24 research outputs found

    The Construction of Genetic Map of Faba Bean (Viciafaba L.) Using RAPD Markers

    Full text link
    Fifty seven individuals of recombinant inbred lines (RlLs) of faba bean (Viciaf aba L.) descended from the cross between 34Morocco x Kristal125 have been analyzed for RAPD markers. A total of 77 markers were assayed segregating in the 57 Rl lines and grouped into 14 linkage groups, with total length of 973.2 c

    Studi Poliembrioni Dan Penentuan Tingkat Kemasakan Fisiologis Benih Japansche Citroen Berdasarkan Warna Kulit Buah

    Full text link
    Buah jeruk JC harus dipetik pada saat masak fisiologis untuk mendapatkan benih bermutu tinggi. Pada umumnya benih masak fisiologis saat berat kering benih optimum dan vigor optimum. Sementara itu benih JC bersifat poliembrioni, diduga dapat memengaruhi mutu benih. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang karakter poliembrioni, menentukan tingkat kemasakan fisiologi benih dan mengetahui pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap multiple seedling dan off type pada benih JC. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu, Nurseri, dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, pada Bulan Juli-Oktober 2012. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakter poliembrioni benih JC. Percobaan di nurseri menggunakan rancangan acak kelompok lengkap satu faktor tingkat kemasakan buah dengan tiga ulangan. Pengamatan terhadap beberapa variabel dilakukan untuk mengetahui mutu fisik, fisiologis, genetis, dan jumlah semaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih JC mempunyai 1–6 embrio yang dapat tumbuh menjadi 1–4 semaian. Berat kering benih JC tidak dipengaruhi secara nyata oleh tingkat kemasakan buah karena adanya keragaman tingkat kemasakan embrio di dalam benih. Tingkat kemasakan fisiologis benih JC dapat ditandai dengan indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan daya berkecambah optimum yang diperoleh pada saat buah berwarna kuning lebih dari 90% merata dengan karakter warna kulit benih krem kecoklatan dan embrio dominan krem. Tingkat kemasakan buah tidak berpengaruh nyata terhadap persentase multiple seedling dan persentase semaianoff type. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan multiple seedling yang banyak dan semaian off type yang sedikit

    Pengembangan Teknik Deteksi Fusarium Patogen pada Umbi Benih Bawang Merah (Allium Ascalonicum) di Laboratorium

    Full text link
    Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum merupakan salah satu penyakit penting pada bawang merah (Allium ascalonicum). Sebagian besar petani menggunakan umbi sebagai benih dan diketahui bahwa beberapa patogen dapat terbawa oleh benih seperti Fusarium oxysporum. Oleh karena itu diperlukan pengujian kesehatan benih untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut. Salah satu metode sederhana dan efektif untuk digunakan di laboratorium adalah blotter test. Namun beberapa strain F. oxysporum terbukti tidak bersifat patogenik, serta tidak dapat dibedakan secara morfologi dengan strain yang bersifat patogenik. Penelitian ini bertujuan menentukan parameter uji dan jumlah sampel minimal dalam deteksi Fusarium oxysporum pada umbi bawang merah dengan metode blotter test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa parameter nekrosis pada basal plate umbi bawang merah mempunyai koefisien korelasi (r) sebesar 0,77 terhadap tingkat infeksi pada growing on test (GOT) dan lebih besar dari tingkat infeksi fusarium (0,34) pada blotter test. Dari 195 isolat Fusarium spp. yang diuji, diketahui bahwa sebagian besar isolat bersifat nonpatogenik. Penentuan jumlah minimal umbi dengan plot kurva rerata jumlah nekrosis pada basal plate dan standar deviasi, menunjukkan jumlah sampel umbi minimal untuk blotter test adalah 150 umbi. Perhitungan jumlah sampel dengan formal probability statement yang menunjukkan jumlah umbi minimal untuk blotter test adalah 138 umbi

    Identifikasi Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) melalui Analisis RAPD dan Morfologi

    Full text link
    The objective of this research was to study and cluster of Jatropha germplasm belonging to University of Sriwijaya. This research was conducted from September 2007 until July 2008. The research used 14 accessions of Jatropha taken from some regions in Indonesia, namely: Komering, Palembang, Yogyakarta, Indralaya, ATP2, Pontianak, Lahat, Pagaralam, Curup, Lampung, Medan Aceh Besar, Pidi and Gorontalo. Accessions of Jatropha curcas L. were planted at Agro Techno Park (ATP) Bakung village, Indralaya Utara district Ogan Ilir, South Sumatera using Randomized Complete Block Design. RAPD analysis using 20 primers was done at RGCI (Research Group on Crop Improvement), Bogor Agricultural University. Dendrogram based on RAPD analysis produced five groups that were: the first group was Komering, Lahat, Pidi, Indralaya, Aceh Besar, Pontianak and Curup. The second group was Palembang and ATP2. The third group was Pagaralam, Gorontalo, and Medan. Lampung was included in to fourth group. The fifth group was Yogyakarta. Dendrogram from morphological marker had also five groups. First group was: Komering, Indralaya, Pontianak. Lahat, and Pagaralam. Second group was: Palembang, Lampung, Pidi, Medan, and ATP2. Third group was: Curup. Fourth group was: Yogyakarta and Gorontalo. Fifth group was: Aceh Besar. The difference of member from each groups between dendrogram using RAPD and morphological markers indicated that the bands resulted from RAPD did not have relation with characters observed
    corecore