4 research outputs found
Effect of Oral Iron Tablet Administration on Serum Feritin and Hemoglobin Concentration of Pre-pregnant Women with Mild Iron Deficiency Anemia in Bali
Iron deficiency anemia (IDA) is still to be a problem of pregnant women healthrelated to its high prevalence and its negative effects on health. Prevention efforts by ironsuplementation in pregnant woman have not reducing IDA problem in pregnant women yet. This failure is probably due to the assumption that IDA have been seen pre-pregnant. Totest this hypothesis, a quasi experimental study was conducted by randomized pre and posttest control group design. Sample were collected by multistage sampling random technicconsist of 47 women in treated group and 52 in control group. Both group were serumferritin and hemoglobin value test untill 3 time, pre-pregnant, early pregnant and duringpregnant. Iron tablet was administrated to treated group from the beginning of pre-pregnantperiod, continued until the first 3 months of pregnancy, while in control group iron tabletwas only given during the first 3 months of pregnancy. T-group result shown that meanserum ferritin and hemoglobin concentration at pregnant women on treated group(33,45±14,12 ?g/dL dan 12,25±1,20 g/dl) more high than control group (19,65±8,99 ?g/dLdan 10,91±0,67 g/dl), p<0,05. Mean difference serum ferritin and hemoglobinconcentration at pregnant women is 13,8 ?g/dL dan 1,34 g/dl (p<0,05). Benefid analysisresult shown that iron suplementation since pre-pregnant more benefid than ironsuplementation during pregnant (BCR >1). Based on these results, it can be concluded thatiron supplementation to IDA women starting from pre-pregnant period results in a bettereffect compare to oral iron supplementation during pregnancy only
Perbandingan Efek Suplemen Besi Pra-hamil dan Selama Kehamilan dalam Upaya Menurunkan Anemia Defisiensi Besi pada Wanita Hamil dengan Anemia Ringan di Bali
Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan masalah kesehatan wanita hamilterkait dengan tingginya prevalensi dan efek negatifnya terhadap kesehatan. Upayapencegahan telah dilakukan dengan pemberian tablet besi selama kehamilan. Akan tetapihasilnya belum memuaskan. Kegagalan ini mungkin diakibatkan oleh rendahnya bahkankosongnya cadangan besi tubuh sewaktu pra-hamil, terutama di negara sedangberkembang. Oleh karena itu, suplemen besi yang hanya diberikan waktu kehamilantidak cukup untuk mencegah terjadinya ADB. Oleh karena itu, dilakukan a quasiexperimental study pada 99 pasangan baru yang belum hamil yang terdiri atas 47 groupperlakuan dan 52 sebagai group kontrol. Tablet besi (200 mg ferrous sulfate) diberikansejak periode sebelum hamil pada group perlakuan yang dilanjutkan sampai dengan 3bulan kehamilan. Sementara, pada group kontrol diberikan tablet besi dimulai hanya padakehamilan trimester pertama. ADB didasarkan atas konsentrasi hemoglobin dan serumferitin sesuai dengan criteria WHO dan keuntungan pemberian tablet besi didasarkan atasteknik BCR. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pemberian tablet besi pada pra-hamildapat menurunkan prevalensi ADB lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian tabletbesi yang dimulai saat kehamilan (0% vs 38.46%, p<0.05). Perbedaan yang signifikanjuga pada rerata serum feritin pada akhir pengamatan yaitu 33.45±14.12 ?g/dL padagroup perlakuan dan 19.65±8.99 ?g/dL pada group kontrol. Sementara itu, kadarhemoglobin adalah 12.25±1.20 g/dL pada group perlakuan dan 10.91±0.67 g/dL padagroup kontrol (p<0.05). Analisis menunjukkan bahwa pemberian tablet besi yang dimulaisaat pra-hamil adalah lebih menguntungkan dibandingkan dengan pemberian tablet besimulai hanya pada kehamilan (BCR >1). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada efeksamping dan kepatuhan pada group perlakuan dan kontrol. Berdasarkan hasil-hasil inidapatlah disimpulkan bahwa pemberian tablet besi yang dimulai masa pra-hamil adalahlebih baik dibandingkan dengan pemberian tablet besi yang diberikan hanya pada saatkehamilan. Program ini sangat mungkin diterapkan pada masyarakat karenakepatuhannya adalah baik
