7 research outputs found

    Pemanfaatan Serat Kelapa Dan Serat Abaka Sebagai Bahan Baku Papan Partikel

    Full text link
    Bahan baku kayu dapat digantikan oleh material atau bahan papan partikel yang dibuat dari serat alam seperti sabut kelapa, serat abaca, jute, dll melalui pengembangan bahan baku. Papan partikel dari sabut kelapa dan serat abaca sangat berpotensi sebagai pengganti kayu dilihat dari harga yang cukup murah, mudah dalam perawatan, hemat energi dan produksi yang bebas polusi. Dalam penelitian ini dibuat papan partikel dengan ketebalan bervariasi menggunakan bahan baku serat alam seperti sabut kelapa dan serat abaca yang diproses secara teknik non woven menggunakan mesin Needle Punch dan perekat serbuk HDPE. Papan partikel ini dibuat dengan aplikasi motif untuk memberikan nilai tambah baik dari segi fungsi maupun segi estetikanya. Dalam pembuatan motif, serat alam dibentuk dengan menggunakan plat pembentuk. Hasil pengujian yang dilakukan pada papan partikel ini, memperlihatkan bahwa papan partikel dari serat abaca dengan menggunakan mesin proses hot platting lebih rendah kadar airnya dibandingkan dengan bahan baku sabut kelapa yang menggunakan mesin hot press. Untuk hasil uji kerapatan, papan partikel dengan ketebalan 5 mm lebih baik kerapatannya dan memenuhi standar SNI 03-2105-2006 untuk “Papan Partikel” dibandingkan dengan papan partikel sabut kelapa dan serat abaca dengan ketebalan 3 mm

    Karakteristik Kain Atbm Dobby Hasil Pengembangan Motif Batik Khas Kota Bandung Sebagai Motif Tenun Ikat Untuk Kain Kemeja

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk membuat kain tenun ATBM dobby dan kombinasi ikat dari motif batik tradisonal yaitu motif khas Kota Bandung yang dikembangkan dan disesuaikan dengan trend warna 2015. Hasil pengujian pada kain ATBM menunjukkan bahwa kekuatan tarik kain arah lusi adalah 26,5 kg dan arah pakan 29,4 kg. Untuk kekuatan sobek, arah lusi adalah 4,8 kg dan arah pakan adalah 4,2 kg. Nilai kekuatan tarik dan kekuatan sobek, kain tenun ATBM dobby ini telah memenuhi standar SNI 0051-2008. Dari hasil uji kain secara kimia, tahan luntur warna terhadap pencucian 40°C adalah 4-5; tahan keringat asam dan basa 4-5; tahan gosok kering 4: tahan gosok basah 2-3. Hasil pengembangan motif Jawa Barat dan kombinasi tenun ikat menggunakan ATBM dobby ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada IKM tenun sebagai bentuk eksplorasi desain kain tenun modern

    Eksplorasi Desain Permukaan Pada Bahan Non Woven Sabut Kelapa Untuk Produk Kreatif

    Full text link
    Industri kreatif merupakan salah satu perkembangan industri yang diawali dari pemanfaatan kreatifitas,keterampilan, bakat dan daya cipta individu untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta kesejahteraan. Produkprodukkreatif yang dihasilkannya dapat meningkatkan produktifitas, nilai tambah dan penggunaan sumber dayaalam serta dapat memberdayakan IKM.Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu pembuatan kain non wovenyang memanfaatkan sabut kelapa, baik seratnya (coir fiber) maupun gabusnya (coco peat). Metoda pembuatannyaadalah dengan cara pengikatan secara kimia (chemical bonded) antara kain tenun sebagai dasar dengan serat kelapa,menggunakan matriks polimer resin sebagai pengikat, dan dengan menonjolkan desain permukaan. Desainpermukaan diciptakan dengan 3 variasi yaitu desain percobaan I, II dan III dengan variasi warna serat kelapamelalui proses pemasakan, pemutihan dan pencelupan, serta variasi bentuk taburan serat dan gabus sesuai kreasi diatas kain dasar. Dari variasi tersebut dibuat produk-produk kria dengan paduan jahitan, sulaman ataupun lukisan,yang bertujuan mengikuti trend yang diminati pasar yaitu kembali ke alam untuk membantu menunjang industrikreatif. Proses finishing dilakukan dengan memberikan proses anti air dan minyak untuk meningkatkankeawetannya.Hasil uji sifat fisik dan ketahanan luntur warna dengan cat pigmen dan zat warna reaktif memberikan nilaiyang relatif baik. Hasil uji tahan luntur warna terhadap benang jahit dan benang sulam, yang digunakan untukmembentuk variasi desain permukaan menunjukkan nilai baik dan cukup. Berat bahan non woven rata-rata adalahlebih besar dari 300 g/m2, yang dapat dikategorikan sebagai kain berat, sehingga dapat dirujuk pada mutu KainDenim. Hasil uji kekuatan tarik dan ketahanan luntur warnanya memenuhi persyaratan SNI 08-0560-89, Mutu KainDenim. Dari tinjauan aspek ekonomi dengan asumsi penggunaan sabut kelapa 500 kg/hari dan rencana penjualanproduk kria 120.000 buah/tahun seharga rata-rata Rp 50.000 – Rp. 80.000, akan diperoleh laba per tahun 5,9 % -19,7%, titik pulang pokok (BEP) 83,3 – 93,1 dan return on investment (ROI) terlaksana pada tahun ke 4

