23 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Kolkisin Terhadap Penampilan Fenotip Galur Inbrida Jagung Pakan (Zea Mays L.) Pada Fase Pertumbuhan Vegetatif

    Get PDF
    Potensi hasil pada tanaman di kendalikan oleh banyak gen (poligenik). Semakin banyak gen pada tanaman maka akan meningkatkan hasil produksi. Dosis gen dapat ditingkatkan atau diperbanyak dengan menggunakan kolkisin. Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kolkisin terhadap penampilan fenotip galur inbrida jagung pakan (Zea mays L.) pada fase pertumbuhan vegetatif. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Kedua galur jagung di tanam di desa Ampeldento, Karangploso, Malang. Penelitian menggunakan 2 galur (G1 dan G2) dan 3 taraf konsentrasi kolkisin (0 ppm, 400 ppm dan 600 ppm). Karakter kuantitatif yang diamati adalah jumlah tanaman yang tumbuh, tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, jumlah stomata, panjang stomata, lebar stomata, umur berbunga jantan dan umur berbunga betina. Sedangkan karakter kualitatif yang diamati adalah warna daun. Hasil penelitian menunjukan perlakuan kolkisin memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah tanaman yang tumbuh, tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, jumlah stomata, panjang stomata, lebar stomata, umur berbunga jantan, umur berbunga betina dan warna daun. Hasil ini dapat dijadikan acuan awal bahwa perlakuan kolkisin diduga efektif mempengaruhi mutasi atau merubah ploidi jagung dan dilakukan pengamatan kromosom galur untuk memperjelas ploidi yang akan dilakukan pada penelitian selanjutnya

    Seleksi Tongkol Ke Baris (Ear to Row Selection) Jagung Ungu (Zea Mays Var Ceratina Kulesh)

    Full text link
    Produksi jagung tahun 2012 (Angka Sementara) sebesar 19,38 juta ton pipilan kering atau mengalami kenaikan sebesar 1,73 juta ton (9,83 persen) dibanding tahun 2011 (Badan Pusat Statistik, 2013). Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu yang mempunyai ketinggian ± 610 m dpl, suhu minimum 22°C dan suhu maksimum 30°C, kelembaban udara sekitar 75% dan curah hujan ± 215 mm per bulan, pada bulan November 2012 sampai dengan bulan Maret 2013. Penelitian ini menggunakan seleksi ear to row, merupakan seleksi tongkol ke baris. Diulang dua kali dengan 15 tanaman tiap plot pada tiap ulangan. Satu ulangan terdiri dari 25 tanaman dan 5 tanaman diambil menjadi sampel. Sehingga terdapat 225 unit percobaan. Data yang diperoleh dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis ragam dengan taraf 5%, apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada seleksi ear to row tidak berdasarkan hasil panen secara kuantitatif melainkan kualitatif. Tidak berbeda nyata dan juga tidak terdapat keragaman yang tinggi antara populasi terdapat pada sifat tinggi tongkol dan jumlah biji per tongkol. Tinggi tongkol umumnya mempunyai hubungan positif dengan jumlah biji per tongkol. Saran penelitian ini adalah populasi IX merupakan populasi yang apling seragam yang perlu diuji lebih lanjut pada seleksi berikutnya

    Keragaman Galur Inbrida Generasi S3 Jagung Ungu (Zea Mays Var Ceratina Kulesh)

    Get PDF
    Jagung ungu memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari jagung kuning dan jagung putih. Selain itu, jagung ungu memiliki kandungan antosianin yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Generasi (S3) pada pembentukan galur inbrida merupakan generasi penting karena dapat diketahui terjadinya segregasi apabila tanaman S2 yang dipilih heterozigot dan mengetahui famili yang potensial untuk diseleksi pada generasi selanjutnya. Penelitian inii bertujuan untuk mengetahui keragaman genotip jagung ungu pekat (UP) dan jagung ungu ketan (UK) generasi S3 dan mengetahui keragaman antar famili UP dan UK. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014-Maret 2015 di kebun percobaan Fakultas Pertanian, desa Jatikerto, kabupaten Malang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan dan 32 famili. Variabel pengamatan kuantitatif yaitu tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur anthesis, umur berbunga betina, jumlah tongkol, jumlah baris biji, panjang tongkol, diameter tongkol, dan bobot 100 biji. Variabel pengamatan kualitatif yaitu bentuk ujung daun, warna batang, warna glume, warna anther, warna silk, warna biji, dan warna janggel. Analisis data kualitatif menggunakan tabel distribusi frekuensi. Data kuantitatif menghitung analisis ragam dengan menghitung heritabilitas, KKG, KKF dan simpangan baku. Hasil penelitian menunjukkan genotip UK memiliki nilai KKG 0,00 – 7,02%, dan UP memiliki nilai KKG 0,00 – 7,26% dalam kriteria KKG rendah. Keragaman antar famili UK pada famili UK1 memiliki keragaman warna biji 46,67%, UK4 memiliki keragaman warna biji 7,69%, UK10 memiliki keragaman warna janggel 20,00%, UK14 memiliki warna batang 41,03%, warna biji 45,45%, dan warna janggel 18,18%, serta UK16 memiliki keragaman karakter warna batang 21,80

