20 research outputs found

    THE EFFECT OF MAGNESIUM CONCENTRATION ON PROTEIN AND CHOROPHYLL a CONTENT OF Nostoc spp. REARED IN TWO CULTURED MEDIA

    Get PDF
    Nostoc merupakan jenis blue green alga yang bisa dijadikan sumber protein potensial bagi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kandungan protein dan klorofil a dari Nostoc yang dikultur di dua media, Modifikasi Bristol dan BG 11 media, dengan perbedaan konsentrasi MgSO4.7H2O. Di antara kedua media kultur, Nostoc yang dikultur pada modifikasi Bristol media memiliki protein dan klorofil a lebih tinggi dari Nostoc yang dikultur dengan BG 11 media. Berat kering Nostoc dengan Bristol (0.02 - 0.34 gram) lebih tinggi dari BG 11 (0.02 – 0.14 gram). Kandungan protein Nostoc pada Modifikasi Bristol media lebih tinggi (283.58 – 79149.77 μg/gram berat kering) sedangkan yang dikultur dengan BG 11 media (19.31 – 2536.95 μg/gram berat kering). Untuk kandungan klorofil a BG 11 media broth (0.003 – 1.67 mg/gram berat kering) lebih tinggi dari pada Modifikasi Bristol media (0.04 – 1.05 mg/gram berat kering). Perbedaan konsentrasi MgSO4.7H2O. pada kedua media kultur berpengaruh pada kandungan protein dan berat kering dari Nostoc, akan tetapi tidak berpengaruh pada kandungan klorofil a. Penambahan 0,075 gram/liter konsentrasi MgSO4.7H2O selama tiga minggu kultur merupakan kondisi optimal untuk mendapatkan kadar protein dan klorofil a yang optimal untuk modifikasi Bristol media sedangkan pada BG 11 media kandungan protein dan klorofil a yang dihasilkan optimal pada 0,000 gram/liter MgSO4.7H2O. selama satu minggu kultur.Kata kunci : Cyanobacteria, Nostoc, Protein, klorofil

    Karakteristik Nata de Seaweed dengan Perbedaan Konsentrasi Rumput Laut Gracilaria sp.

    Get PDF
    Nata is a final product from the fermentation process that used Acetobacter xylinum bacteria which produces cellulose that has chewy texture, white color and resembles a gel. These bacteria can grow and thrive in media containing a carbon source. Seaweed contains carbohydrates that can be used as a carbon source for the growth of Acetobacter xylinum bacteria. The aimed of this study was to determine the optimum concentration of Gracilaria sp. and its effect on the characteristics of nata de seaweed product. The experimental design used in this study was completely randomized design with four treatments and two replications. The treatment level was various concentration of the filtrate of Gracilaria sp. namely PO (0% of Gracilaria and 3% of Kappaphycus alvarezii), PA (2% of Gracilaria sp.), PB (3% of Gracilaria sp.),and PC (4% of Gracilaria sp.). The chemical and physical data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) at 5% significance level and further analyze using the Least Significant Difference (LSD). Meanwhile, the hedonic test data was analyzed using Kruskal Wallis non-parametric statistical test. The present study suggested that the best concentration of nata de seaweed was found in PC treatment (4% of Gracilaria sp.) with 88.95% moisture content, 1.52% of total sugar, 0.47% of crude fiber, 38.67% yield, 6.75 mm of thickness, 1.25 mm of springiness, 5.30 of appearance score, 5.90 of texture score,  4.70 of aroma score and 5.07 of taste score.Keyword:     fermentation, Gracilaria sp., nata de seaweed, sensory, physicochemical Nata merupakan produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum yang menghasilkan selulosa dengan tekstur kenyal, berwarna putih dan menyerupai gel. Bakteri ini dapat tumbuh dan berkembang apabila nutrisi yang dibutuhkan cukup, seperti karbon. Sumber karbon dapat diperoleh dari gula alami seperti sukrosa dan fruktosa. Media yang digunakan dalam pembuatan nata adalah media yang mengandung karbohidrat sebagai sumber nutrisi bakteri A. xylinum. Rumput laut mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan bakteri tersebut. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal perbedaan konsentrasi filtrat rumput laut Gracilaria sp. yang terdiri atas empat taraf yaitu PO (Penggunaan filtrat rumput laut Kappaphycus alvarezii 3%), PA (Penggunaan filtrat rumput laut Gracilaria sp. 2%), PB (Penggunaan filtrat rumput laut Gracilaria sp. 3%), dan PC (Penggunaan filtrat rumput laut Gracilaria sp. 4%) dengan masing-masing dilakukan dua kali ulangan. Data analisis kimia dan fisik yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis varian (ANOVA) dengan taraf uji 5% dan dilanjutkan menggunakan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Sedangkan untuk data uji hedonik akan dianalisis menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal Wallis. Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah perlakuan PC (4% Gracilaria sp.) dengan nilai kadar air 88,95%, total gula 1,52%, serat kasar 0,47%, rendemen 38,67%, ketebalan 6,75 mm, kekenyalan 1,25 mm, kenampakan 5,40, tekstur 5,90, aroma 4,70 dan rasa 5,07.Kata kunci:  fermentasi, Gracilaria sp., nata de seaweed, sensori, fisikokimi

