45 research outputs found

    Dampak Kenaikan Muka Laut Terhadap Genangan Rob Di Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara

    Full text link
    Jakarta berada di kawasan yang tersusun oleh endapan alluvial sehingga terjadi penurunan muka tanah akibat proses diagenesa dan eksploitasi air tanah yang berlebihan, di lain pihak terjadi kenaikan muka air laut sehingga membuat Jakarta rawan akan bencana banjir rob (tidal flood). Banjir air pasang merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh kenaikan muka air laut secara global. Adanya pasang naik dan pasang surut akan mempengaruhi kondisi genangan yang terjadi. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengetahui distribusi banjir genangan (rob) yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut di wilayah Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Analisis harmonik pasang surut dilakukan menggunakan metode admiralty untuk mendapatkan konstanta harmonik pasang surut yang meliputi Amplitudo, M2, S2, K1, O1, N2, K2, P1, M4, MS4. Pendekatan Digital Elevation Model (DEM) dilakukan untuk menggambarkan kondisi topografi Jakarta saat ini. Luasan genangan yang terjadi pada bulan Mei tahun 2014 dengan nilai MSL sebesar 1,433 m adalah sebesar 6,672 km2, dengan rincian luas genangan di Kelurahan Ancol sebesar 5,023 km2 dan pada Kelurahan Pademangan Barat sebesar 1,649 km2

    Laju Sedimentasi Di Muara Sungai Tayu Kabupaten Pati Jawa Tengah

    Full text link
    Sungai Tayu berada di Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Sungai Tayu merupakan sungai terbesar yang melintasi Kecamatan Tayu. Setiap tahunnya daerah sekitar muara terjadi banjir akibat meluapnya Sungai Tayu. Sedimentasi yang terus menerus di daerah muara sungai dapat menyebabkan pendangkalan serta penutupan di mulut sungai. Sedimentasi yang semakin tinggi juga berpotensi mengurangi kapasitas tampung sungai. Sehubungan dengan kondisi yang terjadi di muara Sungai Tayu, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui nilai laju sedimentasi dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2-17 Januari 2016. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi sampel sedimen dan data debit sungai. Sedangkan untuk data sekunder meliputi data pasang surut dan peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Tayu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode penentuan lokasi pengambilan data debit sungai dan sampel sedimen menggunakan metode purposive sampling. Sediment trap diletakan di 7 titik lokasi. Pengukuran arus sungai menggunakan bola duga. Pengolahan data yakni pasang surut dengan metode Admiralty, analisis laju sedimentasi dan penamaan sedimen dengan metode Buchanan dan Holme Mc Intyre. Berdasarkan hasil penelitian di muara Sungai Tayu diketahui nilai rata-rata laju sedimentasi di setiap stasiun berkisar 199,959 gr/m2/hari sampai 446,932 gr/m2/hari dengan nilai debit sungai berkisar 4,33 m3/detik sampai 7,69 m3/detik. Pasang surut di perairan muara Sungai Tayu mempunyai nilai Formzahl sebesar 2,78 yang merupakan tipe pasang surut campuran condong ke harian tunggal

    Studi Perubahan Pola Arus Pasang Surut Di Kolam Pelabuhan Akibat Pembangunan Tahap II Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

    Full text link
    Rencana pengembangan tahap II pelabuhan Tanjung Emas Semarang membutuhkan informasi mengenai arus laut. Penelitian pola arus laut tersebut dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan dalam rencana pengembangan pelabuhan pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Perubahan kecepatan dan arah arus di kolam pelabuhan akibat proses pembangunan tahap II Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan penentuan lokasi menggunakan purposive sampling method. Pendekatan model hidrodinamika dengan perangkat lunak MIKE 21 modul MIKE 21 flow model digunakan dalam penelitian ini dua skenario yaitu sebelum dan sesudah pengembangan pelabuhan. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa dominasi arus laut di perairan pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah arus pasang surut dengan arah utara dan selatan. Kecepatan arus laut terendah sebesar 0,016 m/det dan kecepatan arus laut tertinggi sebesar 0,638 m/det serta kecepatan rata-rata sebesar 0,279 m/det. Dari hasil simulasi model diketahuin kecepatan arus setelah pembangunan tahap II mengalami peningkatan dan Perubahan arah. Dominasi arah arus sebelum pembangunan tahap II arah arus ke Barat Laut dan Selatan, sedangkan untuk arah arus setelah pembangunan tahap II didominasi arus ke arah Timur Laut dan Barat Daya

