59 research outputs found
FAKTOR RISIKO PARITAS TERHADAP KEJADIAN PREEKLAMPSIA-‎EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN ‎
AKI tertinggi di provinsi DIY berada di Kabupaten Kulon Progo yaitu 167.34/100.000 kelahiran ‎hidup, dengan penyebab utamanya yaitu preeklampsia-eklampsia. Beberapa faktor yang ‎diidentifikasi dapat memicu kejadian preeklampsia-eklampsia yaitu paritas, umur dan obesitas. ‎Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah paritas sebagai faktor risiko terbesar terhadap ‎kejadian preeklampsia-eklampsia pada ibu bersalin di RSUD Wates tahun 2011. Penelitian ini ‎merupakan penelitian observasional dengan rancangan Case Control. Data yang digunakan ‎adalah data sekunder dengan skala nominal. Subyek penelitian sejumlah 294 responden, terdiri ‎dari 147 kelompok kasus dan 147 kelompok kontrol dengan Systematic Random Sampling. ‎Analisis menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% dan analisis regresi ‎logistic multivariat. Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian preeklampsia-eklampsia lebih ‎banyak pada ibu bersalin dengan paritas risti (4) yaitu sebanyak 75,51%. Dengan ‎analisis Chi square didapatkan p-value 4) berisiko 3,87 lebih besar terjadi preeklampsia-eklampsia ‎dibandingkan dengan paritas tidak risti (2-4).‎
Kata kunci: Paritas, Kejadian preeklampsia-eklampsia.
The Importance of Preventive Measures to Reduce the Incidence of Postpartum Depression in Unintended Pregnancies: A Narrative Review
Unintended pregnancies and associated emotional issues can negatively affect expectant mothers, potentially harming both them and their babies. This study focuses on the significance of forgiveness as an intervention for healing emotional wounds, enhancing self-acceptance, and improving overall well-being and relationships among mothers. It assesses forgiveness's impact on the physical, psychological, social, and spiritual health of mothers throughout their lives, bolstering their resilience. A narrative review of evidence on forgiveness in the context of unwanted teenage pregnancies was conducted from January 2016 to January 2019, including PubMed, EMBASE and Cochrane, EBSCO, PubMed, UpToDate, and Clinical Key. Out of 995 studies, 14 articles were selected, primarily emphasizing forgiveness therapy for adolescent bullying and social issues. Although research on forgiveness in unwanted pregnancies was limited and had methodological limitations, early interventions are crucial to safeguard pregnant women's physical and mental health during pregnancy, childbirth, and the postpartum period. Further research with improved methodology is needed to comprehensively understand forgiveness's impact and enhance support for pregnant wome
HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DI PUSKESMAS DLINGO II KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA
Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaporkan prevalensi bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) mencapai 5,65%. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya penyimpangan
perkembangan dibandingkan dengan populasi bayi umumnya. Hasil uji DDST II
pada balita usia 12-24 bulan di Klinik Tumbuh Kembang RSUP DR. Sardjito dari
bulan Januari sampai Juli 2015 terdapat 74,55% di antaranya mengalami
keterlambatan perkembangan personal sosial 5,35%, keterlambatan motorik halus
9,11%, keterlambatan bahasa 26,73% dan 43,85% mengalami keterlambatan
motorik kasar. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan BBLR dengan
perkembangan anak usia Toddler (1-3 tahun) di Puskesmas Dlingo II Kabupaten
Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian yaitu penelitian survei analitik dengan desain
Kohort Retrospektif. Sampel penelitian yaitu bayi yang lahir pada tahun 2013-2015
di wilayah Puskesmas Dlingo II Kabupaten Bantul, Yogyakarta berjumlah 112 anak
yang terdiri dari 56 kelompok BBLR dan 56 kelompok BBLN. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner, rekam medis dan DDST II. Data dianalisa dengan uji
distribusi frequency untuk analisa univariat, uji chi-square untuk analisa bivariat
dan uji regresi cox untuk analisa multivariat. Hasil: Ada hubungan kejadian BBLR
dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun secara statistik bivariat terbukti
signifikan. Distribusi responden (anak) didominasi oleh perkembangan anak
normal, rerata umur responden sebesar 2.3 tahun, responden dengan jenis kelamin
laki-laki, pendidikan ibu dengan kategori rendah (SD atau SMP), pendidikan ayah
dengan kategori rendah (SD atau SMP), orang tua responden yang berkerja serta
pendapatan orang tua yang diatas dan dibawah UMR masing-masing dengan
jumlah yang sama. Diperoleh hubungan variabel BBLR terhadap perkembangan
anak usia 1-3 tahun yang dikontrol oleh faktor pendidikan ayah dan penghasilan
orang tua. Anak yang lahir dengan BBLR berisiko untuk mengalami perkembangan
tidak normal 5.2 kali lebih besar dibandingkan pada anak yang lahir dengan BBLN.
