24 research outputs found

    Penerapan Struktur Space Frame Pada Hanggar Pemeliharaan Pesawat Di Bandara Samarinda Baru

    Full text link
    Pada Bandar Udara Samarinda Baru direncanakan terdapat hanggar pesawat yang mampu melakukan perawatan preventif dan dapat menampung pesawat jenis Boeing 737-300 dan ATR 72. Untuk menampung pesawat Boeing 737 dan ATR 72 bentang hanggar minimum yang dibutuhkan adalah 60 meter. Mengingat bentang bangunan hanggar yang sangat lebar, maka dibutuhkan suatu sistem struktur bentang lebar yang dapat mewujudkan berdiri bangunan hanggar tersebut. Sistem struktur yang dipilih adalah sistem struktur space frame (rangka ruang). Kajian ini bertujuan untuk merancang hanggar dengan melakukan penerapan sistem struktur space frame yang sesuai dengan fungsi bangunan, penerapan sistem struktur rangka ruang dilakukan khususnya pada bagian atap bangunan. Dalam pemilihan sistem struktur bentang lebar pada suatu rancangan dapat menggunakan kriteria-kriteria seperti kemampuan pelayanan dan keamanan (serviceability), efisiensi, dan konstruksi (Schodek, 1998). Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metoda programatik, yaitu metode pembahasan secara sistematis, rasional, dan analitik dengan menggambarkan, mendiagramkan, serta memvisualisasikan tentang objek kajian berdasarkan literatur dan standar yang ada. Dengan dilakukannya kajian penerapan sistem struktur rangka ruang pada bangunan hanggar pesawat, maka diharapkan akan didapatkan rancangan hanggar pesawat yang sesuai dengan kapasitas dan fungsi yang akan diwadahi serta diketahui penerapan sistem struktur space frame yang sesuai untuk fasilitas hanggar perawatan pesawat di Bandara Samarinda Baru, khususnya pada bagian atap bangunan

    Penataan Kembali Kawasan Pasar Bunga Dan Pasar Hewan (Splendid) Kota Malang

    Full text link
    Kota Malang memiliki pusat perbelanjaan bunga dan hewan (Splendid) yang berlokasi di Jl. Brawijaya dengan kontur tanah yang dibuat terasiring ke arah sungai. Lokasi pasar hewan dan pasar bunga yang berseberangan, namun tidak menjadi satu kesatuan membuat keduanya terkesan berjalan sendiri-sendiri. Padahal keduanya merupakan sebuah potensi wisata Kota Malang. Keberadaan elemen soft material dan hard material kurang optimal dalam penggunaannya. Penelitian ini dilakukan melalui survey lokasi untuk mendapatkan data berupa data fisik tapak, data klimatologi, dan data bio-fisik mengenai tapak. Sedangkan studi komparatif digunakan sebagai referensi terhadap perancangan lansekap nantinya. Penelitian mengenai kondisi eksisting lansekap ini didasarkan pada variabel analisa yang meliputi klimatologi, topografi, batas tapak, view, kebisingan, utilitas, bangunan, zonning, sirkulasi dan vegetasi. Dari hasil analisa tersebut diperoleh ragam data yang dijadikan dasar dalam konsep perancangan lansekap pasar bunga dan pasar hewan splendid Arsitektur Lansekap sebagai pendekatan perancangan Pasar Bunga dan Pasar Hewan diterapkan sebagai solusi dari permasalahan yang ada, dengan mewujudkan lingkungan binaan yang selaras dengan fungsi dan kondisi tapak. Rekonfigurasi karakter ruang Pasar Bunga dan Pasar Hewan, serta penataan ruang yang memprioritaskan ruang hijau untuk pendayagunaan elemen vegetasi sebagai pengkondisian pasif terhadap iklim mikro tapak dan kondisi eksisting tapak adalah garis besar konsep perancangan yang diterapkan pada Perancangan Kembali Kawasan Pasar Bunga dan Pasar Hewan (Splendid) Kota Malang

