24 research outputs found

    ANALISIS FASA BaO 6Fe2O3 HASILPERLAKUAN MEKANIK DAN ULTRASONIK TERHADAP PREKURSOR SOL-GEL

    Get PDF
    ANALISIS FASA BaO 6Fe2O3 HASILPERLAKUAN MEKANIK DAN ULTRASONIK TERHADAP PREKURSOR SOL-GEL. Prekursor bahan magnet heksaferit, BaO 6Fe2O3 telah berhasil disintesis dari garam nitrat besi dan barium dengan Fe: Ba = 12 : 1 menggunakan metode sol-gel. Identifikasi fasa menggunakan teknik difraksi sinar-x menunjukkan prekursor lebih didominasi oleh α-Fe2O3. Proses pemanasan 700, 850, dan 1000ºC selama 5 jam terhadap prekursor setelah dideaglomerasi menunjukkan bahwa fasa BaO 6Fe2O3 telah terbentuk pada suhu 700ºC dan mengkristal sempurna pada 1000ºC. Prekursor yang dipanaskan pada suhu 1000ºC tanpa melalui proses deaglomerasi tidak memberikan sistem fasa tunggal BaO 6Fe2O3. Deaglomerasi prekursor menggunakan sistem ultrasonik ataupun milling dapat memberikan sistem fasa tunggal BaO 6Fe2O3 setelah dipanaskan pada suhu 1000ºC baik dalam bentuk serbuk maupun pellet. Metode ultrasonik dalam sintesis bahan heksaferit BaO 6Fe2O3 dapat dianggap salah satu alternatif terutama apabila partikel yang dibutuhkan sangat halus dan dengan kemurnian tinggi

    PENGARUH ADITIF Bi2O3 TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MAGNET BARIUM HEKSAFERIT

    Get PDF
    PENGARUH ADITIF Bi2O3 TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MAGNET BARIUM HEKSAFERIT. Barium Heksaferit (BaO.6Fe2O3) adalah salah satu bahan magnet permanen yang banyak digunakan di industri. Pengaruh aditif Bi2O3 terhadap barium heksaferit dari prekursor gel dan dimilling selama 10 jam dengan high-energy milling cenderung meningkatkan ukuran kristalit secara significant. Strukturmikro dan sifat magnetik barium heksaferit baik dengan maupun tanpa aditif Bi2O3 hasil sintering pada suhu 800ºC selama 4 jam relatif sama, mengingat suhu sinter masih di bawah suhu leleh Bi2O3. Peningkatan suhu sinter sampai 1000ºC untuk 4 jam dan 10 jam, menunjukkan peningkatan ukuran grain yang sangat besar untuk bahan dengan aditif Bi2O3 dibandingkan dengan bahan tanpa aditif yang diikuti dengan penurunan koersivitas intrinsik (Hci). Koersivitas intrinsik (Hci) barium heksaferit dengan aditif Bi2O3 turun menjadi 50 %, sedangkan tanpa aditif hanya 10% dibandingkan cuplikan hasil sinter pada suhu 800ºC selama 4 jam

    VARIASI KOMPOSISI Fe(II)/Fe(III) PADA PROSES SINTESIS SPION DENGAN METODE PRESIPITASI

    Get PDF
    VARIASI KOMPOSISI Fe(II)/Fe(III) PADA PROSES SINTESIS SPION DENGAN METODE PRESIPITASI. Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticles, Spion berbasis Fe3O4/γ-Fe2O3 dapat digunakan baik dalam bidang biomedik maupun untuk keperluan industri lainnya. Spion dalam pemanfaatannya sangat bergantung pada ukuran partikel dan sifat magnet bahan. Untuk mendapatkan bahan dengan sifat magnetik yang optimal dengan metode presipitasi maka parameter perbandingan Fe(II)/Fe(III) telah divariasikan. Penambahan Fe(II) dapat mengimbangi proses oksidasi Fe(II) menjadi Fe(III) dan mengoptimalkan pembentukan fasa Fe3O4 serta meningkatkan sifat magnetiknya. Namun penambahan Fe(II) lebih lanjut cenderung meningkatkan pembentukan γ-Fe2O3, derajat kristalinitas dan ukuran butir oksida Fe. Hasil optimal Spion diperoleh untuk sampel dengan perbandingan Fe(II)/Fe(III) 1 : 1. Pada perbandingan ini diperoleh fraksi berat Fe3O4 mencapai 80% dengan ukuran butir 12 nm dan Ms = 88 emu/gram