    Karakterisasi Beberapa Galur Inbrida Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata)

    Get PDF
    Karakterisasi ialah upaya mendeskripsikan karakter dari tanaman. Karakterisasi menghasilkan informasi mengenai karakter tanaman untuk dijadikan calon varietas. Tujuan penelitian ini memperoleh informasi karakter kualitatif dan kuantitatif 9 galur inbrida jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan di Dadaprejo, Junrejo - Batu pada 2014. Hasil penelitian menunjukkan semua galur memiliki perbedaan yang jelas pada semua karakter kuantitatif tetapi memiliki kemiripan karakter pada karakter kualitatif. Hasil anova 5% karakter kuantitatif menunjukkan hasil berbeda nyata pada semua karakter. Semua galur memiliki nilai koefisien keragaman berkisar antara 2,37% hingga 43,42%, hal ini menunjukkan bahwa semua galur yang diamati hampir seragam

    Efek Xenia Pada Persilangan Beberapa Genotipe Jagung (Zea Mays.l) Terhadap Karakter Biji Dan Tongkol Jagung

    Get PDF
    Saat ini, petani sedang mengalami permasalahan dalam ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul. Persilangan adalah salah satu cara untuk mendapatkan kultivar unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi. Penelitian bertujuan mengeva- luasi efek xenia (pengaruh tetua jantan) terhadap karakter biji dan tongkol jagung secara kuantitatif maupun kualitatif. Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2013 di Kebun Percobaan Jatikerto Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Data kuantitatif menggunakan uji membandingkan antar perlakuan pada beberapa kombinasi persilangan selfing dan crossing yaitu Uji T independent pada taraf 5%, sedangkan data kualitatif menggunakan pendekatan statiska deskriptif dan skoring. Penelitian dilakukan dengan menanam 18 genotipe tanaman jagung. Perlakuan berupa 12 genotipe inbrida sebagai tetua betina dan 5 genotipe inbrida dan 1 varietas komersial sebagai tetua jantan. Pada masing-masing genotipe dilakukan dua perlakuan (selfing dan crossing), sehingga didapatkan 82 kombinasi persilangan. Hasil penelitian ini menunjukkan xenia muncul pada hasil beberapa kombinasi persilangan crossing karakter biji dan tongkol baik kuantitatif (berat tongkol, dan jumlah biji per tongkol) maupun kualitatif (warna dan bentuk biji). Dari 6 tetua jantan yang diuji, tetua BISI dan tetua G10-19 menunjukkan hasil yang tinggi pada parameter kuantitatif sehingga dapat dipilih sebagai tetua jantan dalam pembentukan hibrida. Xenia nampak pada crossing antara ♀ G10-1 (kuning) X ♂ GU (ungu) yaitu 100 % warna berubah. Hasil dari beberapa persilangan crossing menunjukkan bahwa karakter bentuk kernel flint (mutiara) memberikan ekspresi gen lebih kuat dibandingkan dengan bentuk kernel dent (gigi kuda)

    Efek Pollen Tetua Jantan Pada Persilangan Beberapa Galur Jagung (Zea Mays L.) Terhadap Penampilan Dan Karakter Tongkol

    Get PDF
    Persilangan merupakan salah satu cara untuk menimbulkan keragaman genetik yang diperlukan di dalam program pemuliaan tanaman jagung. Pada pewarisan sifat, ekspresi gen hasil persilangan dari tetua jantan dan tetua betina baru dapat diekspresikan pada generasi berikutnya. Namun adanya efek polen jantan atau xenia, hasil persilangan dapat diekspresikan secara langsung pada organ tetua betina saat persilangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pollen tetua jantan pada beberapa galur jagung terhadap penampilan dan karakter tongkol. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang pada ketinggian 303 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah alfisol, suhu minimal berkisar antara 18-21ºC, suhu maksimal berkisar antara 30-33ºC. Analisis data kuantitatif menggunakan uji t independen sedangkan data kualitatif untuk karakter tongkol dilakukan dengan pemberian persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BISI 222 sebagai tetua jantan memberikan efek tetua pollen jantan pada beberapa parameter, yakni pada diameter tongkol, bobot tongkol, jumlah biji, bobot 100 biji. Kombinasi persilangan antara tetua jantan dan betina menghasilkan bentuk biji yang dominan dent. Hasil persilangan menunjukkan bahwa warna biji oranye dominan terhadap warna kuning

    Efek Xenia Pada Persilangan Jagung Ketan ( Zea Mays L. Ceratina Kulesh) Terhadap Bentuk Dan Warna Biji

