18 research outputs found
Seleksi Galur Kentang Dari Progeni Hasil Persilangan
Selection of progenies and lines of potato. Selection was performed at Indonesian Vegetable Research Institute (IVEGRI), Lembang (1250 asl) in 2006. Seven F1 progenies resulted from previous crossing were grown with population ranging from 50 to 200 seedlings. From the tuber yield had been selected 183 accessions. Out of these selected accessions, 173 accessions were planted with population ranging from 5 to 30 tubers. There were 55 lines showed promising as selected based on tuber yield that more than 300 g/plant, shallow to medium depth of tuber eyes, medium to large tuber size and good taste. There were four lines showed good quality for potato chips
Uji Ketahanan Galur-galur Kentang Transgenik Hasil Transformasi Dengan Gen Rb Terhadap Penyakit Hawar Daun (Phytophthora Infestans) Di Kp Pasirsarongge, Cianjur
Resistance test strains of transgenic potatoes transformed with RB gene to late blight (Phytophthora infestan) in KP Pasirsarongge, Cianjur. Potato late blight caused by Phytophthora infestans (P. infestans) (Mönt.) de Barry continues to be one of the most important crop diseases of all time. Genetic engineering of potato using RB gene for resistant plant to this disease is the most effective and environmental friendly to prevent widespread of late blight. This research aims to perform resistance of transgenic potato lines containing RB gene to lateblight (P. infestans) in Pasirsarongge, Cianjur field trial station. The first generation of transgenic lines were planted on polybag containing soil:manures using randomized complete block design. Tested plant inoculation was done naturaly from inoculum source from border row (Granola) that has been planted at one month before. The symptom was observed at one month after planting and damage scoring was done every three days for five times. Twenty two transgenic lines of tested plant showed various resistance respond to late blight (P. infestans) attack. Three transgenic lines showed highly resistance to late blight (P. infestans) were lines 11, 24, and 25, one transgenic line has resistant level was line 6
Toleransi Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum) Terhadap Suhu Tinggi Berdasarkan Kemampuan Berproduksi Di Dataran Medium
Produksi dan produktivitas tanaman kentang menjadi salah satu yang terdampak oleh kenaikan suhu akibat pemanasan global. Untuk itu, diperlukan upaya adaptasi budidaya dengan penggunaan kultivar yang toleran terhadap suhu tinggi. Penelitian untuk melihat toleransi tanaman kentang terhadap suhu tinggi telah dilakukan di dataran medium Majalengka (550 m dpl), pada bulan September sampai November 2014. Sepuluh klon, yaitu Klon 1 (397077.16), Klon 2 (397073.7), Klon 3 (392781.1), Klon 4 (391846.5), Klon 5 (395195.7), Klon 6 (394613.139), Granola, Atlantik, Merbabu-17 dan Tenggo, ditanam menggunakan rancangan acak kelompok, 3 kali ulangan, dengan sistem doble row. Hasil penelitian menunjukkan Klon 5 toleran terhadap suhu tinggi di dataran medium Majalengka dan mampu berproduksi dengan baik, ditunjukkan dengan rerata produksi ubi yang mencapai 430 gram per tanaman, rerata jumlah ubi 8,70 ubi per tanaman dan perkiraan hasil yang mencapai 19,37 ton per hektar. Klon 5 ini memiliki keunikan dibandingkan klon-klon lainnya pada karakter batang yang berwarna hijau keunguan, ubi berbentuk oval memanjang dengan kulit dan daging yang berwarna putih. Berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh Klon 5 di pengujian ini, maka Klon 5 dapat direkomendasikan sebagai klon unggul di dataran medium dan dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan tanaman kentang untuk tujuan ketahanan terhadap suhu tinggi
Karakterisasi Morfologi Klon Kentang di Dataran Medium
Kentang sebagai tanaman subtropis menghendaki suhu rendah untuk pertumbuhan, terutama saat pembentukan umbi yang memerlukan suhu optimum 18oC. Di daerah tropis, suhu tersebut ditemukan pada lokasi dengan ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Penanaman kentang di dataran medium memungkinkan terjadinya Perubahan karakter morfologis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik morfologi tanaman kentang yang dibudidayakan di dataran medium. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Majalengka (600 m dpl), dari bulan April sampai Juli 2009. Perlakuan adalah 11 klon kentang dengan dua varietas pembanding Granola dan MB 17, ditanam di lapang dalam rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tinggi tanaman berbeda nyata antarklon, sedangkan ketebalan batang utama dan ukuran daun tidak berbeda nyata. Berbagai karakteristik morfologi tanaman kentang di dataran medium yang meliputi struktur kanopi daun, kebiasaan tumbuh, pewarnaan antosianin batang, susunan daun, keberadaan daun sekunder, frekuensi bunga, dan warna mahkota bunga sangat beragam, bergantung pada genotipe. Intensitas warna hijau pada daun memperlihatkan keseragaman antar genotipe
