaces observed rough and many cracks and very irregular in structures

    Pengaruh Berat Unggun terhadap Efisiensi dan Kapasitas Adsorpsi Zat Warna Rhodamin B dengan Sistem Kontinyu

    Get PDF
    Kolom adsorpsi sistem kontinyu dengan arah upflow digunakan untuk menurunkan konsentrasi  zat pewarna Rhodamin B menggunakan adsorben yang terbuat dari kulit durian terlapisi lateks. Adsorpsi dilakukan selama 60 menit dengan waktu pengambilan sampel setiap 20 menit. Berat unggun adsorben divariasikan yaitu 29,68 gr; 46,74 gr; 63,48 gr; 90,15 gr dan 110,28 gr. Konsentrasi Rhodamin B setelah proses adsorpsi diukur menggunakan Spektrofotomer UV-Vis sehingga dapat diketahui kapasitas dan efisiensi adsorpsinya. Jumlah kapasitas adsorpsi akan berbanding terbalik dengan efisiensi adsorpsi. Didapat kapasitas adsorpsi paling besar  yaitu  490,73 mg/g  pada penggunaan berat unggun 46,74 gram  sementara efisiensi adsorpsi terbesar yaitu 67,53% dengan menggunakan unggun adsorben 110,28 gr

    Karakterisasi zeolite dari ampas tebu yang dihasilkan dari reaktor hidrotermal dan aplikasinya pada penyerapan ion logam Pb2+

    Get PDF
    Metode pembuatan zeolit yang umum dan banyak digunakan adalah metode alkali hidrotermal. Dalam penelitian ini proses sintesis zeolit dari ampas tebu menggunakan metode alkali hidrotermal pada temperatur 150 0C dan variasi waktu hidrotermal 8 jam, 16 jam dan 24 jam. Zeolit sintesis yang diperoleh dari metode alkali hidrotermal tersebut dikarakterisasi dengan menggunakan Difraksi Sinar-X dan Mikroskop Pemindai Elektron. Hasilnya adalah zeolit sodalit yang dihasilkan dari variasi waktu hidrotermal 8 jam dengan bentuk kristal kubik berukuran kecil saling berikatan membentuk geometri memanjang. Kemampuan adsorpsi dari zeolit sintetis yang dihasilkan diuji dengan menggunakan ion logam Pb2+. Kapasitas adsorpsi yang dihasilkan adalah 17,5485 mg/g

    Perbandingan Karakteristik Asap Cair Pada Berbagai Grade Dari Pirolisis Batubara

    Get PDF
    Asap cair yang dibuat dari proses pirolisis batubara jenis sub-bituminous dilakukan pada temperatur 280-300oC dengan waktu pirolisis selama 4,5 jam. Selanjutnya dilakukan 2 jenis pemurnian yaitu metode distilasi dan adsorpsi untuk menentukan metode yang paling efektif dalam mendapatkan asap cair grade 1, grade 2 dan grade 3. Diketahui bahwa distilasi merupakan metode yang paling efektif dimana pada proses ini didapatkan persen yield pada grade 3 sebesar 92,5%, grade 2 sebesar 92% dan grade 1 sebesar 97,22%. Hal ini dibuktikan pula dengan analisis menggunakan GC-MS didapatkan bahwa asap cair batubara  memiliki kadar asam asetat dan kadar fenol yang tinggi dan kandungan senyawa-senyawa ini berperan penting pada proses pengawetan dan antimikroba

    PEMANFAATAN ZAT WARNA MERAH ANTOSIANIN DARI EKSTRAK BUAH NAGA SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA PENGRAJIN BATIK KELURAHAN MUDUNG KECAMATAN PELAYANGAN JAMBI

    Get PDF
    Tim Pelaksana Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) dengan bermitra Pengrajin Batik Kelompok Kube Anting Putri Kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan Jambi, melakukan pengolahan limbah kulit buah naga merah menjadi pewarna alami untuk nantinya digunakan sebagai pewarna merah pada batik produksi mereka.  Untuk memperoleh pewarna alami tersebut kelompok pengrajin batik Kube Anting Putri akan dibekali dengan praktek pembuatan pewarna alami dari kulit buah naga mereka. Mereka akan diperkenalkan bagaimana mengambil zat warna antosianin atau zat warna merah dalam ekstrak kulit buah naga merah tersebut  Selama ini para pengrajin batik di daerah Mudung Laut menggunakan pewarna sintetis pada proses pewarnaan batik mereka.  Hal tersebut sering kali menimbulkn permasalahan terutama di limbah cair yang mereka hasilkan karena menggunakan pewarna sintetis yang berbahaya .  Pewarna sintetis banyak mengandung senyawa rhodamin B yang akan sangat berbahaya apabila terakumulasi diatas ambang batas dalam air.  Karena dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi masyarakat sekitar.  Sehingga luaran  dari kegiatan program pengabdian masyarakat (PPM) ini adalah diperolehnya pewarna alami dari ekstrak buah naga sebagai zat warna merah alami yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pewarna merah alami pada batik yang diproduksi

    Pelatihan Pembangunan Rumah Ramah Lingkungan di Tinjau Dari Aspek Pemanfaatan Cahaya Alami di Desa Nyogan