    Studi Kesesuaian Wisata Pantai Parangtritis Sebagai Rekreasi Pantai Kabupaten Bantul, YOGYAKARTA

    Full text link
    Pantai Parangtritis adalah pantai yang berlokasi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pantai ini memiliki potensi pada sumberdaya pesisir yaitu dibidang pariwisata. Tetapi belum diketahui apakah pantai ini sudah sesuai atau belum. Selain itu lahan yang digunakan untuk kegiatan pariwisata masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan pengembangan objek wisata di pantai ini. Untuk mendukung pengembangan tersebut maka perlu dilakukan studi kesesuaian terlebih dahulu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan observasi lapangan (pengumpulan data primer dan data sekunder) pada bulan Desember 2013 sampai bulan Januari 2014. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposif yang terbagi dalam lima titik lokasi sampling. Pengumpulan data primer berupa data kondisi perairan dan parameter kesesuaian wisata, seperti tipe pantai, lebar pantai, kemiringan pantai, material pantai, kecepatan arus, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar. Analisis yang digunakan adalah analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW).Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IKW di Pantai Parangtritis termasuk kategori Sangat Sesuai (S1) dengan nilai IKW >80 %. Hal ini menunjukkan bahwa Pantai Parangtritis mendukung untuk pengembangan kawasan wisata rekreasi panta

    Studi Perubahan Luasan Vegetasi Mangrove Mengunakan Citra Landsat Tm Dan Landsat 7 Etm+ Tahun 1998 – 2010 Di Pesisir Kabupaten Mimika Papua

    Full text link
    Mangrove ecosystem is one of kind forest that naturally influenced by tides. Mangrove root\u27s system have capability to hold and capture sediment transported by waves or currents which bring to sedimentation or soil formation arise and become the new land for mangrove vegetation. Tailings from the mining PT. Freeport Indonesia in Tembagapura cusher form of a smooth stone is passed through Aghawagon River, followed Otomona River and deposited in the Regional Deposition Ajkwa (DPA), the possibility of 5-10% of particles remaining Sand Mining (tailings) carried out the most subtle to the Estuary Ajkwa and the Arafura Sea (PT Freeport Indonesia, 1999). Sedimentation due to the flow of the remaining mine sand from the river and taken apart Ajkwa currents, thought to affect an area of mangrove forests that exist around the estuaries in the coastal Mimika. Aim of this study is determining the extent of vegetation change in Mimika coastal mangrove District, Papua during 1998 to 2010 using multitemporal satellite imagery. The study was conducted in November 2010 to May 2011 using 1998\u27s Landsat TM imagery, Landsat 7 ETM + in 2002, Landsat 7 ETM + in 2006, and Landsat 7 ETM+ 2010, by using descriptive method. The results of this study indicate changes in the extent of mangrove vegetation of the estuary area to Mawati Kamora is varied, ie, in the year 1998 to 2002 has improvement 250.64 ha and 234.91 ha of reduction, in the year 2002 to 2006 has improvement 131.82 ha and 193.37 ha of reduction, in the year 20006 to 2010 experienced a reduction of 175.94 ha and 89.28 ha. Supply of sediment input in the form of tailings or suspected influence on the addition of mangrove vegetation in the Mimika District coastal area of Papua, particularly in the area and Kamora Ajkwa River Estuary, while the reduction of mangrove vegetation in the Coastal area of Timika, Papua, probably caused from to hydrological factors of the currents and waves

    Pemetaan Batimetri Di Perairan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