    APLIKASI HIGH ENERGY MILLING DALAM METALURGI SERBUK

    Get PDF
    APLIKASI HIGH ENERGY MILLING DALAM METALURGI SERBUK. Salah satu di antara metode untuk pembuatan bahan paduan logam dengan ukuran butiran yang sangat halus, nanokristalin adalah high energy milling (HEM). Mekanikal sintesis dapat dilakukan secara langsung menggunakan serbuk elemen dasar sesuai komposisi nominal material, baik dalam media udara biasa, inert gas, maupun cairan tertentu sesuai kebutuhan. Proses milling terhadap bahan serbuk Fe ukuran 100 mesh dan serpihan Ta dalam media toluena telah dilakukan. Hasil milling serbuk Fe dan Ta selama 10 jam tidak menunjukkan adanya pengaruh oksida dan ukuran butiran pada akhir milling masing-masing sekitar 60 nm dan 21 nm. Pengaruh milling terhadap sifat magnet serbuk Fe menunjukkan adanya peningkatan koersivitas intrinsik, iHc dari 108 Oe untuk milling 30 menit menjadi 150 Oe setelah milling selama 600 menit. Paduan intermetalik Ni3Fe telah berhasil disintesis secara mekanik tanpa media toluena selama 30 jam dari serbuk Ni dan Fe dengan perbandingan 76 : 24. Pola difraksi sinar-X terhadap serbuk hasil milling menunjukkan fasa Ni3Fe telah terbentuk tanpa fasa kontaminan yang berasal dari vial ataupun bola. Semua proses milling yang dilakukan menggunakan vial dan bola terbuat dari low carbon stainless steel

    SINTESIS NANOPARTIKEL MAGNETIK CORE/SHELL Fe/Oksida Fe DENGAN METODE REDUKSI KIMIA

    Get PDF
    SINTESIS NANOPARTIKEL MAGNETIK CORE/SHELL Fe/Oksida Fe DENGAN METODE REDUKSI KIMIA. Makalah ini menyajikan proses sintesis nanopartikel magnetik dengan struktur core/shell, dimana bagian core (inti) berupa fasa Fe dan bagian shell (kulit) berupa fasa oksida Fe yang diharapkan menghasilkan nanopartikel dengan nilai magnetisasi tinggi. Proses sintesis dilakukan dengan proses reduksi FeCl3 oleh NaBH4 untuk membentuk bagian core yang diikuti dengan pembentukan fasa oksida besi dengan pereaksi Trimethylamine N-oxide (TMNO). Morfologi, komposisi fasa dan sifat magnetik struktur core/shell yang terbentuk dioptimalisasi dengan memvariasikan perbandingan komposisi FeCl3 dan NaBH4 pada rentang nilai perbandingan mol 1 hingga 3. Pengamatan morfologi menunjukkan telah terbentuknya struktur core/shell yang cukup sempurna dengan ukuran core maksimal < 40 nm dan shell ~ 5 nmterutama untuk komposisi 1 : 2. Namun hasil analisis fasamenunjukkan, selain fasa Fe dan oksida Fe, juga hadir fasa pengotor paduan Fe-B dan fasa turunan dari reduktor NaBH4. Kondisi ini mempengaruhi pembentukan sifat magnetik sehingga nilai maksimum mencapai 72 emu/gram untuk komposisi 1:

    SINTESIS γ-Fe2O3/Fe3O4 DARI MILL SCALE PABRIK BAJA DENGAN METODE PRESIPITASI

    Get PDF
    SINTESIS γ-Fe2O3/Fe3O4 DARI MILL SCALE PABRIK BAJA DENGAN METODE PRESIPITASI. Mill scale yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan hasil karakterisasi fasa menggunakan data difraksi sinar-x (XRD) dan perangkat lunak analisis kristal RIETAN-2000, mengandung 85,84 % berat FeO dan 14,16 % berat Fe3O4. Dari hasil proses dengan menggunakan metode presipitasi diperoleh serbuk oksida besi dengan sistem fasa γ-Fe2O3/Fe3O4, dan ukuran kristalin 27,19 nm. Di sini terjadi peningkatan fasa γ-Fe2O3/Fe3O4 sebesar ~86 % dari mill scale awal. Sebagai pembanding digunakan Fe3O4 Aldrich (63-7106) yang mempunyai fasa Fe3O4 dengan ukuran kristalin 27,49 nm. Pengukuran sifat magnetik dengan vibrating sample magnetometer (VSM) menunjukkan bahwa serbuk magnet oksida besi hasil proses mempunyai harga magnetisasi saturasi lebih tinggi dibandingkan dengan produk Fe3O4 Aldrich (63-7106) masing-masing adalah 84 emu/gramdan 72 emu/gram

    VARIASI BASA PADA PEMBENTUKAN NANO PARTIKEL MAGNETIK OKSIDA BESI

    Get PDF
    VARIASI BASA PADA PEMBENTUKAN NANO PARTIKEL MAGNETIK OKSIDA BESI. Nanopartikel magnetik oksida besi dapat terbentuk dalam proses presipitasi campuran garam Fe(II)/Fe(III) oleh basa. Dalam penelitian ini variasi jenis basa yang digunakan adalah NaOH, NH3 dan TMAOH (Tetramethyl Ammonium Hydroxide).Magnetisasi saturasi,Ms, tertinggi diperoleh pada oksida besi hasil presipitasi dengan basa TMAOH yaitu 82,2 emu/g, dengan fraksi massa Fe3O4 79,43 %, dan ukuran butir 12,52 nm. Ukuran butiran terkecil diperoleh pada oksida besi hasil presipitasi dengan basa NaOH yaitu 9,34 nm dengan magnetisasi saturasi, Ms, 73,8 emu/g