    Get PDF
    Pada saat ini, pengembangan perumahan bahkan telah menjadi fokus pemerintah dengan hadirnya perumahan subsidi. Namun, pendirian rumah tempat tinggal yang berkembang saat ini hanya berfokus kepada aspek pembiayaan dan keindahan semata, tanpa adanya peninjauan dari aspek lainnya. Kondisi lingkungan sekitar dan iklim (sirkulasi udara dan penerangan alami) merupakan beberapa aspek yang sering diabaikan. Terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai hal ini merupakan penyebab utama dari tidak adanya pertimbangan aspek pencahayaan alami dalam hal membangun rumah. Aspek ini sendiri merupakan salah satu aspek yang dinilai penting dalam membangun rumah ramah lingkungan. Pemanfaatan pencahayaan dari sinar matahari, akan mampu mengurangi konsumsi energi listrik yang nanti akan berdampak pada efisiensi biaya dan guna menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Oleh karena itu diperlukan pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat khususnya di desa Nyogan kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi tentang pemanfaatan pencahayaan alami dalam desain bangunan rumah tinggal ramah lingkungan. Kondisi eksisting di desa Nyogan ini juga sering mengalami mati lampu bisa selama 2 hari, tentunya dengan kondisi seperti ini sangat membutuhkan penerangan alami baik pada siang maupun sore hari. Pelatihan dihadiri beberapa perangkat desa pada bidang infrastruktur, masyarakat berprofesi tukang dan masyarakat biasa dengan dibekali buku saku yang berisikan pedoman pembangunan rumah ramah lingkungan daitinjau dari aspek pemanfaatan cahaya alami. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah meningkatan pengetahuan masyarakat tentang rumah ramah lingkungan dan juga meningkatkan minat masyarakat untuk membuat rumah ramah lingkunga

    Aplikasi Asap Cair Batubara Sebagai Koagulan Lateks Serta Pengaruhnya Terhadap Struktur dan Kualitas Lateks

    No full text
    Produktivitas karet di Indonesia memiliki nilai yang rendah baik dalam segi kuantitas maupun kualitas bila dibandingkan dengan negara lain produsen karet seperti Malaysia dan Thailand. Kurangnya pengetahuan petani karet terhadap proses pengolahan bahan olahan karet dan proses koagulasi lateks, menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu karet di Indonesia. Pada penelitian ini, asap cair batubara grade III dan non grade dengan masing-masing konsentrasi sebesar 10%, 25%, 45%, 50%, dan 60%, digunakan sebagai koagulan lateks untuk memperoleh penggumpalan dan kualitas karet yang baik. Koagulum karet yang dihasilkan digiling dan dikering anginkan. Selanjutnya dilakukan pengukuran kualitas menggunakan merode SNI-06-1903-2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair batubara grade III dan nongrade dapat menggumpalkan lateks dengan baik dimulai pada konsentrasi asap cair batubara grade III dan non grade 25%. Semakin tinggi konsentrasi asap cair batubara grade III dan nongrade yang digunakan, maka semakin kecil: kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, serta warna koagulum karet semakin kecoklatan hingga kehitaman stelah beberapa waktu. Dalam penelitian menunjukkan bahwa asap cair batubara grade III 10% dan non grade 10% dan  25% tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena rendahnya kandungan senyawa asam dalam asap cair, sehingga pada penyimpanan selama 5 hari tumbuh belatung pada koagulum. Konsentrasi asap cair batubara baik grade III maupun non grade yang optimal dalam koagulasi lateks yaitu konsentrasi 45%, konsentrasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar akan tetapi karet yang dihasilkan dari proses koagulasi memiliki kualitas yang baik dan memenuhi standar SNI. Struktur karet dipengaruhi oleh kualitasnya, semakin rendah kualitas karet maka karet akan semakin berongga karna penggumpalannya tidak dapat terjadi secara sempurna, akibatnya karet akan berongga dan mudah putus apabila ditarik

    Karakterisasi Adsorben Kulit Durian Tanpa Modifikasi dan Termodifikasi dengan Pelapisan Lateks untuk Penyerapan Rhodamin B

    No full text
    Kulit durian memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai adsorben dalam meminimalisir zat pewarna Rhodamin B sebelum dibuang ke lingkungan melalui proses adsorpsi. Lateks diketahui memiliki stabilitas dan kekuatan mekanik yang baik. Oleh karena itu, modifikasi adsorben kulit durian terlapisi lateks dilakukan dengan harapan mampu meningkatkan daya adsorpsi. Daya adsorpsi ditinjau dengan membandingkan karakteristik yang dihasilkan antara adsorben kulit durian tanpa modifikasi dengan adsorben kulit durian yang dimodifikasi dengan pelapisan lateks. Dilakukan analisa SEM untuk mengetahui morfologi adsorben dan analisa EDS untuk melihat unsur-unsur yang terdapat pada adsorben. Dari hasil analisa terbukti bahwa retakan dan patahan yang terbentuk pada adsorben kulit durian tanpa modifikasi diperbaiki dengan pelapisan lateks, menghasilkan pori-pori yang terdistribusi merata dengan ukuran paling kecil 2,814 μm dan paling besar 4,110 μm serta kadar unsur karbon berjumlah 69,27%. Adorben yang dihasilkan kemudian diuji kinerjanya pada penjerapan zat pewarna rhodamin B dalam kondisi asam. Ketika penjerapan, adsorben terlapisi membentuk gumpalan dan tidak terjadi penjerapan. Karakteristik adsorben setelah penjerapan dianalisa menggunakan SEM-EDS, diketahui bahwa akibat terjadinya penggumpalan lanjutan terbentuk pori-pori berukuran kecil padahal kadar unsur karbon yang terdapat pada adsorben berjumlah besar yaitu 82,35%
    corecore