6 research outputs found

    Kajian eksploitasi dan penyusunan model pemberdayaan komunitas buruh anak perempuan yang bekerja disektor perkebunan tembakau di Jawa Timur

    Get PDF
    Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia, mcngakibatkan fcno111cna burub anak masih ada di Indonesia, bahkan jumlah masih jutaan. Selain tCljadi penambahan jUl11lah absolut pekerja anak, dua akibat lain yang ditimblllkan akibat krisis ekollomi yallg berkepanjangan ini adalah: Pertama, krisis menyebabkan anak-anak yang semua dominan sebagai pekerja keluarga, sebagian diantaranya terpaksa kcluar dari ke]uarganya dan bekelja sebagai buruh. Kedua, ktisis juga menyebabkan teljadinya penambahan jam kerja bagi pekerja ana

    MIGRASI INTERNASIONAL TENAGA KERJA INDONESIA ASAL JAWA TIMUR STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN TKI DI LUAR NEGERI

    Get PDF
    Meskipun banyak berita yang memilukan tentang TKI dalam dekade terakhir, tetapi ide untuk menghentikan pengiriman TKI ke luar negeri, bukanlah solusi yang cerdas, pada saat kondisi negara sarat pengangguran. Penelitian ini dikerjakan untuk menjawab pokok permasalahan tentang ; faktor-faktor apa yang menyebabkan sebagian TKI sukses di luar negeri, dan mengapa sebagian TKI gagal bekerja di luar negeri. Untuk tujuan itu, telah diwawancarai sebanyak 300 orang TKI yang sedang mudik dengan cam availability sampling di tiga kabupaten di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar TKI bekerja secara legal dan sebagian kecil yang bekerja secara illegal di luar negeri. Faktor-faktor yang menyebabkan TKI sukses ; karena, jenis pekerjaan di negara tujuan cocok dengan keterampilan sebelumnya yang dimiliki TKI; gaji yang besar, dan pembayaran gaji tepat waktu. Sementara mereka yang gagal disebabkan oleh; gaji yang tidak pernah dibayar oleh majikan ; dan karena dipermainkan oleh Teikong dan Majikan, akhirnya dideportasi, serta karena, gaji habis untuk ganti rugi kerusakan barang milik Majikan saat bekerja

    MEMBANGUN BALAI MEDIASI DESA SEBAGAI MODEL PENYELESAIAN KONFLIK DALAM PEMANFAATAN HUTAN KONSERVASI PADA MASYARAKAT ADAT DI JAWA TIMUR

