30 research outputs found
Identifikasi Batuan Andesit Menggunakan Metode Geolistrik 2D di Daerah Pengaron, Kalimantan Selatan
Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi lapisan batuan andesit menggunakan metode geolistrik 2D dengan konfigurasi Schlumberger di daerah Pengaron, Kalimantan Selatan. Pengukuran dilakukan untuk lima lintasan dengan panjang tiap lintasan 270 m. Tujuan dari penelitian ini adalah memodelkan penampang lintang nilai resistivitas 2D, menentukan jenis litologi, kedalaman dan ketebalan batuan andesit di daerah penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh tiga lapis jenis batuan. Lapisan pertama merupakan lapisan top soil dengan nilai resistivitas 39–116 Ωm, lapisan kedua adalah lempung dengan nilai resistivitas 143–298 Ωm dan lapisan ketiga merupakan batuan andesit dengan nilai resistivitas 320–1.000 Ωm. Hasil interpretasi 2D menunjukkan bahwa batuan andesit memiliki nilai resistivitas 382–1.000 Ωm pada kedalaman 10-77 m dan ketebalan 10–55 m. Research has been carried out to identify andesite rock layers using 2D geo-electrical method with Schlumberger configuration in the Pengaron area, South Kalimantan. Measurements were made for five tracks with a length of each track being 270 m. The purpose of this research is to model the cross section of 2D resistivity values, determine the type of lithology, depth and thickness of andesite rocks in the study area. Based on the results of data processing, three layers of rock types were obtained. The first layer is the top soil layer with a resistivity value of 39–116 Ωm, the second layer is clay with a resistivity value of 143–298 Ωm and the third layer is andesite rock with a resistivity value of 320–1,000 Ωm. The 2D interpretation results show that andesite rocks have a resistivity value of 382–1,000 Ωm at a depth of 10-77 m and a thickness of 10–55 m
Identifikasi Bijih Besi dengan Metode Geolistrik di Tanah Laut
Telah dilakukan penelitian identifikasi bijih besi di Desa Sumber Mulia, Kabupaten Tanah Laut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kedalaman dan sebaran serta kuantitas bijih besi di bawah permukaan tanah. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik hambatan jenis konfigurasi dipole-dipole dan karakterisasi X-Ray Flourescence (XRF). Akuisisi data dilakukan secara mapping menggunakan 3 lintasan yang berjarak 50 m tiap lintasan dengan panjang lintasan 100 m. Hasil pengolahan 3 titik dengan menggunakan software Res2dinv diperoleh nilai resistivitas yang terbaca 50-5992 Ohm.m, dan kedalaman yang diperoleh hingga 8 m. Nilai resistivitas bijih besi yang terbaca pada penampang berkisar antara 1500-4482 Ohm.m. Pada lintasan 1 terdapat beberapa bongkahan bijih besi dengan kedalaman >3 m, di lintasan 2 terdapat 1 bongkahan dengan kedalaman >5 m, sedangkan pada lintasan 3 tidak terdapat bijih besi. Hasil inversi disusun berurutan untuk menentukan arah sebaran, dan didapatkan bijih besi di lokasi penelitian menyebar ke arah Barat Daya. Sampel bijih besi diambil di setiap lintasan, untuk dilakukan karakterisasi XRF. Secara umum dapat ditemukan penyusun utama bijih besi adalah unsur logam, dimana unsur Fe merupakan penyusun utamanya dengan kuantitas rata-rata 98,58%
Perncangan alat pemulsa laser Semikonduktor
Laser mempunyai sifat yang lebih balk dibanding cahaya lain karena mempunyai sifat searah, monokromatis dan intensitas yang tinggi.
Untuk. menjalankan laser semikonduktor dibutuhkan alert pemulsa dengan menggunakan rangkaian astable multivibrator yang mempunyai output berbentuk gelombang persegi.
Hasil dariApaluaran laser dengan panjang gelombang (7,27 ± 0,09).10 mm, mempunyai berkas sejajar sejauh (5,50 ± 0,14).10 mm dan penyebaran sudut sebesar (3,63 ± 0.06).10-4 rad (0,02°).
Laser has the best character if comparison with the other light because has direction character, monochromatic, coherent and high intensity.
To operated semiconductor laser is needed power distributed to make output it-s appearance pulse is needed pulsation tool to make use of combination astable multivirator that have output shape square wave.
The result_ from output laser have wavelength (7,27 ± 0,09).1043 mm, has parallel sheaf as far as (5,50 ± 0,14)a10 mm and spread of corner is (3,63 ± 0,06).10- rad (0,02°)
Pendugaan Lapisan Akuifer Berdasarkan Karakteristik Kelistrikan Bumi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan
Telah dilakukan penelitian tentang pendugaan lapisan akuifer di
Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan pada tanggal 11 Agustus 2009.