    Full text link
    Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah 2.099,42 km2 yang terdiri dari 31 kecamatan dimana 11 diantaranya mempunyai wilayah pesisir, salah satunya adalah Kecamatan Juntinyuat dengan panjang garis pantai mencapai 7,3 km. Pesisir Juntinyuat merupakan wilayah yang intensif bagi masyarakat. Selain menjadi tujuan wisata pantai, daerah pesisir difungsikan menjadi pemukiman, pertanian, pertambakan, Industri dan aktivitas nelayan. Intensitas penggunaan wilayah pesisir yang tinggi ditambah banyaknya jumlah TPI yang mudah dijangkau menjadikan Perairan Juntinyuat sangat aktif. Oleh karena itu, untuk menunjang kegiatan masyarakat pesisir, maka diperlukan peta batimetri guna mengetahui kondisi morfologi di perairan tersebut.Memetakan batimetri di Perairan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat merupakan tujuan penelitian.Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19-21 Oktober 2015 di Perairan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data pemeruman, data pasang surut, dan Peta Laut Pantai Utara (Tanjungpriok hingga Cirebon) Dishidros Edisi 2003. Pengolahan data menggunakan software ArcGIS 10.Hasil penelitan memperlihatkan kontur kedalaman cenderung sejajar garis pantai dan semakin merenggang ke arah laut. Hal ini menunjukan bahwa kondisi batimetri di Perairan Juntinyuat memiliki kemiringan yang landai. Nilai slope rata-rata tahun 2015 antara 0,26% - 0,99% dan 0,16% - 0,48% tahun 2003. Peta batimetri hasil pengukuran lapangan tahun 2015 dengan peta batimetri hasil digitasi Peta Laut tahun 2003 menunjukan Perubahan kontur kedalaman. Perubahan signifikan terjadi pada kontur 5 m mencapai 1,2 km mendekati garis pantai dan 0,39 km menjauhi garis pantai

    Analisa Spasial Kerawanan Bencana Tsunami Di Wilayah Pesisir Kabupaten Kulon Progodaerah Istimewa YOGYAKARTA

    Full text link
    Salah satu ancaman bencana yang ada di Indonesia adalah bahaya geologis berupa gempa bumi dan tsunami. Tsunami merupakan bencana alam yang belum dapat diperediksi kapan dan dimana terjadinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memetakan daerah yang rawan bencana tsunami wilayah Pesisir Kabupaten Kulon Progo.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dimana pengambilan lokasi titik penelitian dilakukan secara random dan analisa data yang dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis yang sudah ada. Pengolahan data dilakukan dengan analisis daerah rawan tsunami berdasarkan parameter yang mempengaruhi, dan penentuan daerah rawan tsunami. Proses pemodelan melalui proses pembobotan dan skoring parameter yang berpengaruh kemudian ditumpang susunkan untuk mendapatkan peta kerawanan bencana tsunami. Melalui analisis dan pemodelan SIG, dapat diketahui wilayah pesisir Kabupaten Kulon Progo dalam kelas kerawanan tsunami dan dapat diketahui nilai luas dan persentase luas dalam tingkat kerawanan tsunami dimana kelas sangat rawan 475, 30 Ha (4,21%), kelas rawan 3621, 98 (32,10%), kelas agak rawan 2441, 24 Ha ( 21,63%), kelas aman 3316, 03 Ha (29,38%), dan kelas sangat aman 1430, 85 (12,68%)