    Pengaruh Bahan Kemasan Berbeda terhadap Mutu Bandeng Presto dengan Pengemasan Vakum pada Suhu Dingin

    Get PDF
    Bandeng Presto is a form of processed fishery products made from milkfish with the addition of salt, spices and through heating and pressure processing. Period the storage for bandeng presto is around 2-5 days. Low sheilf can be caused by high nutrient content, as well as enviromental influences and contamination of microorganism. Purpose of this study was to determine the type of packaging material that is best for the quality of bandeng presto with optimal shelf life. This study used  factorial completely randomized design with 2 factors, namely packaging (polypropylene and polyethylene) with storage time (0.7.14 and 21 Days). The parameters observed in this study were organoleptic, moisture content, ash content, fat content, protein content, and total plate count (TPC).The results of this study indicate that the treatment using the type of polypropylene packaging with the vacuum technique is a treatment with an optimal shelf life of 21 days at cold temperatures and has characteristics value his a moisture content value 61.09%, ash content 4.78%, fat content 6.56%, protein content 34.60%, microbes total 4.21x105colony/gand bandeng presto have the appearance of golden yellow, less fresh odor, bland taste, dense texture, slightly mushy and dried mucus

    Surimi Quality Leaftail Croaker Fish with Differences of Leaching Frequency

    Get PDF
    Leaftail croaker fish (Johnius sp) is one of less economically important demersal bycatch, abundant yet underutilized. Efforts to increase the economic value into surimi product, since it has tender, white and thick texture of meat. As an important factor in surimi production process, this study aimed effects of different leaching frequency on chemical and physical characteristics of product in order to obtain its optimum frequency. Completely randomized design was used with 3 different leaching frequency and 3 repetitions. Further, each sample were analysed chemically using proximate analysis (water content, protein content and fat content) and physically using sensory analysis (folding and cutting test). Statistical non parametric Kruskal Wallis test was conducted to have significance level of folding and cutting test. More leaching frequency increases water content value, but decrease protein and fat content value in surimi. Statistical analysis suggested that optimum characteristics of surimi resulted from 2 times leaching with water content of 82.61%, protein content of 15.58% and fat content of 0.36%. Although, sensory analysis showed that leaching frequency positively correlated to the value of folding and cutting test, 2 times leaching was also optimum for surimi production process

    Upaya Pemberdayaan Kelompok Wanita Pesisir Poklahsar Dikranusa Melalui Pemanfaatan Ikan Hasil Tangkapan Sampingan di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten

    Get PDF
    Ikan hasil tangkapan sampingan (HTS) merupakan ikan non target yang ikut tertangkap pada alat tangkap. Jumlah ikan HTS cukup besar berkisar 25-74% dari total ikan hasil tangkapan. Ikan HTS hingga kini masih menjadi problem dan tantangan dalam pengelolaan perikanan karena minim pemanfaatan. Hal ini diperparah dengan pandemic covid-19 yang berlarut-larut yang menyebabkan permintaan ikan menurun, sehingga jumlah ikan yang tidak termanfaatkan menjadi bertambah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan diolah menjadi produk olahan, diantaranya pemindangan. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan metode pelatihan dengan mitra Poklahsar Dikranusa. Mitra sasaran diberikan pelatihan dan pendampingan hingga mampu dan bisa memproduksi pindang secara mandiri. Tahap pembuatan pindang adalah penyiangan ikan; ikan dibungkus dengan daun pisang dengan diberi garam; ikan disusun dalam panci dan direbus selama 1,5-2 jam; pengangkatan ikan yang telah matang; dan pengemasan produk pindang. Pemindangan dapat menjadi alternatif kegiatan ekonomi tambahan bagi wanita pesisir diluar waktu melakukan pekerjaan domestik dan membantu suami memperbaiki jaring. Pemindangan ikan membutuhkan peralatan yang sederhana dan mudah dilakukan, sehingga dapat menjadi sumber penghasilan baru bagi wanita pesisir. Mitra telah mampu memproduksi, mengemas dan menjual produk pindang yang dihasilkan. Nilai ekonomi dari produk ikan pindang jauh lebih tinggi dibandingkan jika hanya menjual ikan segar

    Analisis Mutu Fillet Ikan Lele (Clarias sp.) pada Penyimpanan Suhu Chilling dan Digoreng