Daerah Kotabaru termasuk dalam anak cekungan Asam-Asam dan anak
cekungan Pasir tersusun atas batuan yang diperkirakan berumur Jura yang
terdiri dari batuan ultramafik, batuan malihan, batuan bacuh dan rijang
radiolarian. Nilai tahanan jenis di lokasi penyelidikan dapat dibedakan dalam
beberapa kelompok yaitu tahanan jenis antara 100-500 Ωm pada bagian atas
ditafsirkan sebagai tanah penutup dalam kondisi basah sampai kering, tahanan
jenis < 10 Ωm ditafsirkan sebagai lapisan lempung yang bersifat kedap air,
tahanan jenis 10–30 Ωm ditafsirkan sebagai lapisan lempung pasiran dan
tahanan jenis 30–300 Ωm sebagai lapisan pasir. Lapisan yang dapat bertindak
sebagai perangkap air bawah tanah/akuifer diperkirakan lapisan yang
bertahanan jenis 10-300 Ωm. Mempertimbangkan aspek kemungkinan prospek
keterdapatan air tanah, maka pengukuran GL.1 Pada titik GL.1 disarankan
untuk dilakukan pengeboran pada lapisan pasir pada kedalaman antara 30-90
meter untuk nilai tahanan jenis 34,68 Ωm atau kedalaman lebih dari 90 meter
pada nilai tahanan jenis 70,89 Ωm. Pada titik GL.2 disarankan untuk dilakukan
pengeboran pada lapisan pasir pada kedalaman antara 50-80 meter untuk nilai
tahanan jenis 169,18 Ωm atau kedalaman lebih dari 80 meter pada nilai
tahanan jenis 37,13 Ωm, karena lapisan tersebut diperkirakan sebagai lapisan
berfungsi sebagai perangkap air
Pendugaan Lapisan Akuifer dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Rampa Manunggul, Kotabaru
Telah dilakukan pengukuran lapisan akuifer di Rampa Manunggul,
Kabupaten Kotabaru berdasarkan kelistrikan bumi dengan konfigurasi Schlumberger.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan
tanah/batuan yang berfungsi sebagai perangkap air (akuifer) yang dapat
dipergunakan sebagai dasar dalam perencanaan pengembangan air bawah tanah
dengan cara pengeboran. Nilai tahanan jenis di lokasi pengukuran antara 0,47–0,48
Ωm pada bagian atas ditafsirkan sebagai lumpur penutup yang bersifat basah,
tahanan jenis 10-30 Ωm ditafsirkan sebagai lempung pasiran, dan tahanan jenis 30 –
300 Ωm ditafsirkan sebagai lapisan pasir. Untuk lokasi pengukuran di Rampa
Manunggul, Kotabaru lapisan air tanah yang bersifat tawar pada kedalaman lebih dari
>60 meter
Penentuan Lapisan Air Tanah dengan Metode Geolistrik Schlumberger di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan
Berdasarkan peta geologi daerah Balangan oleh batuan yang berasal dari Formasi Dahor (TQd) berumur Plio-Plistosen dan Warukin (Tmw) berumur Miosen Tengah sampai dengan Miosen Akhir. Nilai tahanan jenis di lokasi penyelidikan dapat dibedakan dalam beberapa kelompok yaitu tahanan jenis antara 1–405 Ωm pada bagian atas ditafsirkan sebagai tanah penutup dalam kondisi basah sampai kering, tahanan jenis 500 Ωm ditafsirkan sebagai lempung kering. Lapisan yang dapat bertindak sebagai perangkap air bawah tanah/akuifer diperkirakan lapisan yang bertahanan jenis 10-150 Ωm. Mempertimbangkan aspek kemungkinan prospek keterdapatan air tanah, maka pengukuran GL.1 diharapkan pemboran mencapai kedalaman lebih dari 140 m, GL.2 pada kedalaman 42-103 m, GL.3 pada kedalaman 25-56 m atau lebih dari 123 m dan GL.4 pada kedalaman 2-151 m
PERANCANGAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BULANAN BERDASARKAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI KALIMANTAN SELATAN
Abstrak : Kebutuhan akan adanya informasi prediksi curah hujan yang baik sangat diperlukan dalam berbagai sektor. Penelitian ini menentuan keterkaitan Suhu Permukaan Laut (SPL) terhadap curah hujan dan perancangan model prediksi curah hujan bulanan di Kalimantan Selatan. Data masukan yang digunakan adalah data SPL terpilih di sembilan luasan (Samudera Pasifik, Samudera Hindia, Laut Cina Selatan, Perairan Kalimantan Selatan) dan data curah hujan pada sepuluh titik di Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan adalah koefisien korelasi dalam menentukan keeratan hubungan antara variabel curah hujan dan SPL dan metode regresi stepwise untuk mendapatkan model prediksi terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan SPL di 9 luasan yang dipilih terhadap curah hujan di Kalimantan Selatan. SPL yang banyak berperan pada pembentukan model prediksi curah hujan adalah SPL Samudera Pasifik equator timur yaitu SPL Nino 3,4 dan SPL
Nino 4. Model prediksi curah hujan terbaik terjadi pada bulan – bulan musim kemarau dan masa transisi kemarau menuju hujan yaitu Juli, Agustus, September dan Oktober, Model prediksi curah hujan yang dihasilkan mampu membaca perilaku hujan pada kondisi ekstrim, sehingga dapat dijadikan peringatan dini terhadap kekeringan atau hujan sepanjang tahun. Nilai korelasi signifikan curah hujan dengan SPL terbaik pada bulan Agustus di Banjarbaru mencapai 0,802, dan model prediksi terbaik bulan Agustus di Banjarbaru yaitu = 335.553 − 72.701 ( ) + 63.863 ( ) dengan hasil pengujian yang signifikan dan model tersebut mampu menjelaskan variasi data sebesar 71,8%.