    Studi Perubahan Garis Pantai Di Perairan Keling Kabupaten Jepara

    Full text link
    Pantai merupakan wilayah yang mengalami Perubahan fisik baik Perubahan maju maupun Perubahan mundur garis pantai.Perubahan yang terjadi di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor alam dan aktivitas manusia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai Perubahan garis pantai serta daerah yang mengalami akresi maupun abrasi yang terjadi di perairan Keling dalam kurun waktu 2003-2013. Penelitian dilaksanakan di Perairan Keling Kabupaten Jepara pada tanggal 15Oktober sampai dengan 20 Oktober 2013.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Untuk pengambilan sampel menggunakan purposive sampling methodmengambil 24 sampel sedimen. Hasil penelitian menunjukkan abrasi yang terjadi di perairan Keling dalam kurun waktu 2003-2013 adalah seluas 223.212, 72 m2 dengan laju rata-rata tiap tahunnya adalah sebesar 20.292, 07 m2/tahun sedangkan Perubahan akresi yang terjadi dalam kurun waktu 2003-2013 adalah sebesar 39.773,85 m2 dengan laju rata-rata tiap tahunnya 3.615,80 m2/tahun. Kondisi gelombang dalam waktu 2003-2013 dominan berasal dari timur dan barat laut dengan tinggi gelombang sebesar 0,617 m dengan periode 3,01 detik. Sedimen Perairan Keling didominasi oleh pasir dan untuk sedimen dasar didominasi oleh lanau

    Studi Pola Sebaran Sedimen Dasar Akibat Arus Sepanjang Pantai Di Sekitar Pemecah Gelombang Pantai Kuta Bali

    Full text link
    Pantai Kuta mengalami erosi yang cukup besar setiap tahunnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dengan cara membangunan pemecah gelombang sejumlah tiga unit dan melakukan aktifitas pengisian pasir (beachfilling). Namun hal tersebut belum bisa mengatasi erosi yang terjadi, sehingga diperlukan adanya analisa tentang pola sebaran sedimen dasar sebagai langkah awal mengetahui penyebab erosi yang terjadi selama ini. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran sebaran sedimen dasar dan arus sepanjang pantai yang menjadi penyebab utama terjadinya erosi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif bersifat eksploratif sedangkan teknik pengambilan sampel sedimen menggunakan metode sampling purposive. Berdasarkan hasil penelitian kecepatan arus sepanjang pantai di sekitar pemecah gelombang Pantai Kuta Bali rata – rata sebesar 1.2676 m/det dengan kisaran kecepatan maksimal yaitu sebesar 1.6645 m/det dan minimal sebesar 0.9293 m/det dengan arah yaitu dari Barat Daya sedangkan hasil analisa butiran sedimen menunjukan bahwa sedimen dengan jenis kerikil terdapat pada sisi timur laut pemecah gelombang, jenis pasir berada pada sisi selatan pemecah gelombang, dan jenis pasir kerikilan berada pada sisi paling selatan dari pemecah gelombang

    Pemetaan Genanagan Rob Di Pesisir Muaragembong Kabupaten Bekasi Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis

    Full text link
    Pesisir Muaragembong Kabupaten Bekasi merupakan wilayah pesisir yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga memiliki kerentanan bencana terhadap potensi kenaikan muka air laut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui komponen dan tipe pasang surut, menganalisis perkembangan kedudukan rerata muka air laut serta memetakan dan menghitung luas daerah yang terkena genangan rob di Pesisir Muaragembong Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis yang memanfaatkan data spasial untuk membangun model (spasial) sesuai dengan kondisi sebenarnya. Pendekatan spasial dilakukan melalui pengolahan DEM yang diturunkan dari titik tinggi pada peta RBI Pesisir Muaragembong Kabupaten Bekasi skala 1:25.000, data DEM SRTM hasil perekaman tahun 2000 dan pengamatan lapangan. Data pasang surut dan data MSL (Mean Sea Level) diolah untuk mendapatkan komponen pasang surut dan perkembangan kedudukan rerata muka air laut. Pembuatan model genangan dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan WD = Con(Con("DEM" <= X,X),Con("DEM" <= X,X)-"DEM",0). Hasil penelitian menunjukkan kenaikan muka air laut yang terjadi di Pesisir Muaragembong Kabupaten Bekasi adalah 0,6997 cm/tahun, luas genangan rob pada tahun 2015 adalah 3097,19 Ha dan area genangan rob paling luas, yaitu 1405,95 Ha, berada di Desa Pantai Bakti
    corecore