    Get PDF
    Fresh fish is food that is easily damaged by enzymes, bacteria, and chemical activity after the fish dies. Proper handling and storage at chilling temperatures are ways that can be done to inhibit the process of quality deterioration. The purpose of this study was to analyze the quality and changes of catfish fillets during chilling temperature storage and storage time at chilling temperature. The study consisted of 4 treatments with 2 replications. The treatment used in this study is the shelf life. Data analysis used analysis of variance (ANOVA). Treatments that gave significantly different effects during storage were continued with the Least Significant Difference (BNT) test. Based on the research results, the handling and processing of fish fillets is able to maintain the quality of fish fillets stored at chilling temperatures. The protein content of catfish fillet stored for 3 weeks was 17.07%, 16.64%, 16.22%, and 17.04%, respectively. The water content of catfish fillet stored for 3 weeks was 75.07%, 77.06%, 76.84% and 76.46%, respectively. The TVB of catfish fillet stored for 3 weeks had values of 13.31 mgN/100 g, 11.42 mgN/100 g, 11.55 mgN/100 g, and 13.47 mgN/100 g, respectively. The TPC of catfish fillets stored for 3 weeks were respectively 1.93×105 colonies/g, 3.01×105 colonies/g, 3.06×105 colonies/g, and 3.25×105 colonies/g. In accordance with the TVB and TPC values, catfish fillets stored at chilling temperature for 3 weeks still have a safe limit for consumption, but organoleptically, catfish fillets are no longer accepted.Ikan segar adalah bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas enzim, bakteri dan kimiawi setelah ikan mati. Penanganan yang tepat dan penyimpanan pada suhu chilling menjadi cara yang dapat dilakukan untuk menghambat proses kemunduran mutu. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis mutu dan perubahan fillet ikan lele selama penyimpanan suhu chilling serta lama penyimpanan pada suhu chilling. Penelitian terdiri dari 4 perlakuan dengan 2 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian yaitu masa simpan. Analisis data menggunakan analisis sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA). Perlakuan yang memberikan pengaruh berbeda nyata selama penyimpanan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Berdasarkan hasil penelitian penanganan dan proses fillet ikan mampu mempertahankan mutu fillet ikan yang disimpan pada suhu chilling. Kadar protein fillet ikan lele yang disimpan selama 21 hari nilainya berturut-turut yaitu 17,07%, 16,64%, 16,22% dan 17,04%. Kadar air fillet ikan lele yang disimpan selama 21 hari nilainya berturut-turut yaitu 75,07%, 77,06%, 76,84% dan 76,46%. TVB fillet ikan lele yang disimpan selama 21 hari nilainya berturut-turut yaitu 13,31 mgN/100 g, 11,42 mgN/100 g, 11,55 mgN/100 g dan 13,47 mgN/100 g. TPC fillet ikan lele yang disimpan selama 21 hari nilainya berturut-turut 1,93×105 koloni/g, 3,01×105 koloni/g, 3,06×105 koloni/g dan 3,25×105 koloni/g. Sesuai dengan nilai TVB dan TPC, fillet ikan lele yang disimpan pada suhu chilling selama 21 hari masih memiliki batas aman untuk dikonsumsi, namun secara organoleptik fillet ikan lele sudah tidak diterima

    Bioeconomic analysis of squid fisheries in the Karangantu fishing port of Banten Province

    Get PDF
    Squid is one of the catches of fisheries favored by the community and one of the fisheries commodities with high economic value. In 2017 the squid production in the Karangantu archipelago fisheries port reached 328 tons or 14.3% of the total capture fisheries production, which reached 2,293 tons. All Squid that enters the market come entirely from catches in nature (sea); if you only rely on the effort of catching it alone, one day, there may be overfishing. This study aimed to determine the optimal level of Squid (Loligo sp.) Resource management is based on biological and economic aspects in the Karangantu PPN. The study was conducted from April to May 2019. Retrieval of primary data and secondary data funds. The research procedure consisted of calculating CPUE (Catch Per Unit Effort), MSY (Maximum Sustainable Yield), and MEY (Maximum Economic Yield) using primary data and secondary data obtained from Karangantu. The calculation of bioeconomic analysis using the Gordon-Schaefer model showed that the highest profit value was in the MEY condition of 234,423 kg/year and 2,622 trips/year with a gain of Rp. 2,901,811,197. Based on the Fox model, the utilization rate of Squid (Loligo sp.) It is 129% and is in the status of over exploited

    Marketing Chain and Quality of Mackerel Tuna (Euthynnus affinis) Landed at Labuan Coastal Fishing Port

