3 research outputs found

    ANALISA NUMERIK TSUNAMI PANGANDARAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MITIGASI BENCANA

    Get PDF
    Lempeng Eurasia adalah lempeng tektonik terbesar ketiga yang berada di daerah Eurasia, daratan yang terdiri dari benua Eropa dan Asia. Lempeng Sunda merupakan bagian dari Lempeng Eurasia yang rumit secara tektonik dan aktif secara seismik.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakterisik pola patahan akibat gempabumi tanggal 17 Juli 2006 di Laut Selatan Jawa dengan sumber data dari katalog gempa bumi USGS. Analisis bola fokus bahwa gempa tanggal 17 Juli 2006 dengan koordinat 9.3° S dan 107.4° E adalah kombinasi sesar mendatar dan sesar naik atau jenis sesar ini disebut juga oblique. Hasil analisis 3D Focal Mechanism dan perhitungan rumus empiris menunjukkan bahwa terjadinya penjalaran gelombang tsunami (Tsunami Travel Time) kedaerah pantai dipesisir Jawa selatan mempunyai waktu sekitar 30 menit, sehingga diperlukan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. The Eurasian Plate is the third largest tectonic plate in the Eurasia region, a land consisting of Europe and Asia. The Sunda Plate is part of the Eurasian Plate which is complicated by tectonics and seismically active. The purpose of this study is to determine the characteristics of the fault patterns due to the earthquake on 17 July 2006 in the South Sea of Java with data sources from the USGS earthquake catalog. Focus ball analysis that the earthquake on July 17, 2006 with coordinates 9.3° S and 107.4° E is a combination of horizontal faults and rising faults or this type of fault is also called oblique. The results of the 3D Focal Me chanism analysis and the calculation of empirical formulas indicate that the occurrence of tsunami wave propagation in the coastal areas of South Java approximately 30 minutes, so that preparedness is needed in the face of disasters

    Rancang Bangun Alat Destilasi Air Laut yang Dilengkapi Pemanas Air Sederhana

    Get PDF
    Penduduk Indonesia yang tinggal di kawasan pesisir belum seluruhnya mendapatkan akses air tawar yang bersih dan layak konsumsi. Bantuan Pemerintah berupa alat desalinasi air laut berteknologi tinggi seperti sea water reverse osmosis, seringkali terkendala dalam pengoperasiannya. Salah satu alat desalinasi air laut paling sederhana dan mudah diterapkan oleh masyarakat pesisir adalah solar water distiller. Project ini mengaplikasikan konsep passive solar still konvensional yang ditambahkan alat pemanas air sederhana untuk meningkatkan laju evaporasi. Makalah ini menyajikan proses pembuatan alat tersebut mulai dari desain, pemilihan bahan, fabrikasi hingga pengujiannya. Hasil riset menunjukkan bahwa alat destilasi air laut dengan penambahan pemanas air sederhana efektif meningkatkan suhu air laut/brine secara signifikan. Kondisi tersebut memicu efisiensi peningkatan laju evaporasi (>300% pada kondisi optimum) sehingga dapat meningkatkan kecepatan produksi air suling. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa air suling yang dihasilkan memiliki nilai rata rata TDS=11 mg/L, pH=7,3, tidak berbau dan tidak berasa. Dengan demikian berdasarkan standar baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, air hasil destilasi tersebut layak untuk keperluan higiene sanitasi dan dapat dikonsumsi setelah melalui proses pemanasan untuk mematikan bakteri. Alat penyulingan air laut ini berbiaya murah dan dapat diaplikasikan dengan mudah oleh masyarakat di kawasan pesisir, baik dalam pengoperasian maupun penggantian suku cadan

    KAJIAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DI PANTAI UTARA DAN PANTAI SELATAN JAWA BARAT

    No full text
    Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu crustasea hasil laut yang mempunyai nilai ekonomis penting. Namun banyaknya penangkapan yang tidak sesuai mengakibatkan sumberdaya rajungan menurun. Penelitian  ini dilakukan di Perairan Provinsi Jawa Barat sejak bulan September hingga Oktober 2018. Tujuan  penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya  growth overfishing rajungan (Portunus pelagicus) yang meliputi beberapa aspek biologi seperti lebar-berat rajungan, sex ratio, TKG (Tingkat Kematangan Gonad), ukuran pertama kali tertangkap (Lc), ukuran pertama kali matang gonad (Lm) dan upaya pengelolaan rajungan. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode survey dan metode Analisis PSA. Hasil penelitian sementara menunjukkan bahwa hubungan lebar-berat bersifat allometrik negatif. Perbandingan jantan dan betina menunjukan kondisi tidak seimbang. TKG yang dominan adalah TKG III. Nilai Lc = Jantan  7,51 cm; Betina  8,36 cm dan nilai Lm = Jantan  7,30 cm; Betina 6,40 cm, dapat diketahui populasi rajungan jantan lebih cepat mengalami penurunan dibandingkan betina. Berdasarkan analisis PSA, rajungan (Portunus pelagicus) yang ada di Perairan Jawa Barat berada di tingkat kerentanan rendah dan produktivitas rendah
    corecore