31 research outputs found
Produktivitas Dan Mortalitas Periplaneta Americana (Linnaeus) (Blattaria; Blattidae) Di Laboratorium
The study about Productivity and mortality ofPeriplaneta americana (Linnaeus)(Blattaria; Blattidae) at laboratory was done at laboratory of entomology, Center for Health Ecology Research andDevelopment, National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health, Jakarta. P. americanaspecimens were obtained from the result of catching cockroach at home, then being takecare in laboratory. Maintenance place used is transparent plastic tube or bowl with 3 cm diameter and6 cm high up to 26 cm diameter and 26 cm high, with wood partition inside and covered by cloth orgauze. The maintenance are done in individually and colony. The observation includes the amount of egg capsules(ootheca) produced by every individual female ofP. americana;the amount of nymphcracked from every egg capsule; the per month mortality from the nymph taken care colonially; theamount of individual that can reach adult stadium, and sexual comparison at adult stadium. The result of this research indicates that a female ofP. americana can produce up to 86 egg capsules. Every eggcapsule can produce 13 nymphs in average. The mortality of one month old nymph in average can reach 44.67%- 50.4%, two month old nymph in average can reach 61.33%- 62.49% and three monthold nymph in average can reach 66.72%- 68.61%. The amount of individual P. americana that canreach adult stadium is only about 20%- 30%. Comparison between sexual kinds ofP. americanaat adult stadium is very significant; the amount of female is more than the amount of male
Bionomi Anopheles Spp di Daerah Endemis Malaria di Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi
BIONOMI ANOPHELES Spp DI DAERAH ENDEMIS MALARIA DI KECAMATAN LENGKONG, KABUPATEN SUKABUM
Perbandingan Pengaruh Biosida Sandoz dengan Bactimos terhadap Pencemar Biologis, Culex Quinquefasciatus dalam Satu Uji Coba Lapangan di Jakarta, Indonesia
A field trial of Bacillus thuringiensis serotype H-14 has been done in Rawasari, Jakarta. Bacillus thuringiensis serotype H-14 under the trade-name of Sandoz 402 I in wde formulation and under the trade-name of Bactimos in wdp formulation is a specific agent against mosquito larvae (WHO mimeo. series, 1980). The result of the trial showed that both formulations have a short killing efÂfect, not more than one day against the larvae of Culex quinquefasciatus in Jakarta, Indonesia. Bactimos wdp has a better killing effect against early instar larvae as compared to Sandoz wdc
Penataan Ruang Dagang Pada Rancangan Kembali Pasar Sukun Kota Malang
Pasar Sukun merupakan salah satu pasar penyumbang restribusi Pendapatan AsliDaerah (PAD) Kota Malang yang tinggi, namun hal tersebut tidak diimbangi denganaspek Kenyamanan arsitektural yang mencangkup penataan ruang dagang. PadaPasar Sukun penataan ruang dagang pada penjual kebutuhan sehari-hari masihbercampur aduk, bahkan antara pasar kambing dan pasar kebutuhan sehari-hari.Penataan ruang dagang ini mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia nomor 519 tahun 2008 tentang pedoman pasar sehat, mengingat rencanapemerintah Kota Malang untuk pemberdayaan kualitas bangunan perdagangandengan penerapan pasar sehat yang tercantum dalam Rencana Pemerintah JangkaMenengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2018. Permasalahan penataan ruangdagang tersebut menjadi permasalahan utama pada kajian ini karena pengaruhnyayang besar dalam terwujudnya pasar sehat
Small Scale Field Tests (Phase 2) and Laboratory Tests (Phase 1) with Oms-2014 (Vetrazin), an Insect Growth Regulator, Against Culex Quinquefasciatus and Aedes Aegypti in Jakarta, Indonesia
Telah dilakukan uji laboratorium dan uji lapangan dalam skala kecil dengan vetrazin (OMS—2014) terhadap larva Culex quinquefasciatus dan larva Aedes aegypti di Jakarta. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa larva Cx. quinquefasciatus lebih rentan terhaÂdap OMS—2014 dibanding dengan larva Ae. aegypti. LC50 untuk larva Cx. quinqueÂfasciatus adalah 0,13 mg/l, sedangkan untuk larva Ae. aegypti adalah 0,48 mg/l. Uji labo ratorium menunjukkan pula bahwa beberapa larva dapat menjadi pupa, tetapi kebanyakan mati dalam bentuk pupa. Di samping itu terdapat pengaruh terhadap terjadinya pupa, sehingga kematian yang terbanyak terjadi pada stadium larva. Hasil uji lapangan menun jukkan bahwa OMS—2014 lebih efektif terhadap larva Ae. aegypti daripada larva Cx. quinquefasciatus. Hasil uji lapangan dalam skala kecil dengan OMS— 2014 terhadap larva Ae. aegypti efektivitasnya sama dengan hasil uji dengan methoprene dan sedikit lebih pendek daripada diflubenzuron. Untuk memberantas larva Cx. quinquefasciatus dalam selokan yang airnya tercemar, efektivitasnya sama seperti dengan methoprene dan diflubenzuron
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra Melalui Pendekatan Orientasi Dan Mobilitas Di Malang
Perkembangan fisik pada siswa tunanetra akan menghambat tunanetra dalammenjalani kehidupan sehari – hari. Gangguan yang dimiliki siswa tunanetra dalamaspek penglihatan akan menyebabkan siswa tunanetra mempunyai keterbatasanmengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan mobilitas menjadi faktor utamadalam menjalani kehidupan sehari – hari secara mandiri karena berkaitan dengankemampuan bergerak siswa tunanetra dari satu tempat ke tempat lain.Berdasarkan Badan Pusat Statistika Jawa Timur menjelaskan bahwa wilayahMalang memiliki presentase penyandang tunanetra yang lebih tinggi daripadapenyandang tuna lainnya, yaitu sebesar 874 orang. Sedangkan diantara jumlahpenyandang tunanetra tersebut, angka yang paling tinggi berdasarkan umurnyayaitu anak tunanetra yang berusia 12 – 15 tahun, yaitu sebesar 24.45% (214 anaktunanetra). Oleh karena itu, berdasarkan data tersebut, penyandang tunanetramerupakan aspek yang cukup berpotensi untuk dikembangkan. Sebagai tempatbelajar siswa, perancangan sekolah tunanetra berperan sebagai media latihorientasi dan mobilitas. Perancangan sekolah tunanetra ini didasarkan padaobservasi sederhana di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa YPAB Surabaya,analisis tunanetra pada masing – masing klasifikasi dan analisis orientasi danmobilitas, sehingga diperoleh kriteria desain untuk perancangan seklah tunanetra