Karakterisasi Kentang Varietas Granola, Atlantic, Dan Balsa Dengan Metode UPOV
Characterization was carried out in Indonesian Vegetable Reserach Institute (IVEGRI), Lembang. Twenty plants/plot and three replications for each variety were arranged in Randomized Block Design. The objective of the experiment was to compile characters of potato varieties Granola, Atlantic, and Balsa by implementing UPOV methods. The result shown in the form of table containing descriptions of 50 characters of Granola, Atlantic, and Balsa varieties
Ketahanan Lapangan Klon-Klon Kentang Hasil Persilangan terhadap Penyakit Busuk Daun
Penyakit busuk daun yang disebabkan oleh Phytophthora infestans (Mont.) de Bary merupakan penyakit utama pada tanaman kentang. Pemuliaan ketahanan terhadap penyakit busuk daun dilakukan secara konvensional melalui persilangan buatan yang dilanjutkan dengan seleksi, maupun secara nonkonvensional dengan menyisipkan gen ketahanan (gen Rb) ke dalam genom varietas kentang komersial. Tujuan penelitian adalah melakukan seleksi lapangan klon-klon tahan busuk daun yang diharapkan terpilih sedikitnya lima klon dengan genotipe tahan busuk daun. Seleksi dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Margahayu, Lembangpada bulan Mei sampai Agustus 2013. Delapan belas klon hasil silangan ditambah dengan tiga varietas pembanding ditanam dalam rancangan acak kelompok lengkap dengan tiga ulangan. Dari kegiatan ini diperoleh 12 genotipe yang memiliki nilai AUDPC kurang dari rerata, dan 10 genotipe di antaranya memiliki produksi umbi per plot tinggi. Kesepuluh genotipe tersebut, yaitu Gra.904.6, Gra.904.13, Gra.904.14, Gra.904.17, Gra.904.28, Gra.951.11, Gra.951.18, Gra.951.40, Atl.904.28, dan Atl.904.13
Pengaruh Biokultur Dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kentang Varietas Granola
. Nurtika, N., E. Sofiari, and G.A. Sopha. 2008. Effect of Bioculture and Anorganic Fertilizer on Growth and Yield of Potato Granola Variety. Experiment was carried out at Margahayu Experimental Garden, Indonesian Vegetable Research Institute (IVEGRI), Lembang on Andisol soil type, 1,250 m asl from March until July 2006. The aim of this experiment was to observe the effect of combination of bioculture and anorganic fertilizer on the growth and yield of potato. The treatments consisted of 8 combinations of chemical fertilizer and bioculture. The chemical fertilizer dosage recommended by IVEGRI was 180 kg N/ha + 92 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha. Dosages of bioculture i.e. normal 1,750 l/ha, upper 2,000 l/ha, and lower 1,500 l/ha. Dosages of anorganic fertilizers i.e. recommended dosage and half of recommended dosage of IVEGRI. The experiment was laid in a randomized block design with 8 treatments and 4 replications. The results indicated that the combination of bioculture 2,000 l/ha with 180 kg N/ha + 92 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha (IVEGRI recommendation) gave the highest yield, i.e. 15.30 kg/10.5 m2 or equivalent to 14.57 t/ha and did not significantly different with the application of recommended fertilization by IVEGRI without bioculture with the yield of 13.06 kg/10.5 m2 or equal to 12.43 t/ha
Bioefikasi Klon-Klon Kentang Transgenik RB Hasil Silangan Terhadap Penyakit Hawar Daun Phytophthora Infestans Dan 2) Karakter Agronomi Di Lapangan Uji Terbatas
Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans menyerang lebih dari 50% dari luas area pertanaman kentang di Indonesia dan dapat menyebabkan kehilangan hasil 10–90%. Perakitan tanaman kentang tahan terhadap penyakit hawar daun P. infestans melalui penyisipan gen RB kemudian disilangkan dengan varietas kentang komersial Atlantic dan Granola telah menghasilkan beberapa klon yang mengandung gen RB. Pengujian di lapangan uji terbatas (LUT) telah dilakukan untuk melihat ekspresi gen RB pada klon-klon turunannya terhadap P. infestans. Selain ekspresi ketahanan terhadap P. infestans, diamati pula karakter agronominya terutama hasil umbi. Tujuan penelitian adalah untuk melakukan bioefikasi gen RB pada klon-klon kentang transgenik hasil silangan Atlantic atau Granola dengan transgenik Katahdin SP951 terhadap P. infestans, serta mengamati karakter agronomi. Penelitian dilakukan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut dari bulan Desember 2013 sampai dengan April 2014. Klon-klon yang diuji terdiri atas empat klon silangan Atlantic x transgenik Katahdin SP951, yaitu klon B35, B163, AKRb 134, dan AKRb 354 serta enam klon silangan Granola dengan transgenik Katahdin SP951, yaitu klon D12, D48, D38, D37, GKRb 181, dan GKRb 401. Atlantic dan Granola digunakan sebagai tetua rentan, sedangkan tetua tahan adalah transgenik Katahdin SP951. Percobaan menggunakan dua perlakuan penyemprotan fungisida, yaitu 2 dan 10 kali. Berdasarkan skor ketahanan dan nilai AUDPC, klon-klon kentang transgenik hasil silangan menunjukkan lebih tahan terhadap P. infestans dibandingkan Atlantic atau Granola, dan tidak berbeda nyata ketahanannya dengan transgenik Katahdin SP951, meskipun dengan penyemprotan fungisida secara minimal, 2 dan 10 kali. Pengamatan tinggi tanaman pada 53 hari setelah tanam (HST) menunjukkan tidak ada beda nyata antara klon-klon kentang transgenik hasil silangan dengan tetua-tetuanya atau masih berada dalam kisaran tinggi tanaman kedua tetuanya. Jumlah batang utama klon-klon kentang transgenik hasil silangan adalah 3,3 – 4,6 berbeda nyata dibandingkan Atlantic atau Granola dengan jumlah batang berkisar 2,6 – 2,9. Diameter batang berkisar antara 0,87 – 0,93 cmtidak berbeda nyata dibandingkan Atlantic, Granola atau transgenik Katahdin SP951. Klon-klon kentang transgenik hasil silangan menghasilkan berat umbi per plot berkisar 3.210 – 4.489 g dengan dua kali penyemprotan fungisida, sedangkan Atlantic, Granola, dan transgenik Katahdin SP951, masing-masing 1.355 g, 467 g, dan 3.544 g. Pada perlakuan 10 kali penyemprotan fungisida, hasil umbi per plot paling tinggi diperoleh untuk klon AKRb354 (8.401 g) diikuti B35 (6.557 g), B163 (5.333 g), dan AKRb134 (4.666 g), sedangkan Atlantic dan transgenik Katahdin SP951, masing-masing 3.297 dan 6.808 g. Klon D48 dan D37 mempunyai berat umbi per plot sebesar 7.577 g dan 6.653 g, berbeda nyata dengan Granola (2.230 g)
Efikasi Dan Persistensi Minyak Serai Sebagai Biopestisida Terhadap Helicoverpa Armigera Hubn. (Lepidoptera : Noctuidae)
. Hasyim, A., W. Setiawati, R. Murtiningsih, and E. Sofiari. 2010. Efficacy and Persistence of CitronellaOil as A Biopesticide Against Helicoverpa armigera Hubn.. The fruit borer, Helicoverpa armigera (Hubn.) is one ofthe key pests of Chili pepper in Indonesia. Yield loss due to this insect pest is up to 60%. The chemical treatment forcontrolling this insect pest is ineffective and eventually leads to environmental pollution. Studies were conducted toassess the biological activity of citronella oil against tomato fruit worm, H. armigera from June to December 2009 atthe Laboratory and the Screenhouse at Indonesian Vegetables Research Institute. All the bioassays were conducted undercontrolled environmental conditions (27± 20C and 75-80% RH). Four bioassay steps were performed, i.e the effectof citronella oil on percentage repellency of second instar larvae of H. armigera, the antifeedant effect of citronellaoil against third instar larvae of H. armigera, toxicity of citronella oil on first, second, and third instar larvae of H.armigera and persistence of citronella oil and is effect of mortality of H. armigera. The results indicated that citronellaoil significantly repellened to second larvae of H. armigera with the repellency level of relative lowest II (20-40%) andIII (40-60%). Applications of citronella oil at 3,000 until 5,000 ppm concentrations reduced the food consumptionindex, growth rate, approximate digestability, efficiency of conversion of digested food and feeding deterrent was reducedby 50%. Citronella oil significantly decreased the growth and the development of both pupal male and female of H.armigera. The percentage of mortality rate varied significantly among the H. armigera larvae tested and the values ofLC50 for first, second, and third larvae instar of H. armigera were 12,795.45, 8,327.42, and 3,324.89 ppm, respectively.Meanwhile LC95 value at the first, second, and third larvae instar of H. armigera were 10,564.59, 12,535.12, and 4,725.30ppm, respectively. Residual activity of citronella oil were found to be moderately toxic to H. armigera. The residueof citronella on food H. armigera was about 1-4 days after treatment. However, toxicity decreased significantly after5 days. These results clearly showed that citronella oil was not persistent to the environment due to its volatile nature.These results suggested that the application of citronella oil is potential to be used as an ideal eco-friendly approach forthe control of the agricultural pests H. armigera