3 research outputs found

    Prospek Pembibitan Ate Sebagai Unit Ipteks Bagi Inovasi Kreativitas Kampus Di Universitas Udayana

    Full text link
    Kerajinan ate merupakan salah satu etnik Bali yang sangat unik dan diminati oleh wisatawan.  Keunikan dan keindahan hasil kerajinan ini telah menjadikan kerajinan ate sebagai komoditi ekspor unggulan Provinsi Bali. Sentra produksi kerajinan Ate di Bali adalah Kabupaten Karangasem. Jumlah USAha kerajinan Ate di Kabupaten Karangasem mencapai 4.022 unit USAha dan menyerap 6.171 orang tenaga kerja dengan total investasi Rp 1 milyar dan nilai produksi sekitar Rp 9,397 milyar. Diperkirakan dalam sehari kebutuhan Ate kering untuk keperluan bahan baku USAha kerajinan tersebut rata-rata mencapai Rp 30 juta . atau mencapai 180 ton per tahun (Karangasem Dalam Angka, 2010). Namun demikian, produktivitas kerajinan tersebut kian menurun karena kesulitan memperoleh bahan baku yang memicu harga produk menjadi mahal sehingga menurunkan daya saing produk tersebut. Tujuan dari kegiatan ipteks bagi inovasi kreativitas kampus bibit ate ini adalah untuk menyediakan bibit ate dalam jumlah besar, dalam waktu singkat dan harga yang relatif murah. Perbanyakan tanaman ate dilakukan dengan penumbuhan spora. Proses produksi diawali dengan mengumpulkan spora yang terletak pada bagian bawah daun. Hal yang penting yang harus diperhatikan dalam perbanyakan tanaman dengan spora adalah memilih spora yang telah masak ditandai dengan warna coklat atau kehitam-hitaman. Spora ditumbuhkan pada media, setelah tumbuh selanjutnya disapih dan ditanam dalam polybag. Bibit yang sduah berukuran tinggi 30 cm selanjutnya siap untuk ditanam. Selain proses produksi yang diuraian di atas juga dilakukan serangkaian kegiatan lain untuk menunjang USAha IbIKK. Termasuk dalam kegiatan tersebut diantaranya: pengembangan Ipteks, promosi, pemasaran, dan evaluasi kinerja USAha. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa : (1) Unit IbIKK Bibit Ate sudah berjalan dengan baik sesuai dengan target capaian yang teah ditetapkan di bawah PS Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana; (2) Unit IbIKK telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai, berupa laboratorium, ruang kantor 24 m2, balai nursery 200 m2, balai seedling 34 m2, dengan investasi sebesar Rp. 58.365.000; (3) Kapasitas produksi telah mencapai target sebesar 6000 pohon; (4) Omset penjualan telah mencapai 3000 pohon; (5) Arus kas bersih pada tahun 2014 sebesar Rp. 18.324.000,-; (6) IbIKK bibit Ate memiliki prospek USAha yang bagus dengan terjalinnya pemasaran dengan Pemda Karangasem, Gianyar dan Industri Kerajinan Ate dari Lombok Barat

    Pengembangan Pariwisata Berbasis Pertanian Di Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan, Bali

    Full text link
    Kecamatan Penebel adalah sentra produksi pertanian ( Sayur-sayuran) yang ada di Kabupaten Tabanan. Masalah utama yang dihadapi adalah produk pertanian yang cepat rusak dan harga yang tidak stabil. Kondisi seperti ini membutuhkan tehnologi memanen dan proses pemasaran untuk meningkatakan produksi yang tahan lama dan memiliki nilai tambah. Masalah lainnya adalah tingginya pemakaian pupuk dan pestisida pada hasil tanaman sayur yang berpengaruh terhadap kualitas produksi dan pencemaran lingkungan. Sementara limbah ternak dilokasi belum dimanfaatkan secara optimal, tetapi melalui pemanfaatan teknologi fermentasi, limbah dapat diproses menjadi pupuk yang berkualitas. Metode yang digunakan pada program ini yaitu : (1)diskusi,(2) pelatihan dan (3) pendampingan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah : (1) Model Technology Transfer (TT), (2) Model Entrepreneurship Capacity Building (ECB), (3) Model Information Technology (IT). Hasil kegiatan menunjukkan bahwa (1) kegiatan telah berjalan baik dicirikan oleh telah dicapainya beberapa target luaran seperti pengembangan padi lokal sistem organik, pengembangan lembaga subak sebagai lembaga pengelola paket wisata berbasis pertanian, alih teknologi pengolahan limbah pertanian menjadi pestisida dan pupuk organik yang terintegrasi dengan pertanian padi, dan pengembangan industri rumahan pengolahan hasil pertanian setempat; (2) masyarakat memberikan respon yang positif terhadap deseminasi teknologi yang disampaikan seperti terlihat pada tingginya partisipasi, tingkat adopsi teknologi, serta penerapan teknologi tersebut secara mandiri oleh masyarakat; (3) terjalinnya sinergisme antara perguruan tinggi dengan perguruan tinggi mitra, pemerintah daerah dan masyarakat sehingga program pemberdayaan masyarakat dapat berjalan lebih efektif

    PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN KERAJINAN MENJADI PUPUK ORGANIK BERKUALITAS DI DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR

    No full text
    This community service was held on Thursday, July 26, 2012 at Gapoktan Sarwa Ada”, the village of Taro,Tegallalang District, Gianyar regency. The method used in this activity through education and training with theaim at improving farmers’ knowledge in the processing agricultural waste and waste wood craft a quality organicfertilizer to use local microorganisms. Training wass going well and in the family atmosphere. Material extensionand how to manufacture quality organic fertilizer were easily understood by farmers. All farmers can make theirown organic fertilizer from organic waste. Preparation of local microorganisms as decomposers bioactivator was easyto handle. Knowledge of farmers on organic waste still needs to be improved to prevent environmental pollution
    corecore