Kesimpulan: kejadian BBLR memiliki hubungan dengan perkembangan anak baik
secara parsial maupun setelah dikontrol dengan pendidikan ayah dan penghasilan
orang tua.
Kata kunci: BBLR, Pekembangan anak, Usia toddle
HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DI PUSKESMAS DLINGO II KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA
Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaporkan prevalensi bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) mencapai 5,65%. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya penyimpangan
perkembangan dibandingkan dengan populasi bayi umumnya. Hasil uji DDST II
pada balita usia 12-24 bulan di Klinik Tumbuh Kembang RSUP DR. Sardjito dari
bulan Januari sampai Juli 2015 terdapat 74,55% di antaranya mengalami
keterlambatan perkembangan personal sosial 5,35%, keterlambatan motorik halus
9,11%, keterlambatan bahasa 26,73% dan 43,85% mengalami keterlambatan
motorik kasar. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan BBLR dengan
perkembangan anak usia Toddler (1-3 tahun) di Puskesmas Dlingo II Kabupaten
Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian yaitu penelitian survei analitik dengan desain
Kohort Retrospektif. Sampel penelitian yaitu bayi yang lahir pada tahun 2013-2015
di wilayah Puskesmas Dlingo II Kabupaten Bantul, Yogyakarta berjumlah 112 anak
yang terdiri dari 56 kelompok BBLR dan 56 kelompok BBLN. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner, rekam medis dan DDST II. Data dianalisa dengan uji
distribusi frequency untuk analisa univariat, uji chi-square untuk analisa bivariat
dan uji regresi cox untuk analisa multivariat. Hasil: Ada hubungan kejadian BBLR
dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun secara statistik bivariat terbukti
signifikan. Distribusi responden (anak) didominasi oleh perkembangan anak
normal, rerata umur responden sebesar 2.3 tahun, responden dengan jenis kelamin
laki-laki, pendidikan ibu dengan kategori rendah (SD atau SMP), pendidikan ayah
dengan kategori rendah (SD atau SMP), orang tua responden yang berkerja serta
pendapatan orang tua yang diatas dan dibawah UMR masing-masing dengan
jumlah yang sama. Diperoleh hubungan variabel BBLR terhadap perkembangan
anak usia 1-3 tahun yang dikontrol oleh faktor pendidikan ayah dan penghasilan
orang tua. Anak yang lahir dengan BBLR berisiko untuk mengalami perkembangan
tidak normal 5.2 kali lebih besar dibandingkan pada anak yang lahir dengan BBLN.
Kesimpulan: kejadian BBLR memiliki hubungan dengan perkembangan anak baik
secara parsial maupun setelah dikontrol dengan pendidikan ayah dan penghasilan
orang tua
Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny. R Usia 23 Tahun Sekundigravida dengan IUD in Situ di Puskesmas Pakualaman, Yogyakarta
Kehamilan dengan IUD in situ meningkatkan risiko abortus, kelahiran
prematur, perdarahan pervaginam, korioamnionitis dan plasenta abruption.
Mengingat risiko dan pentingnya kualitas pelayanan ANC, penulis tertarik dalam
memberikan asuhan berkesinambungan yang bertujuan mengetahui bagaimana
asuhan kebidanan berkesinambungan terhadap salah satu kasus, yaitu Ny. R usia
23 tahun dengan IUD in situ.
Ny. R memeriksakan kehamilannya sebanyak 3 kali dalam usia 33-37
minggu di Puskesmas Pakualaman dan melahirkan pada usia kehamilan 37+1
minggu di Puskesmas Jetis karena di Puskesmas Pakualaman tidak ada pelayanan
pertolongan persalinan. Kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 3 kali,
kunjungan nifas dilakukan sebanyak 4 kali, dan kunjungan keluarga berencana
dilakukan sebanyak 3 kali.
Ny. R tidak menunjukkan tanda-tanda gejala risiko akibat kehamilan dengan
IUD in situ selama ANC. Persalinan ditolong oleh bidan secara spontan,
dilakukan manual plasenta atas indikasi tali pusat putus serta IUD keluar bersama
plasenta. Hasil pemantauan kala IV dalam batas normal. Bayi lahir dengan
penilaian awal baik. Masa nifas berjalan normal dengan ibu dan bayi sehat serta
ibu menggunakan KB suntik progestin.