    Penataan Ruang Dagang Pada Rancangan Kembali Pasar Sukun Kota Malang

    Full text link
    Pasar Sukun merupakan salah satu pasar penyumbang restribusi Pendapatan AsliDaerah (PAD) Kota Malang yang tinggi, namun hal tersebut tidak diimbangi denganaspek Kenyamanan arsitektural yang mencangkup penataan ruang dagang. PadaPasar Sukun penataan ruang dagang pada penjual kebutuhan sehari-hari masihbercampur aduk, bahkan antara pasar kambing dan pasar kebutuhan sehari-hari.Penataan ruang dagang ini mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia nomor 519 tahun 2008 tentang pedoman pasar sehat, mengingat rencanapemerintah Kota Malang untuk pemberdayaan kualitas bangunan perdagangandengan penerapan pasar sehat yang tercantum dalam Rencana Pemerintah JangkaMenengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2018. Permasalahan penataan ruangdagang tersebut menjadi permasalahan utama pada kajian ini karena pengaruhnyayang besar dalam terwujudnya pasar sehat

    Konsep Arsitektur Ramah Lingkungan Pada Fasilitas Pelelangan Ikan Di PPN Pondokdadap Sendangbiru

    Full text link
    Fasilitas pelelangan ikan di pelabuhan perikanan Sendangbiru berada di KecamatanSumbermajing Wetan Kabupaten Malang yang berhadapan langsung dengan SamuderaHindia. Potensi perikanan di perairan ini belum termanfaatkan secara optimal. Denganadanya potensi tersebut, pemerintah meningkatkan status pelabuhan perikananSendangbiru dari pelabuhan perikanan pantai menjadi pelabuhan perikanan nusantara.Aktivitas di pelabuhan perikanan berdampak pada lingkungan pelabuhan, berupapencemaran udara, air, konsumsi energi dan Kenyamanan beraktivitas di dalamnya,sehingga dibutuhkan konsep arsitektur ramah lingkungan dalam perancangan pelabuhanperikanan khususnya fasilitas pelelangan ikan. Konsep arsitektur ramah lingkungan yangada di Indonesia telah dikembangkan oleh Lembaga Green Building Council Indonesia(GBCI). Oleh karena itu, perancangan fasilitas pelelangan ikan di pelabuhan perikanannusantara Sendangbiru didasarkan pada kriteria green building dari GBCI. Penerapankriteria green building dari GBCI meliputi aspek tata guna lahan, efisiensi dan konservasienergi, konservasi air, sumber siklus material, kesehatan dan Kenyamanan ruang dalam,dan manajemen lingkungan bangunan. Hasil rancangan fasilitas pelelangan ikan dengankonsep arsitektur ramah lingkungan telah memenuhi kriteria GBCI setidaknya 43 poindari 77 poin untuk capaian peringkat bronze

    Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra Melalui Pendekatan Orientasi Dan Mobilitas Di Malang

    Full text link
    Perkembangan fisik pada siswa tunanetra akan menghambat tunanetra dalammenjalani kehidupan sehari – hari. Gangguan yang dimiliki siswa tunanetra dalamaspek penglihatan akan menyebabkan siswa tunanetra mempunyai keterbatasanmengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan mobilitas menjadi faktor utamadalam menjalani kehidupan sehari – hari secara mandiri karena berkaitan dengankemampuan bergerak siswa tunanetra dari satu tempat ke tempat lain.Berdasarkan Badan Pusat Statistika Jawa Timur menjelaskan bahwa wilayahMalang memiliki presentase penyandang tunanetra yang lebih tinggi daripadapenyandang tuna lainnya, yaitu sebesar 874 orang. Sedangkan diantara jumlahpenyandang tunanetra tersebut, angka yang paling tinggi berdasarkan umurnyayaitu anak tunanetra yang berusia 12 – 15 tahun, yaitu sebesar 24.45% (214 anaktunanetra). Oleh karena itu, berdasarkan data tersebut, penyandang tunanetramerupakan aspek yang cukup berpotensi untuk dikembangkan. Sebagai tempatbelajar siswa, perancangan sekolah tunanetra berperan sebagai media latihorientasi dan mobilitas. Perancangan sekolah tunanetra ini didasarkan padaobservasi sederhana di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa YPAB Surabaya,analisis tunanetra pada masing – masing klasifikasi dan analisis orientasi danmobilitas, sehingga diperoleh kriteria desain untuk perancangan seklah tunanetra

    Perancangan Galeri Seni Bilah Nusantara Dengan Penerapan Arsitektur Jawa Di Sleman, YOGYAKARTA