    Get PDF
    Saat ini, petani sedang mengalami permasalahan dalam ketersediaan benih ber- mutu dari varietas unggul. Persilangan adalah salah satu cara untuk mendapatkan kultivar unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi. Penelitian bertujuan meng-evaluasi efek xenia (pengaruh tetua jantan) terhadap karakter biji, bentuk dan warna biji secara kuantitatif maupun kualitatif. Per-cobaan dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2013 di Kebun Percobaan Jatikerto Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Data kuantitatif meng-gunakan uji membandingkan antar per-lakuan pada beberapa kombinasi persilang-an selfing dan crossing yaitu Uji T independent pada taraf 5%, sedangkan data kualitatif menggunakan pendekatan statiska deskriptif dan skoring. Penelitian dilakukan dengan menanam 10 genotipe inbrida sebagai tetua betina dan 3 genotipe inbrida dan 1 varietas komersial sebagai tetua jantan. Pada masing-masing genotipe dilakukan dua perlakuan (selfing dan crossing), sehingga didapatkan 54 kombinasi persilangan. Hasil penelitian ini menunjukkan xenia muncul pada hasil beberapa kombinasi persilangan crossing karakter biji baik kuantitatif (berat tongkol, panjang tongkol, bobot 100 biji dan jumlah biji per tongkol) dan kualitatif (warna dan bentuk biji). Dari 4 tetua jantan yang diuji, tetua Bonansa dan tetua JTK-3 me-nunjukkan hasil yang tinggi pada parameter kuantitatif. Xenia nampak pada crossing antara ♀ G 1-1 (putih) X ♂ JB (ungu) dan semua tetua betina yang disilangkan dengan tetua jantan JTK-3 yaitu 100 % warna mengalami Perubahan. Hasil dari beberapa persilangan crossing menunjukkan bahwa karakter bentuk kernel dent (gigi kuda) memberikan ekspresi gen lebih kuat dibandingkan dengan bentuk kernel flint (mutiara)

    Keragaman Genetik Dan Heritabilitas Karakter Komponen Hasil Pada Populasi F2 Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Hasil Persilangan Varietas Introduksi Dengan Varietas Lokal

    Get PDF
    Pada tahun 2012, telah dilakukan persilangan antara buncis varietas introduksi dengan varietas lokal dengan tujuan untuk mendapatkan buncis yang berproduktivitas tinggi dengan warna polong kuning dan ungu. Individu F1 dari persilangan tersebut kemudian diselfing sehingga didapatkan generasi F2. Pada generasi F2, tanaman akan mengalami segregasi, sehingga akan menyebabkan keragaman. Keragaman genetik yang luas dan tingkat heritabilitas akan mempengaruhi keberhasilan seleksi. Pada penelitian ini dilakukan pendugaan nilai keragaman genetik dan heritabilitas beberapa karakter komponen hasil pada populasi F2 buncis hasil persilangan tersebut. Penelitian dilaksanakan di Dusun Junwatu, Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada bulan April hingga Juli 2013. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode single plant dengan menanam Populasi F2 (Cherokee Sun × Gilik Ijo) dan dua populasi tetua (Cherokee Sun dan Gilik Ijo). Hasil penelitian menunjukkan karakter umur awal berbunga, umur awal panen, jumlah polong per tanaman, dan berat polong per tanaman memiliki keragaman genetik luas dengan nilai heritabilitas tinggi. Karakter panjang polong dan berat polong memiliki keragaman genetik sempit dengan nilai heritabilitas sedang, sedangkan karakter diameter polong memiliki keragaman genetik sangat sempit dengan nilai heritabilitas rendah. Karakter kualitatif cenderung memiliki keragaman genetik sempit dengan nilai heritabilitas tinggi

    Pola Pewarisan Sifat Warna Polong Pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Varietas Introduksi Dengan Varietas Lokal

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola pewarisan sifat warna polong tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) dari tanaman buncis introduksi (Cherokee sun dan Purple queen) ke tanaman buncis varietas lokal (Gogo kuning, Gilik hijau, Mantili). Penelitian masa tanam buncis pertama, terdiri dari lima varietas (dua introduksi dan tiga lokal ) dengan 6 kombinasi perlakuan (persilangan). Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 30 tanaman. Penelitian masa tanam buncis kedua dilakukan dengan menggunakan metode single plant dan terdiri dari 12 hasil persilangan, dua introduksi, tiga lokal. Hasil percobaan menunjukkan bahwa F1 hasil persilangan varietas introduksi I1 dengan varietas lokal L1, L2, L3, masing-masing memiliki perbandingan yang sesuai dengan nisbah teoritis Mendel, sedangkan resiprok tidak sesuai dengan nisbah teoritis Mendel. Hal ini menunjukkan bahwa persilangan pada introduksi I1 dipengaruhi oleh maternal effect, sedangkan untuk hasil persilangan introduksi I2 tidak dipengaruhi oleh maternal effect (tetua betina). Untuk hasil perhitungan Chi-Kuadrat, F1 hasil persilangan diperoleh data bahwa peluang dari nisbah teoritis Mendel 3:1 memiliki persentase lebih besar dari nisbah lainnya. Hal ini menunjukkan adanya gen tunggal dominan yang mengendalikan karakter warna polong
    corecore