9 research outputs found

    Simulasi Model Dinamik Pengaruh Legume Cover Crops (Lcc) Terhadap Limpasan Dan Sedimen Di Lahan Hutan Tanaman (Dynamic Model Simulation of the Effects of Legume Cover Crops (Lcc) on Runoff and Sediment in Plantation Forest Land)

    Full text link
    Declining productivity of plantation forest due to low soil fertility. This condition has forced managers to make efforts in manipulating the tree growing environment. One such effort is by introducing cover crops species from legumes (LCC), to control surface runoff, soil erosion and input nutrient into the soil. The research aims to determine the effectiveness of LCC in controlling total runoff and sedimentation in Eucalyptus pellita plantations, through dynamic model simulation. The dynamic model of STELLA version 9.0.2 was used to study water and nutrient cycles, focused on the application of LCC to reduce total runoff and sedimentation. The results showed that LCC could drop the total runoff of average 35% in the 1 - 2 years old. In the 1styear it decreased from 1,530 mm to 994 mm, while in the 2ndyear it decreased from 1,240 mm to 806 mm. The declining also occurred in the sediment content, in the 1st year it decreased from 12.20 tonnes/ha to 7.93 tonnes/ha, and the 2nd year it decreased from 6.63 tonnes/ha to 4.36 tonnes/ha. These research findings can be used by the environmental manager to minimize potential land degradation, especially during the post-harvest until the young plantations (0-2 years old) phases

    Studi Intersepsi Hujan pada Hutan Tanaman Eucalyptus Pellita di Riau

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kehilangan air melalui intersepsi di hutan tanaman E. pellita, di Perawang-Riau. Untuk menghitung besarnya nilai intersepsi, dilakukan pengukuran aliran batang (stemfl ow) dan lolosan tajuk (throughfall) pada umur tanaman 2, 3, 4, 5, dan 6 tahun, masing-masing 3 ulangan pohon. Hasil penelitian menunjukkan besaran kisaran nilai intersepsi, throughfall dan stemfl ow masing-masing 13,3-18,7 %; 7,7-83,1 % dan 3,6-4,1 % dari curah hujan. Kapasitas tampungan tajuk (canopy storage capacity) tanaman E. pellita rata-rata sebesar 0,8 mm. Hubungan curah hujan dengan throughfall dan stemfl ow menunjukkan korelasi yang kuat (r2 rata-rata 0,99 dan 0,79), sedangkan dengan intersepsi korelasinya kurang kuat (r2 rata-rata 0,58)

    Kajian Infiltrasi Tanah Pada Berbagai Tegakan Jati (Tectona Grandis L.) Di Cepu, Jawa Tengah

    Full text link
    Salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diketahui adalah laju infiltrasi tanah, yaitu kecepatan maksimum masuknya air secara vertikal ke dalam profil suatu tanah. Informasi infiltrasi tanah dapat dipergunakan untuk menghitung limpasan permukaan (run-off) dalam pengelolaan irigasi serta dalam perencanaan konservasi tanah dan air. Kapasitas infiltrasi tanah di lahan hutan dipengaruhi oleh umur tanaman hutan yang membentuk komposisi komunitas hutan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas infiltrasi tanah di kawasan tegakan jati (Tectona grandis L.) pada berbagai kelas umur. Pengukuran infiltrasi tanah dilakukan menggunakan peralatan double ring infiltrometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi tanah pada lahan hutan tanaman jati cenderung semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman jati. Semakin tua kelas umur (KU) tanaman jati kandungan bahan organik tanah semakin besar serta porositas tanah semakin tinggi. Hal ini berperan baik dalam memantapkan struktur dan tekstur tanah serta perkembangan biota tanah permukaan, sehingga menyebabkan perbaikan sifat sifik tanah termasuk peningkatan kapasitas infiltrasinya. Pengaruh penjarangan pada KU 5 dan teresan pada KU 8 menyebabkan kondisi vegetasi lebih terbuka sehingga akan berdampak negatif yaitu terjadi pemadatan tanah yang menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tana

    Pengaruh Penebangan Hutah Tanaman Eucalyptus Pellita F.muell dalam Peningkatan Aliran Sungai dan Sedimen

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penebangan hutan tanaman terhadap aliran sungai dan sedimentasi. Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan tanaman E. pellita di Perawang, Propinsi Riau.Teknik yang digunakan adalah metode pengukuran neraca air dengan menggunakan satuan pengamatan berupa mikro DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat penebangan dengan sistem tebang habis telah menyebabkan peningkatan aliran sungai sebesar 142,6% pada periode 0 sampai 8 bulan setelah penebangan dari rata-rata 45,5 mm per bulan (sebelum penebangan) menjadi 110,5 mm per bulan (setelah penebangan) serta meningkatkan koefisien limpasan permukaan bulanan sebesar 95,3%, yakni dari 34,0% menjadi 66,0%. Kegiatan penebangan menyebabkan peningkatan sedimen bulanan sebesar 788,7% dari 0,18 ton per ha per bulan sebelum penebangan menjadi 1,57 ton per ha per bulan setelah penebangan

    Pengaruh Persentase Penutupan Hutan Terhadap Debit Puncak Di Sub Daerah Aliran Sungai Hutan Alam Kabupaten Tanah Laut (the Effect of Forest Coverage Percentage on Peak Discharge in the Natural Forest Sub Watershed, Tanah Laut Regency)