    Pengembangan Kain Rajut dengan Efek Ilusi Optik untuk Kain Sandang Menggunakan Mesin Rajut Single Knit Semi Seamless

    Full text link
    Proses pembuatan kain rajut dalam penelitian ini menggunakan mesin Single Knit Santoni Jacquard MF 8, gauge14 GG, diameter 14 inci, 8 feeder, jumlah jarum 1248 jarum, dan kecepatan 44 rpm, dimana jeratan knit dan welt dapat menghasilkan motif jacquard yang bervariasi, salah satu motif dengan ilusi optik. Bahan baku yang digunakan adalah benang poliester, kapas, nylon dan lycra. Pada penelitian ini kain rajut dibuat menjadi 3 variasi desain ilusi optik yang sama. Pemakaian benang nilon dan lurex dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kain rajut dengan efek yang berbeda yaitu adanya efek kilau dari benang lurex yang berwarna perak. Kain rajut yang terdiri dari jeratan -jeratan benang mengalami Perubahan bentuk, karena sifatnya yang fleksibel. Dari hasil pengujian ketahanan jebol, kain rajut kapas, poliester, dan nilon memiliki interval waktu jebol yang hampir sama namun distension (jarak) sampai terjadinya jebol pada kain rajut nilon adalah yang tertinggi yaitu 17.7 mm. Sedangkan pada kain rajut kapas dan poliester masing-masing adalah 14.4 mm dan 14.9 mm. Kain rajut nilon memiliki ketahanan jebol tertinggi yaitu 960.9 kPa dibandingkan dengan kain kapas (725.9 kPa) dan kain poliester (752.5 kPa). Hal ini berbanding lurus dengan sifat kekuatan tarik seratnya dimana sifat kekuatan tarik serat nilon lebih tinggi dibandingkan serat poliester dan kapas. Mengacu pada standar SNI 2367:2008, ketiga jenis kain rajut yang diuji masih memenuhi persyaratan mutu ketahanan jebol yaitu minimum 686.4 kPa. Hasil uji ketahanan luntur warna kain terhadap pencucian rumah tangga, gosokan dan keringat menunjukkan hasil yang sesuai dengan persyaratan mutu SNI 2367:2008, yaitu 4-5. Ilusi optik pada kain lebih terlihat ketika konstruksi kain dibuat semakin rapat

    Aplikasi Benang Slub Untuk Pembuatan Produk Window Covering

    Full text link
    Pada penelitian ini telah dihasilkan kain tenun menggunakan benang slub dengan beberapa variasi rangkapan, yaitu benang slub dengan nomor benang Ne 15 (single slub), Ne 8 (rangkap 2), Ne 5 (rangkap 3), dan Ne 3 (rangkap 4). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimal pembuatan benang slub sebagai material window covering. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa benang fancy khususnya benang slub dapat diproses di Mesin Creative Caipo dengan program yang bervariasi. Benang slub Ne 3 memiliki diameter benang paling besar dan twist paling tinggi yaitu 172 Tpm namun efek slub cenderung samar, jika dibandingkan dengan benang slub Ne 5 dan Ne 8 yang terlihat lebih jelas. Menurut SNI 08-1275-2002 : Kain tenun untuk gorden, syarat mutu kekuatan tarik kain gorden adalah minimum 1000 gram. Berdasarkan hasil uji kekuatan tarik tersebut maka hanya benang slub Ne 5 dan Ne 3 yang memenuhi standar, yaitu 1563,66 gram dan 2332,53 gram. Sedangkan untuk syarat mutu berat kain (minimum 135 g/m2), maka hasil uji ketiga variasi benang slub tersebut sesuai dengan persyaratan mutu kain gorden. Hasil uji ketahanan luntur terhadap sinar matahari terhadap ketiga variasi benang slub sesuai dengan mutu kain gorden, yaitu dengan nilai 4-5
    corecore