    Get PDF
    The highest fish production in Labuan Coastal Fishing Port (LCFP) is mackerel tuna which reached 41,953 ton (22.1%) of total production. Mackerel tuna is economical and perishable commodity. Therefore, it requires a good marketing chain to maintain its quality. The purpose of this research is to determine the marketing chain of mackerel tuna landed at LCFP; determine the marketing margins of each marketing agent; and analyze the quality of mackerel tuna from unloading ship to the consumer. This research was conducted in March-April 2019 at LCFP. This study used the survey method. While the methods used for quality testing of tuna are sensory (visual observations) or by organoleptic tests by parameters in the form of eye conditions, gills, meat and odor texture of fresh fish standards using a score sheet based on BSN. Checking the quality of fish is done at every marketing chain. Data analysis was carried out descriptively. The result show that there are four types of marketing chains in LCFP. The highest marketing margin obtained by outside trades (IDR 5,000 or 20%) on the fourth channel and the lowest margin sales obtained by main collectors on the second and third channels (IDR 2,000 or 8%). The longer the marketing chain, the lower the quality of mackerel tuna.

    Quality Characteristics of Seaweed (Kappaphycus alvarezii) Transparent Solid Soap with Different Glycerine Concentrations

    Get PDF
    Soap is a form of cosmetic preparation that is in demand by the public for the skin. This study aims to determine the optimum concentration of glycerin and determine the characteristics of transparent solid soap of seaweed produced. The research was carried out in April-October 2018. The making of soap uses three different of glycerin concentration (49 g, 59 g and 69 g). Based on the results of the study, seaweed transparant solid soap in accordance with Indonesian National Standarization 2016, except water content. Water content are 29.70%, 29.87%, and 39.77%. The best results for free fatty acid level testing were at glycerin concentration 59 g of 0.07%, the best results from non-soapy numbers were at glycerin concentration of 49 g and 69 g of 0.16%. The results of sensory analysis showed that the addition of glycerin 59 g was the best result based on the panelist's evaluation of the transparency parameter, while for the best impression the net concentration was based on the panelist's assessment of the addition of glycerin 49 g.

    KARAKTERISTIK STIK KEJU DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG IKAN BANDENG Chanos chanos SEBAGAI SUMBER KALSIUM

    Get PDF
    Tulang ikan bandeng Chanos chanos berpotensi diolah menjadi tepung karena pada tulang ikan memiliki kandungan kalsium yang tinggi diantara bagian tubuh ikan lainnya. Pengolahan makanan dengan tepung tulang ikan bandeng belum banyak dilakukan sehingga penggunaan tepung tulang ikan bandeng perlu diketahui konsentrasinya agar dapat diterima oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi tepung tulang ikan bandeng terbaik terhadap karakteristik stik keju tulang ikan bandeng dan tingkat kesukaan konsumen terhadap stik keju tulang ikan bandeng. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu perbedaan konsentrasi tepung tulang ikan bandeng dengan empat taraf yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30% dan dua ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar kalsium dan uji organoleptik. Penambahan tepung tulang ikan bandeng 10 % merupakan perlakuan terbaik terhadap stik keju tulang ikan bandeng dengan nilai kadar air (3,40%), kadar abu (4,19%), protein (7,42%), dan kalsium (506,6 mg/100g). Nilai rata-rata uji hedonik stik keju tulang ikan bandeng adalah kenampakan (7,37), tekstur (7,20), aroma (7,03), dan rasa (7,50). Stik tulang ikan bandeng dengan perlakuan ini dapat diterima oleh konsumen dan sesuai dengan syarat mutu kue kering SNI 01-2973-2011.Tulang ikan bandeng Chanos chanos berpotensi diolah menjadi tepung karena pada tulang ikan memiliki kandungan kalsium yang tinggi diantara bagian tubuh ikan lainnya. Pengolahan makanan dengan tepung tulang ikan bandeng belum banyak dilakukan sehingga penggunaan tepung tulang ikan bandeng perlu diketahui konsentrasinya agar dapat diterima oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi tepung tulang ikan bandeng terbaik terhadap karakteristik stik keju tulang ikan bandeng dan tingkat kesukaan konsumen terhadap stik keju tulang ikan bandeng. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu perbedaan konsentrasi tepung tulang ikan bandeng dengan empat taraf yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30% dan dua ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar kalsium dan uji organoleptik. Penambahan tepung tulang ikan bandeng 10 % merupakan perlakuan terbaik terhadap stik keju tulang ikan bandeng dengan nilai kadar air (3,40%), kadar abu (4,19%), protein (7,42%), dan kalsium (506,6 mg/100g). Nilai rata-rata uji hedonik stik keju tulang ikan bandeng adalah kenampakan (7,37), tekstur (7,20), aroma (7,03), dan rasa (7,50). Stik tulang ikan bandeng dengan perlakuan ini dapat diterima oleh konsumen dan sesuai dengan syarat mutu kue kering SNI 01-2973-2011
    corecore