    Pengaruh Penambahan Konsentrasi Ag2S Terhadap Komposit Konduktor (Ag2S)x(Na3PO4)1-x (x = 0,1 - 0,5 )

    Get PDF
    Komposit konduktor (Ag2S)x(Na3PO4)1-x dibuat dengan metalurgi serbuk dengan mencampurkan serbuk Ag2S dengan Na3PO4, dikompaksi dengan tekanan 48,26.106 N/m2 dan diameter 1,5.10-2 m. Komposit konduktor (Ag2S)x(Na3PO4)1-x dilakukan pemanasan pada suhu 150 °C selama 5 jam. Penentuan struktur kristal (Ag2S)x(Na3PO4)1-x dilakukan dengan teknik difraksi sinar- x. Analisis puncak difraksi sinar-x pada komposit konduktor (Ag2S)x(Na3PO4)1-x menunjukkan struktur Ag2S dan Na3PO4. Pengukuran konduktivitas komposit konduktor (Ag2S)x(Na3PO4)1-x dilakukan dengan alat LCR-meter pada frekuensi 0,1 Hz sampai dengan 100 kHz. Konduktivitas komposit konduktor (Ag2S)x(Na3PO4)1-x naik dan impedansinya turun seiring dengan naiknya konsentrasi Ag2S. Analisis morfologi permukaan komposit konduktor (Ag2S)x(Na3PO4)1-x dilakukan dengan mikroskop elektron, hasil menunjukkan terjadi perubahan seiring dengan bertambahnya konsentrasi Ag2S.

    Pengendalian Suhu Ultrasonikasi Pada Pelapisan Nanopartikel Magnet (Fe3O4) Dengan Kitosan

    Get PDF
    Telah dilakukan pelapisan nanopartikel magnetik Fe3O4 dengan proses ultrasonikasi terkendali. Pengendalian ultrasonikasi dilakukan dengan menambahkan fasilitas pendingin baik menggunakan air maupun es serta dengan pengaturan suhu pembatas pada fasilitas ultrasonikasi untuk memastikan suhu sampel maksimal 50 oC selama proses pelapisan kitosan. Nanopartikel hasil pelapisan dianalisis sifat magnetik dan distribusi ukuran partikelnya masing-masing  menggunakan VSM (Vibrating Sample Magnetometer) serta PSA (Particle Size Analyzer). Hasil sintesis menunjukkan bahwa penambahan sistem pendingin cukup efektif dalam mengendalikan suhu dan menurunkan waktu total proses pelapisan serta ukuran nanopartikel terlapis kitosan. Namun pola perubahan ukuran yang terjadi tidak mengikuti sepenuhnya kaidah standar karena adanya proses re-aglomerasi nanopartikel magnetik akibat interaksi magnetik antar nanopartikel yang cukup kuat. Diperoleh hasil pelapisan optimum dengan ukuran nanopartikel magnetik terlapis kitosan sebesar ~ 36,5 nm dan nilai magnetisasi 45 emu/gram pada proses dengan sistem pendingin air. Kondisi ini dicapai dengan waktu total proses pelapisan 60 menit untuk waktu efektif proses ultrasonikasi 10 menit

    SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIMER KOMPOSIT POLIPROPILEN MENGGUNAKAN FILLERTEPUNGTAPIOKAUNTUK BAHAN KEMASAN

    Get PDF
    SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIMER KOMPOSIT POLIPROPILEN MENGGUNAKAN FILLERTEPUNGTAPIOKAUNTUK BAHAN KEMASAN. Telah dilakukan pembuatan polimer komposit yang biodegradable sebagai bahan pengemas dengan cara menambahkan filler tepung tapioka, ke dalam polimer sintesis menggunakan metode blending. Polimer sintesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah polipropilen melt flow 10 (PP10) dan polipropilen melt flow 35 (PP35). Variasi komposisi tapioka yang digunakan adalah 50 %berat, 55 %berat, 60 %berat, 65 %berat,70 %berat dan 75 %berat. Selanjutnya dilakukan karakterisasi meliputi uji mekanik, uji termal, uji strukturmikro dan uji biodegradabilitas. Hasil dari uji mekanik menunjukkan bahwa dengan penambahan filler tepung tapioka terjadi penurunan sifat mekanik. Uji termal menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan titik leleh dari termoplastik awalnya. Untuk uji strukturmikro memperlihatkan bahwa antara termoplastik dengan filler untuk konsentrasi dibawah 50%berat, komposit polimer ini tercampur secara homogen, sedangkan untuk konsentrasi lebih besar terjadi penggumpalan dan tidak merata. Hasil uji biodegradabilitas menunjukkan bahwa PP10-Tapioka dan PP35-Tapioka dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena polimer komposit ini dapat terdegradasi di dalam tanah
    corecore