    Full text link
    Persentase penutupan hutan memegang peran penting dalam mengatur tata air Daerah Aliran Sungai (DAS). Hutan dengan fungsi hidrologisnya berpengaruh terhadap debit sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh persentase penutupan hutan terhadap debit puncak di sub DAS hutan alam. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di Sub DAS Bakar, Sub DAS Tanjung, Sub DAS Iwakan, dan Sub DAS Langsat, Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Persentase hutan alam bervariasi dari 9,7 sampai 98% dari uas sub DAS. Penelitian dilakukan dengan pengkuran langsung data curah hujan dan tinggi muka air (TMA) yang dikonversi menjadi debit puncak. Data debit puncak antar sub DAS dibandingkan menurut curah hujan dan persentase penutupan hutan alam. Hasil penelitian menunjukkan secara umum persentase penutupan hutan berpengaruh terhadap debit puncak. Penutupan hutan memberikan respon yang positif dalam menurunkan debit puncak ketika curah hujan dibawah 115 mm/hari. Sub DAS Bakar dan Tanjung yang memiliki persentase penutupan hutan alam yang rendah memiliki debit puncak yang lebih tinggi dibandingkan dengan Sub DAS Langsat dan Iwakan yang memiliki persentase penutupan hutan yang tinggi. Pengaruh persentase penutupan hutan alam terhadap debit puncak ditandai oleh koefisien determinasi sebesar 53,3%. Keberadaan hutan sangat penting sebagai pengatur hidrologi sehingga sangat penting untuk dilakukannya upaya konservasi dan penghijauan di hulu sub DAS yang diamati

    Pengaruh Persentase Penutupan Hutan Terhadap Debit Puncak Di Sub Daerah Aliran Sungai Hutan Alam Kabupaten Tanah Laut (the Effect of Forest Coverage Percentage on Peak Discharge in the Natural Forest Sub Watershed, Tanah Laut Regency)

    Full text link
    Persentase penutupan hutan memegang peran penting dalam mengatur tata air Daerah Aliran Sungai (DAS). Hutan dengan fungsi hidrologisnya berpengaruh terhadap debit sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh persentase penutupan hutan terhadap debit puncak di sub DAS hutan alam. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di Sub DAS Bakar, Sub DAS Tanjung, Sub DAS Iwakan, dan Sub DAS Langsat, Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Persentase hutan alam bervariasi dari 9,7 sampai 98% dari uas sub DAS. Penelitian dilakukan dengan pengkuran langsung data curah hujan dan tinggi muka air (TMA) yang dikonversi menjadi debit puncak. Data debit puncak antar sub DAS dibandingkan menurut curah hujan dan persentase penutupan hutan alam. Hasil penelitian menunjukkan secara umum persentase penutupan hutan berpengaruh terhadap debit puncak. Penutupan hutan memberikan respon yang positif dalam menurunkan debit puncak ketika curah hujan dibawah 115 mm/hari. Sub DAS Bakar dan Tanjung yang memiliki persentase penutupan hutan alam yang rendah memiliki debit puncak yang lebih tinggi dibandingkan dengan Sub DAS Langsat dan Iwakan yang memiliki persentase penutupan hutan yang tinggi. Pengaruh persentase penutupan hutan alam terhadap debit puncak ditandai oleh koefisien determinasi sebesar 53,3%. Keberadaan hutan sangat penting sebagai pengatur hidrologi sehingga sangat penting untuk dilakukannya upaya konservasi dan penghijauan di hulu sub DAS yang diamati

    Membangun Proses Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Mikro Secara Partisipatif: Sebuah Pembelajaran (Developing A Participatory Planning Process of Micro-watershed Management: A Lesson Learned)

    Full text link
    Tahapan perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam rangkaian kegiatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) skala operasional (DAS mikro). Kesulitan dan kegagalan pengelolaan DAS mikro seringkali bermula dari kegagalan dalam membangun proses perencanaan partisipatif bersama masyarakat dan kolaboratif dengan para pihak terkait. Kegiatan penelitian tindakan (action research) ini bertujuan untuk menemukan proses/tahapan perencanaan partisipatif yang lebih aplikatif berdasarkan pengalaman dan evaluasi proses yang sudah ada. Penelitian dilaksanakan di DAS Mikro Naruan, Sub DAS Keduang, DAS Bengawan Solo Hulu. Pelajaran yang dapat diambil dari kegiatan adalah sebagai berikut: 1) Basis data dasar (baseline data) detil terkait karakteristik potensi dan kerentanan wilayah DAS mikro sangat penting diketahui sebelum proses perencanaan; 2)Proses perencanaan pengelolaan DAS mikro tidak dapat sepenuhnya mengandalkan partisipasi masyarakat, tetapi perlu kombinasi antara sistem top down dan partisipatif; 3) Perencanaan yang sifatnya top down menyangkut pemberian rambu-rambu pengelolaan lahan yang benar di wilayah hulu DAS; 4) Perencanaan partisipatif dilakukan pada saat penyusunan rencana penggunaan/ pemanfaatan lahan, jenis kegiatan konservasi yang sesuai serta andil sumber daya dari masyarakat sebagai bentuk partisipasi; 5) Rencana kolaboratif perlu dibangun dengan para pihak terkait dalam rangka keterpaduan dan keberlanjutan kegiatan pengelolaan DAS mikro
    corecore