EFFECT OF ORAL IRON TABLET ADMINISTRATION ON SERUM FERITIN AND HEMOGLOBIN CONCENTRATION OF PRE-PREGNANT WOMEN WITH MILD IRON DEFICIENCY ANEMIA IN BALI
Iron deficiency anemia (IDA) is still to be a problem of pregnant women healthrelated to its high prevalence and its negative effects on health. Prevention efforts by ironsuplementation in pregnant woman have not reducing IDA problem in pregnant women yet. This failure is probably due to the assumption that IDA have been seen pre-pregnant. Totest this hypothesis, a quasi experimental study was conducted by randomized pre and posttest control group design. Sample were collected by multistage sampling random technicconsist of 47 women in treated group and 52 in control group. Both group were serumferritin and hemoglobin value test untill 3 time, pre-pregnant, early pregnant and duringpregnant. Iron tablet was administrated to treated group from the beginning of pre-pregnantperiod, continued until the first 3 months of pregnancy, while in control group iron tabletwas only given during the first 3 months of pregnancy. T-group result shown that meanserum ferritin and hemoglobin concentration at pregnant women on treated group(33,45±14,12 ?g/dL dan 12,25±1,20 g/dl) more high than control group (19,65±8,99 ?g/dLdan 10,91±0,67 g/dl), p<0,05. Mean difference serum ferritin and hemoglobinconcentration at pregnant women is 13,8 ?g/dL dan 1,34 g/dl (p<0,05). Benefid analysisresult shown that iron suplementation since pre-pregnant more benefid than ironsuplementation during pregnant (BCR >1). Based on these results, it can be concluded thatiron supplementation to IDA women starting from pre-pregnant period results in a bettereffect compare to oral iron supplementation during pregnancy only
PERBANDINGAN EFEK SUPLEMEN BESI PRA-HAMIL DAN SELAMA KEHAMILAN DALAM UPAYA MENURUNKAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA WANITA HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN DI BALI
Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan masalah kesehatan wanita hamilterkait dengan tingginya prevalensi dan efek negatifnya terhadap kesehatan. Upayapencegahan telah dilakukan dengan pemberian tablet besi selama kehamilan. Akan tetapihasilnya belum memuaskan. Kegagalan ini mungkin diakibatkan oleh rendahnya bahkankosongnya cadangan besi tubuh sewaktu pra-hamil, terutama di negara sedangberkembang. Oleh karena itu, suplemen besi yang hanya diberikan waktu kehamilantidak cukup untuk mencegah terjadinya ADB. Oleh karena itu, dilakukan a quasiexperimental study pada 99 pasangan baru yang belum hamil yang terdiri atas 47 groupperlakuan dan 52 sebagai group kontrol. Tablet besi (200 mg ferrous sulfate) diberikansejak periode sebelum hamil pada group perlakuan yang dilanjutkan sampai dengan 3bulan kehamilan. Sementara, pada group kontrol diberikan tablet besi dimulai hanya padakehamilan trimester pertama. ADB didasarkan atas konsentrasi hemoglobin dan serumferitin sesuai dengan criteria WHO dan keuntungan pemberian tablet besi didasarkan atasteknik BCR. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pemberian tablet besi pada pra-hamildapat menurunkan prevalensi ADB lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian tabletbesi yang dimulai saat kehamilan (0% vs 38.46%, p<0.05). Perbedaan yang signifikanjuga pada rerata serum feritin pada akhir pengamatan yaitu 33.45±14.12 ?g/dL padagroup perlakuan dan 19.65±8.99 ?g/dL pada group kontrol. Sementara itu, kadarhemoglobin adalah 12.25±1.20 g/dL pada group perlakuan dan 10.91±0.67 g/dL padagroup kontrol (p<0.05). Analisis menunjukkan bahwa pemberian tablet besi yang dimulaisaat pra-hamil adalah lebih menguntungkan dibandingkan dengan pemberian tablet besimulai hanya pada kehamilan (BCR >1). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada efeksamping dan kepatuhan pada group perlakuan dan kontrol. Berdasarkan hasil-hasil inidapatlah disimpulkan bahwa pemberian tablet besi yang dimulai masa pra-hamil adalahlebih baik dibandingkan dengan pemberian tablet besi yang diberikan hanya pada saatkehamilan. Program ini sangat mungkin diterapkan pada masyarakat karenakepatuhannya adalah baik