    Full text link
    Hampir tidak ada sebuah kawasan negara di dunia ini yang memiliki khazanah senjata berupa bilah tradisional sebanyak di kawasan kepulauan Nusantara – Indonesia. Senjata tradisional Indonesia penuh dengan makna simbol dan memiliki manifestasi kekuatan rohaniah yang sungguh banyak ragamnya, dan fungsinya erat dengan kehidupan sehari-hari. Namun karena kehidupan modern, masyarakat yang berpindah ke perkotaan sudah sangat jarang dan mulai melupakan bilah tradisional yang ada karena kemudahan hidup di perkotaan. Dari sinilah ide untuk membuat sebuah galeri yang mengakomodir pengenalan kembali dan edukasi bagi masyarakat tentang bilah-bilah nusantara yang ada di Indonesia. Kajian ini adalah untuk menghasilkan konsep desain arsitektur dengan penerapan prinsip dan konsep arsitektur Jawa untuk menghasilkan Galeri Seni dan Workshop Bilah Nusantara yang menarik dan informatif. Dasar desain diperoleh dari tipologi wilayah, bertempat di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, maka tipologi Arsitektur Jawa dipakai untuk mendesain bangunan galeri ini. Hasilnya adalah penggunaan zoning dan struktur yang dipakai di bangunan tradisional Jawa: Joglo. Kata kunci bangunan Joglo kemudian disesuaikan dengan kondisi tapak dan wilayah, pengaruh arah mata angin dan arah sinar matahari untuk mendesain kompleks bangunan. Kemudian, standar galeri seni digunakan untuk mendesain alur dan pola sirkulasi pada bangunan Galeri

    Optimalisasi Pelayanan Pasca Kelahiran/ Neonatal Pada Desain Rumah Sakit Ibu Dan Anak (RSIA) Kelas a Di Kabupaten Lumajang

    Full text link
    Upaya kesehatan bagi ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian utama. Beberapa indikator digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu dan anak. Indonesia masih tertinggal dalam hal kesehatan ibu anak, terlihat dari capaian angka yang masih tinggi jika dibandingkan dengan negara di ASEAN. Salah satu penyebabnya adalah tingginya angka kematian pada masa neonatal. Banyaknya jumlah penduduk yang menjalani Umur Perkawinan Pertama (UKP) di bawah 20 tahun sangat mempengaruhi tingginya Angka Kematian Neonatal. Di Jawa Timur, Kabupaten Lumajang termasuk dalam prosentase tinggi UKP di bawah 20 tahun. Upaya pencegahan UKP yang tinggi dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan jangka panjang dan tindakan penanganan bagi usia muda yang telah menikah. Hal ini dilakukan dengan cara pelatihan (perawatan ibu dan bayi pasca melahirkan) dalam fasilitas ibu dan anak yang saling terintegrasi yaitu RSIA. Kabupaten Lumajang belum memiliki RSIA dan jumlah kebutuhan tempat tidur yang masih kurang. Pendirian RSIA perlu direncanakan karena pengembangan sarana kesehatan telah diatur dalam Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lumajang yaitu Rencana Teknis Ruang Kawasan (RTRK) tahun 2014-2015 dan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Lumajang tahun 2012-2032 dalam hal penentuan lokasi pengembangan rumah sakit. RSIA yang dirancang tentunya harus dapat mengoptimalkan pelayanan pasca kelahiran (neonatal)

    Perancangan Ruang Luar Rso Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Dengan Konsep Green Hospital

    Full text link
    “Pada tahun 2020 semua rumah sakit di Indonesia harus sudah menerapkan Green Hospital”. Demikian disampaikan dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan pada Seminar Green Hospital tanggal 27 September 2012 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta. Green Hospital merupakan rumah sakit yang berwawasan lingkungan dan jawaban atas tuntutan kebutuhan pelayanan dari pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah pelayanan paripurna serta berbasis Kenyamanan dan keamanan lingkungan rumah sakit. Dalam rangka mendukung kebijakan tersebut, maka pihak Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta memiliki gagasan untuk menyelenggarakan perancangan Desain Green Hospital Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dalam kesatuan desain yang utuh khususnya pada perancangan ruang luar dalam kawasan rumah sakit, yang berpotensi untuk dikembangkan melalui penerapan green hospital. Dengan penerapan green hospital pada pengembangan masterplan RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta diharapkan nantinya akan menjadi ciri khas sekaligus model pembangunan Green Hospital yang berkelanjutan untuk industri rumah sakit
    corecore