Kata kunci : Prediksi curah hujan, Suhu Permukaan laut, koefisien korelasi, regresi stepwis
PEMETAAN SEBARAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
Abstract. Mining material of kind C include igneous rocks, sedimentary rocks and metamorphic rocks. These minerals are often used as industrial raw material. Geologically these minerals are to be found in Banjar Regency. Mining material of kind C can increase regional income. Concerning this, mapping of Mining material of kind C distribution is necessary. Method used for this is interpretation of Geological Map of Banjar Regency and stratigraphic analysis. Based on interpretation of geological map, Mining material of kind C found in Banjar Regency include sand, clay, quartz sandstone, quartzite, andesite, granite and serpentinit. Andesite distribution is found in Pitanak and Pauu formation with distributional area of 421 km². Granite distribution is found in Granite Formation with distributional area of 101 km². Quartz sandstone distribution is found in Tanjung Formation with distributional area of 81 km². Serpentinite distribution is found in Manunggul and Ultramafic rocks distribution with distributional area of 941 km². Quartzite distribution is found in Metamorphic Rocks with distributional area of 123 km². Sand and clay are found in Alluvium with distributional area of 1.430 km².
Â
Keywords: Banjar Regency, group C minerals, GI
ANALISA POTENSI KEDALAMAN BATUBESI DENGAN METODE GEOLISTRIK 3D DI GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT
ABSTRACT: Iron ore are boulders containing of iron deposition, which consists of Fe
and the rest is composed by other minerals. There are 15 locations of iron ore in South
Kalimantan, one of them is Gunung Melati. Iron mineralization is formed by the contact
of metasomatik-sedimentary volcanic rocks, the pyroclastic rocks series. The depth’s
potency of iron ore is obtained from measurements with a 3D geoelectric method of
pole-pole configuration that indicate iron ore’s location in 3.20 to 10.1 m depth, and 27.1
to 63.4 m with resistivity values of iron ore which has been measured in 3167-3847
Ohm.meter and the potency of iron ore was spread unevenly in large chunks of stone.
The samples test with XRD and SEM EDS is done to determine the composition and
the effect of washing enrichment process. XRD test results showed the dominance of
the mineral hematite (Fe2O3) of sample 1 is 75% and sample 2 at 69%. After the
enrichment washing, compound’s phase turned into magnetite (Fe3O4). Sample 1
which had been washed with water was change into 77% and 83% after enrichment
washing with HCl, while sample 2 were washed with water to 70%, washed with a 79%
HCl. The test results with SEM EDS showed the increased levels of smoothness of
surface structure and Fe’s level. Samples in sequence from start to washing with water
then HCl Fe’s level is at 37.62%; 49.47% and 55.33%. The comparison of Fe content
from the test results with the relative age based on stratigraphy showed that relatively
older sample 1 has a Fe content greater than sample 2 relatively younger age.
Keywords: Iron ore, geoelectric, XRD, SEM EDS, stratigraph
IDENTIFIKASI STRUKTUR BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI DI KAMPUNG BARU BANJARBARU
ABSTRACT: It has been researched graving hole of ex-coal mining using refraction
seismic method in Kampung Baru Banjarbaru. The hole is filled by water as acid
puddle, where it is worried to flow through to soil layer by following the plot of rock
layer’s slope. Identification of subsurface structure of the area is in order to know the
direction of the water’s flow. Seismograph PASI 24 Channel has been used to collect
data. The data has been processed using intercept time method. Interpretation results
show the subsurface in residential area has 3 layers. First layer is decayed layer with
wave velocity (295-413 m/s) and thickness (2.8-5.57) m. Second layer with wave
velocity (787.4-919) m/s and thickness (10-11.66) m is interpreted as sand and gravel.
Whereas, third layer with wave velocity (1282-2020) m/s and area boundary between h2
dan h3 about (13.42-16.01) m is interpreted as clay (waterproof layer).
Keywords: Seismic refraction, Intercept time method, Banjarbar