Asuhan yang diberikan telah sesuai dengan teori dan flowchart. Saran yang
diberikan yaitu bagi profesi bidan untuk memberdayakan keluarga khusunya
suami, memahami pentingnya setiap asuhan dilakukan sesuai prosedur, bagi ibu
dan keluarga untuk mengenal tanda-tanda abnormal dan meningkatkan kesadaran
pentingnya peran serta keluarga khususnya suami serta bagi mahasiswa untuk
memberikan asuhan kebidanan berkesinambungan lanjutan dan dikembangkan
seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KUALITAS RANTAI VAKSIN PADA BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016
Rantai vaksin sangat penting dipertahankan selama distribusi dan penyimpanan
vaksin untuk mencapai kualitas vaksin yang baik. Bidan Praktek Mandiri di
layanan primer harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai
transportasi dan penyimpanan vaksin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai
apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kualitas rantai vaksin
pada Bidan Praktek Mandiri di Kabupaten Bantul. Penelitian dilaksanakan di
Bidan Praktek Mandiri di Kabupaten Bantul pada tanggal 5 Desember 2016
sampai tanggal 15 Desember 2016, dengan menggunakan desain cross sectional
dan teknik Random Sampling dengan jumlah sampel 42 Bidan Praktek Mandiri di
wilayah Kabupaten Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner tingkat pengetahuan dan cheklis lembar observasi kualitas rantai vaksin.
Hasil penelitian didapatkan responden dengan pengetahuan yang baik tentang
penyimpanan dan transportasi vaksin sebesar 66,7% dan kualitas rantai vaksin di
Bidan Praktek Mandiri yang baik sebesar 42,9%. Berdasarkan uji statistic
spearman didapatkan ada hubungan antara pengetahuan dengan kualitas rantai
vaksin dengan nilai korelasi sebesar 0,499. Kesimpulannya adalah ada hubungan
positif sedang antara tingkat pengetahuan dengan kualitas rantai vaksin pada
Bidan Praktek Mandiri di Kabupaten Bantul, dimana semakin baik pengetahuan
tentang rantai vaksin maka semakin baik kualitas rantai vaksin pada Bidan
Praktek Mandiri di Kabupaten Bantul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS WEKMIDAR KABUPATEN MALAKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Latar Belakang: Implant merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif namun masih sangat rendah jumlah akseptor yang menggunakan KB implant. Faktor dukungan suami merupakan salah satu penyebab rendahnya penggunaan KB implant pada akseptor KB.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi implant pada akseptor KB di Puskesmas Wekmidar Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Metode: Jenis penelitian ini kuantitatif dan menggunakan desain penelitian cross sectional dengan teknik pengambilan sampel propotional sampling dan sampel penelitian berjumlah 76 Akseptor KB yang memenuhi kriteria inklusi dan penelitian di lakukan pada bulan Februari tahun 2022. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan Chi square.
Hasil: Analisis menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara faktor pendukung yaitu dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi Implant pada akseptor KB di Puskesmas Wekmidar dengan nilai p-value 0,001 dan faktor lainnya tidak signifkan karena nilap p-value >0.05.
Kesimpulan: Dukungan suami mempengaruhi penggunaan kontrasepsi Implant pada akseptor KB di Puskesmas Wekmidar.
Kata Kunci: umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, akses layanan, dukungan suami dengan pengguaan KB implant pada akseptor K
Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny. Y Umur 24 Tahun Sekundigravida dengan Anemia Ringan di Puskesmas Pakualaman Yogyakarta
Setiap ibu hamil berisiko, salah satunya adalah risiko mengalami anemia. Prevalensi
anemia pada ibu hamil di Indonesia cukup tinggi, sebesar 40,1% pada tahun 2014. Ibu hamil
dengan anemia termasuk dalam kehamilan risiko tinggi, sehingga memerlukan asuhan
berkesinambungan yang berfokus pada aspek pencegahan, promosi kesehatan mulai dari
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas hingga KB.
Penulis tertarik mengambil kasus pada pertemuan ketiga ANC Ny.Y umur 24 tahun
sekundigravida umur kehamilan 36+5
minggu dengan anemia ringan. Ibu merasakan lelah dan
letih, kadar Hb ibu 10,1 gr%. Potensial masalah yang mungkin terjadi pada ibu antara lain
gangguan his, persalinan dengan tindakan, retensio plasenta, dan perdarahan postpartum
(Manuaba, 2010). Kebutuhan segera adalah penanganan anemia sesuai standar, konseling
gizi, diet makanan kaya zat besi, dan protein serta perencanaan persalinan di tempat yang
aman.