    No full text
    Masyarakat adat Tengger yang berada di desa Ngadas dan desa Ranu Pani maupun petugas kehutanan (dalam hal ini adalah polisi hutan), memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda dalam pemanfaatan hutan konservasi. Pandangan dan kepentingan yang berbeda ini mempengaruhi tingkah laku yang berbeda pula. Dari segi masyarakat adat, pemanfaatan hutan karena terdorong untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti memasak, penghangat ruangan, membangun rumah dan upacara adat, sedangkan polisi hutan melakukan pemanfaatan hutan sesuai apa yang tercantum dalam PP no 6 tahun 2007 yang kemudian disempurnakan dalam PP no 3 tahun 2008 yang lebih menekankan pada kepentingan kelompok. Hal ini akan berdampak adanya konflik kepentingan penguasaan dan pemanfaatan sumber daya hutan antar warga penduduk setempat maupun dengan polisi hutan. Konflik ini semakin meningkatnya intensitasnya karena dalam pemanfaatan hutan konservasi antara masyarakat adat Tengger di desa Ngadas dan desa Ranu Pani dengan polisi hutan, sama-sama memiliki kontrol sosial. Kontrol sosial pada masyarakat adat Tengger di desa Ngadas dan desa Ranu Pani berupa ajaran wewadi, pitung perkawis , welas asih pepitu, titi luri dan Karmapala. Semua ajaran ini lebih mengarah pada keselamatan, kemakmuran dan keselarasan. Kontrol sosial pada polisi hutan lebih mengacu pada hukum negara pasal 40 UU nomor 5 tahun 1990, apabila setiap orang yang melakukan pemanfaatan hutan tanpa melakukan izin seperti dalam IUPHHK-HT, maka akan mendapatkan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 200.000.000,-.Penelitian ini mencoba menemukan kepentingan dan pandangan warga setempat yang ada di desa Ngadas dan desa Ranu Pani dan polisi hutan dalam pemanfaatan hutan konservasi, yang berdampak pada konflik kepentingan ; memahami peran aparat desa, dukun adat, tokoh masyarakat, warga, LSM lokal dan Aparat Penegak Hukum (APH) polisi, jaksa dan hakim dalam penyelesaian konflik untuk pemanfaatan hutan konservasi selama ini ; prinsip-prinsip hidup yang dimiliki oleh masyarakat Ngadas dan desa Ranu Pani dan mengidentifikasi nilai-nilai lokal yang berhubungan dengan ekosistem hutan. Dalam rangka mendapatkan data dan informasi yang empirik, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Ada beberapa tahapan yang digunakan adalah (1) penentuan lokasi penelitian : ditentukan secara purposive yaitu Masyarakat Suku Tengger yang tinggal di desa Ngadas dan desa Ranu Pani. Kedua wilayah ini sangat menghormati dan mengeramatkan, serta memiliki ikatan emosional yang kuat dengan kawasan Gunung Bromo dan Laut Pasir Tengger, karena memiliki kearifan lokal dalam menjaga pemanfaatan hutan konservasi di sekitar mereka. Desa Ngadas dan desa Ranu Pani memiliki beberapa ketentuan sanksi sosial terhadap pelanggaran pemanfaatan lingkungan hutan konservasi serta sangat rawan konflik baik antar warga maupun antara warga dengan polisi hutan. (2) Pengumpulan Data : (a) yang meliputi observation ; dan (b) indepth interview. (3) Informan : adalah individu-individu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang permasalahan yang diteliti, teknik (4) adalah Analisa Data : Data yang terkumpul kemudian dianalisa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bahwa Pembentukan Balai Mediasi Desa merupakan suatu media dalam proses belajar untuk membiasakan dan memperoleh sesuatu yang baru untuk melakukan suatu tindakan dalam menghasilkan suatu penyelesaian konflik. Dalam proses pembentukan Balai Mediasi Desa ini dikembangkan pola-pola perilaku dalam bentuk interaksi, informasi dan tindakan dalam menciptakan keadilan dengan cara penyelesaian budaya (cultural resolution). Cultural resolution lebih menekankan aspek formation daripada aspek state yang statis atau monolitik

    MEMBANGUN MODEL KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI PEREMPUAN PENYANDANG DISABILITAS DI JAWA TIMUR DALAM RANGKA PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUALITAS

    No full text
    Isu perempuan penyandang disabilitas masih menjadi isu yang jarang diteliti dan dipublikasikan di masyarakat luas. Apalagi menyangkut masalah pelayanan kesehatan reproduksi dalam rangka pencegahan kekerasan seksualitas. Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (terutama di Jawa Timur) untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan penyandang disabilitas, karena selama ini setelah adanya Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas melalui UU No.19 tahun 2011, pemerintah belum melakukan tindakan sama sekali. Hal inilah perlu untuk membuat model kebijakan sehingga lebih implementatif untuk masyarakat luas. Tujuan dari penelitian ini untuk bahan (input) penerapan dalam hal kesehatan reproduksi. Siginifikan hasil penelitian ini bisa menjadi referensi agar setiap kebijakan effektif, effisien dan tepat sasaran, melainkan juga signifikan untuk menyusun model kebijakan komprehensif karena melibatkan berbagai pihak yang berkaitan langsung dengan kesehatan reproduksi. Rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan oleh berbagai fihak termasuk pemerintah agar dapat digunakan untuk merancang langkah-langkah yang lebih konkrit dan proaktif untuk mengatasi persoalan kesehatan reproduksi bagi perempuan penyandang disabilitas di Indonesia sehingga mampu membangun strategi yang dapat merekatkan kelompok-kelompok masyarakat yang beragam latarbelakang. Dalam rangka mendapatkan data dan informasi yang empirik, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Ada beberapa tahapan yang digunakan adalah (1) penentuan Lokasi Penelitian : ditentukan secara purposive di 33 kecamatan kabupaten Malang, di Puskesmas, Dinas Kesehatan, Diknas, Dinsos, pondok pesantren, Bhakti Luhur, P2TP2A maupun LSM setempat. Pertimbangan yang diambil dalam menetapkan kabupaten Malang adalah a. Kabupaten Malang adalah satu-satunya kabupaten yang sudah mulai concern dengan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi terutama perempuan penyandang disabilitas.; b. Sex ratio kabupaten Malang pada tahun 2010 sekitar 98,78% yang berarti penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Dilihat dari tingkat kepadatan penduduk per kecamatan dari 33 wilayah kecamatan di Kabupaten Malang yang memiliki kepadatan tinggi diatas 2000 per/km² adalah mayoritas perempuan. Artinya kemiskinan di kabupaten Malang banyak diderita oleh kaum perempuan ; c. Masalah kesehatan reproduksi bagi perempuan penyandang disabilitas cukup banyak, karena selama ini selalu terbungkam dikarenakan sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan. (2) Pengumpulan Data : (a) yang meliputi observation ; dan (b) indepth interview. (3) Informan (4) Analisa Data. Hasil penelitian ini menjelaskan masih banyak perempuan difabel yang tidak memahami tentang perawatan organ reproduksinya yang berdampak pada kesehatan dirinya. Kontrol atas organ reproduksinya pun rendah sehingga banyak difabel yang menjadi korban kekerasan seksual dan menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa kasus yang ditemukan selama penelitian menunjukkan bahwa perempuan difabel yang menjadi korban kekerasan seksual tidak mendapatkan keadilan karena kesaksiannya dianggap tidak sah secara hukum dan diperkuat oleh stigma masyarakat yang selalu menyebut difabel mental sebagai �orang tidak waras�

    MIGRASI INTERNASIONAL TENAGA KERJA INDONESIA ASAL JAWA TIMUR STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN TKI DI LUAR NEGERI

    Get PDF
    Meskipun banyak berita yang memilukan tentang TKI dalam dekade terakhir, tetapi ide untuk menghentikan pengiriman TKI ke luar negeri, bukanlah solusi yang cerdas, pada saat kondisi negara sarat pengangguran. Penelitian ini dikerjakan untuk menjawab pokok permasalahan tentang ; faktor-faktor apa yang menyebabkan sebagian TKI sukses di luar negeri, dan mengapa sebagian TKI gagal bekerja di luar negeri. Untuk tujuan itu, telah diwawancarai sebanyak 300 orang TKI yang sedang mudik dengan cam availability sampling di tiga kabupaten di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar TKI bekerja secara legal dan sebagian kecil yang bekerja secara illegal di luar negeri. Faktor-faktor yang menyebabkan TKI sukses ; karena, jenis pekerjaan di negara tujuan cocok dengan keterampilan sebelumnya yang dimiliki TKI; gaji yang besar, dan pembayaran gaji tepat waktu. Sementara mereka yang gagal disebabkan oleh; gaji yang tidak pernah dibayar oleh majikan ; dan karena dipermainkan oleh Teikong dan Majikan, akhirnya dideportasi, serta karena, gaji habis untuk ganti rugi kerusakan barang milik Majikan saat bekerja

    STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Studi ini pertama-tama dimaksudkan untuk memetakan peran perempuan, relasi gender dan karakteristik industri kecil rumahan ('home based industry') yang dikelola dan mempekerjakan perempuan miskin di Provinsi Jawa Timur. Studi ini juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi segala kekuatan, kelemahan serta tantangan yang dihadapi perempuan, khususnya perempuan miskin dalam industri kecil rumahan ('home based industry') di Provinsi Jawa Timur. Melalui studi ini akan diperoleh gambaran secara holistik potensi perempuan dan jaringan kerja yang dikembangkan perempuan dalam industri kecil rumahan ('home based industry') di Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya, studi ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi kebijakan dan program Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Timur dalam pengembangan industri kecil rumahan ('home based industry'), khususnya yang dikelola dan mempekerjakan perempuan miskin. Industri kecil rumahan adalah industri berskala mikro yang basis produksinya berada di dalam rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut, maka studi yang akan dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur ini meliputi 2 (dua) lokasi penelitian yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan di lokasi tersebut terdapat industri kecil rumahan yang dikelola dan mempekerjakan perempuan, serta menghasilkan produk unggulan daerahnya masingmasing., yaitu: Kabupaten Pamekasan (industri kecil batik tradisional) dan Kota Surabaya (industri kecil kerajinan tangan dan olahan pangan). Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, maka yang menjadi 'unit analisis' dalam studi ini adalah: a) unit analisis individu, yaitu perempuan yang terlibat dalam industri kecil rumahan sebagai pengelola maupun sebagai pekerja dan b) unit analisis institusi, yaitu Pemerintah Daerah dimana industri kecil rumahan tersebut berada. Hasil akhir yang ingin dicapai dalam studi ini adalah terumuskannya Model Pemberdayaan Perempuan Miskin dan Strategi Pengarusutamaan Gender yang lebih menjamin secara optimal pengembangan industri kecil rumahan ('home based industry') yang dikelola dan mempekerjakan perempuan miskin di Provinsi Jawa Timur
    corecore