3 research outputs found

    Pembentukan Harga Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L) dengan Analisis Harga Komoditas di Sentra Produksi dan Pasar Induk (suatu Kasus pada Sentra Produksi Cabai Merah Keriting di Kecamatan Cikajang, Pasar Induk Gedebage, Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Kramat Jati)

    Full text link
    Beberapa indikator empirik yang sering digunakan dalam pengkajian efisiensi pemasaran di antaranya adalah margin pemasaran dan transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani atau ke pasar produsen. Adapun transmisi harga yang rendah mencerminkan inefisiensi pemasaran karena hal itu menunjukkan bahwa Perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen tidak seluruhnya diteruskan kepada petani, dengan kata lain transmisi harga berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini biasanya terjadi jika pedagang memiliki kekuatan monopsoni sehingga mereka dapat mengendalikan harga beli dari petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pembentukan harga cabai merah keriting dengan analisis harga komoditas, data yang digunakan adalah data time series harian harga cabai merah keriting selama setahun pada tahun 2014 yang bersumber dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat dan analisis menggunakan program Eviews 8. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembentukan harga cabai merah keriting bisa dilakukan dengan analisis harga komoditas pertanian hal ini bisa menunjukkan sebagai indikator kesehatan pasar. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien korelasi tertinggi berada antara PI Caringin dan PI Gedebage persentase Perubahannya 99 %, artinya Perubahan harga yang terjadi di PI Caringin di transmisikan secara sempurna ke PI Gedebage. Pembentukan harga dapat dilihat juga dengan analisis integrasi pasar, analisis ini bertujuan untuk mengetahui pasar mana yang dominan dalam pembentukan harga cabai merah keriting. Hasil analisis menunjukkan kenaikan harga cabai merah keriting 1 rupiah di sentra produksi Cikajang akan menaikkan harga cabai merah keriting sebesar 0.77 rupiah (Perubahan 77 %) di PI Kramat Jati, hal ini menunjukkan bahwa PI Kramat jati dominan pembentuk harga cabai merah keriting

    Struktur dan Pola Hubungan Sosial Ekonomi Juragan dengan Buruh di Kalangan Nelayan Pantai Utara Jawa Barat (Studi Tentang Simbiosis antara Juragan dengan Nelayan Buruh di Pondok Bali Kecamatan Legon Kulon Kabupaten Subang)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran struktur sosial masyarakat nelayan di daerah Pantura, jenis simbiosis yang terjadi dalam hubungan sosial ekonomi juragan dengan nelayan buruh, pendapatan rumah tangga nelayan buruh dan juragan, dan faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menarik nelayan buruh untuk bekerja pada juragan nelayan. Penelitian ini menggunakan metode survai. Teknik penentuan responden dilakukan secara Simple Random Sampling (SRS). Hasil Penelitian menunjukkan gambaran Struktur Sosial Masyarakat Nelayan di Pantura dari beberapa juragan yang ada pada masyarakat nelayan terbagi menjadi beberapa kelompok juragan yaitu : Juragan pengusaha , Juragan kuli, Juragan sebagai mata pencaharian pokok, Juragan sebagai sambilan. Struktur pekerja pada nelayan pada saat melakukan pekerjaannya di laut atau di perahu adalah : Nakhoda, Motoris, Orang Tengah, Koki. Simbiosis yang terjadi adalah mutualisma yakni simbiosis yang saling membutuhkan antara juragan dengan buruh dan sebaliknya dan simbiosis mutualisma yang lebih lemah pada posisi nelayan buruh. Tidak semua masyarakat nelayan dikatakan sebagai lapisan masyarakat yang miskin atau lapisan bawah. Keadaan nelayan buruh pada umumnya mempunyai pendapatan di atas Rp. 100.000,00 dalam satu kali melaut
    corecore