Ibu bersalin secara spontan di Puskesmas Jetis tanpa komplikasi, menggunakan IUD
Post Plasenta, rupture perineum grade II. Bayi yang dilahirkan aterm, berat badan lahir 3000
gram, APGAR score normal. Pada masa nifas tidak terjadi komplikasi, Hb ibu 12 gr% pada
nifas hari ke 40. Sehingga potensial masalah yang mungkin terjadi pada kehamilan trimester
III, persalinan, nifas, bayi baru lahir dapat dicegah.
Asuhan berkesinambungan yang telah diberikan pada Ny Y dari kehamilan Trimester
III hingga KB sebagian besar berhasil sehingga ibu tidak mengalami anemia di waktu nifas,
meskipun terdapat beberapa asuhan yang belum dilakukan seperti evaluasi kembali kadar Hb
sebelum persalinan. Harapan setelah dilakukan asuhan berkesinambungan ini adalah adanya
asuhan berkesinambungan dengan melibatkan keluarga sehingga ibu dan bayi sejahtera
ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.Y USIA 35 TAHUN SEKUNDIGRAVIDA DI PUSKESMAS TEGALREJO
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa lebih dari 30%
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh Hipertensi Dalam Kehamilan
(HDK). Berdasarkan data yang penulis dapatkan di Puskesmas Tegalrejo, didapatkan
seorang ibu hamil kedua dengan inisial Ny. Y berusia 35 tahun. Menurut skor Poedji
Rochjati, Ny.Y termasuk kelompok faktor risiko I karena hamil pada usia 35 tahun atau
lebih yang dapat menyebabkan perdarahan dan HDK. Selama kehamilan, kelompok ibu
hamil ini sehat tanpa ada keluhan yang membahayakan tetapi harus waspada karena ada
kemungkinan dapat terjadi penyulit atau komplikasi sehingga perlu dilakukan asuhan
kebidanan yang berkesinambungan. Asuhan kebidanan berkesinambungan adalah suatu
asuhan kebidanan yang diberikan secara menyeluruh, meliputi kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir (BBL), nifas, dan neonatus yang dilakukan oleh bidan.
Setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan, petugas melaksanakan standar
pelayanan pemeriksaan kehamilan dikenal sebagai 10 T yang dapat dilakukan dengan
menerapkan manajemen asuhan kebidanan mulai dari pengumpulan data, analisa data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. Setelah itu pencatatan yang
dilakukan oleh bidan mengacu pada standar VI yang berisi pencatatan asuhan kebidanan
dalam Kepmenkes No.938 Tahun 2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan berupa
SOAP.
Asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny.Y dan bayi Ny.Y di Puskesmas
Tegakrejo sudah sebagian besar diterapkan manajemen kebidanan dan sesuai dengan
standar asuhan kebidanan yang meliputi asuhan kebidanan yang berkesinambungan pada
Ny.Y masa kehamilan trimester III, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan
pelayanan KB. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang diterapkan di wilayah
kerja Puskesmas tersebut sudah cukup baik. Puskesmas Tegalrejo juga sudah cukup
konsisten melakukan pelayanan pemeriksaan darah yang tidak hanya memeriksa kadar
hemoglobin, tetapi juga memeriksa HBSAg dan HIV/AIDS, serta melakukan IMD yang
tidak setiap Puskesmas melakukannya. Puskesmas Tegalrejo juga menggalakkan program
IMD yang terbukti mempunyai manfaat yang besar baik bagi Ibu maupun bayinya
Increased Intestinal Peristaltis after Sectio Caesarea with Early Mobilization
The process does not always run as it should or normally so it will require an operation (sectio caesarea) to be able to give birth to a baby with the aim of the safety of the mother and the baby itself. Surgery that is less risky and shorter can be done by giving spinal anesthesia. This technique of giving anesthesia is easier with only one time, shorter and simpler, faster and safer and more satisfying action for the mother in labor. The importance of early mobilization in laboring mothers to prevent abdominal muscle stiffness and will restore intestinal peristalsis. Because spinal anesthesia can affect the extremities and digestive tract. The purpose of this study was to determine the effect of early mobilization on the recovery of intestinal peristalsis post sectio caesarea with spinal anesthesia in Bendan Pekalongan Hospital. This research method is
quasi-experimental research with one control group, each group has 27 respondents. The intervention group was mobilized early from the hospital plus the investigator and the control group were mobilized from the hospital. In this study using a cone sampling technique. By testing the influence of Wilcoxon then with the Mann-Whitney difference test. The results showed that there was an effect of early mobilization on the recovery of intestinal peristalsis post sectio caesarea with spina
- …