14 research outputs found
The Performance of K-Nearest Neighbor (KNN) Approach for Estimating Extreme Rain Events based on CCTV Images Camera Data
Abstract—Hydrometeorological disasters such as flooding in urban areas are a big problem that must be managed. Indonesia as part of the maritime continent, has high rainfall variability, both temporally and spatially. Unfortunately, the density of instruments for measuring rainfall is still low. To solve the problem, this research will try to utilize and modify Closed Circuit Television (CCTV) cameras which have a large number in terms of quantity as instruments for measuring rainfall. The purpose of this research is to obtain rainfall image information and data generated by CCTV cameras. The image data is converted to quantitative rainfall data. The method used is the K-NN algorithm and machine learning. The research location is located in a corner of the city of Bandung with a geographical position of 60 53”30.49'S and 107.035” 12.27' E. The results of this research show that the K-NN algorithm can be applied to estimate rainfall data from CCTV images with an accuracy of more than 98%. The level of accuracy generated between CCTV camera image data and AWS is 94%. The level of accuracy is high means that CCTV camera image data can represent or be converted into quantitative rainfall data.
Index Terms—Rainfall, Rain Gauge, CCTV Camera, Image Processing, Validation
Strategi Peningkatan Pendapatan UKM Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Karya Mandiri Sejati
Penelitian ini mengkaji strategi peningkatan pendapatan yang diterapkan oleh Kelompok Budidaya Ikan (POKDAKAN) Karya Mandiri Sejati di Kelurahan Gunung Lengkuas, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, penelitian ini mengidentifikasi tantangan dan strategi utama dalam pengelolaan budidaya ikan air tawar, terutama lele dan gurame. Observasi dan wawancara mendalam dilakukan terhadap Ketua Kelompok, Bapak Murni, yang memiliki usaha budidaya ikan sejak tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan dicapai melalui diversifikasi produk, peningkatan kualitas pakan, pemupukan teratur, dan pemasaran online. Namun, kendala yang dihadapi meliputi sistem pemberian pakan otomatis yang belum optimal, jaringan pemasaran yang terbatas, keterbatasan modal, dan persaingan ketat dengan produk ikan laut. Strategi yang direkomendasikan untuk peningkatan pendapatan mencakup diversifikasi produk, pemasaran efektif, peningkatan kualitas produk, pengembangan keterampilan anggota, kemitraan strategis, serta pemantauan dan evaluasi berkala. Implementasi strategi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan keberlanjutan usaha budidaya ikan di POKDAKAN Karya Mandiri Sejati secara signifikan
Kajian Dampak Pemanasan Global Terhadap Pola Curah Hujan Indonesia dengan Menggunakan Statistik Downscaling
Telah dilakukan penelitian dampak pemanasan global terhadap perubahan pola hujan bulanan di
Indonesia dengan menggunakan data luaran model GCM -CSIRO (Mk 3.0) dan CGCM3.1 (T47).
Wilayah kajian Aceh, (tipe hujan monsun), Solok (tipe hujan ekuatorial) dan Ambon (tipe hujan
lokal), periode 1900-2000. Persoalan utama dalam kajian dengan luaran Global Circulation Model
(GCM) adalah resolusi yang terlalu rendah, sehingga digunakan statistical downscaling (SD) untuk
meningkatkan informasi (resolusi tinggi). Berbagai metode SD digunakan dengan tujuan untuk
mendapatkan luaran dengan akurasi tinggi, diantaranya regresi komponen utama (RKU), jaringan
syaraf tiruan (JST), dan regresi splines adaptif berganda (RSAB). Berdasarkan hasil validasi model,
metode RSAB mempunyai tingkat akurasi yang relatif stabil tinggi diberbagai wilayah kajian
Analisis Hubungan Curah Hujan Dan Limpasan Di Das Citarum Hulu Dengan Menggunakan Model HBV
Hal. 266-27
Kesesuaian Iklim Untuk Tanaman Jeruk Di Kabupaten Sumedang Pasca Letusan Gunung Galunggung
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian terhadap tipe iklim Kabupaten Sumedang dengan metode klasifikasi iklim dari Schmidth-Fergusson. Latar belakang penelitian ini adalah adanya letusan gunung Galunggung (April, 1982) yang berpotensi dapat mengubah pola iklim di Sumedang. Belakangan ini ada rencana pengembangan budidaya tanaman jeruk kembali setelah perkebunan jeruk nyaris punah karena terpaan abu Gunung Galunggung tersebut. Metode klasifikasi ini menggunakan data curah hujan bulanan selama 10 tahun (1990-1999) dari 8 stasiun penakar hujan yang terdapat di Kabupaten Sumedang. Hasil klasifikasi iklim dengan metode Schmidth-Fergusson menyatakan bahwa Kabupaten Sumedang bertipe iklim B2 dengan sifat iklim basah dengan vegetasi yang masih didominasi oleh hutan hujan tropis. Dari analisis antara kebutuhan air tanaman jeruk selama periode pertumbuhan dengan curah hujan tahunan (1990-1999) untuk Kabupaten Sumedang dihasilkan kesesuaian, artinya curah hujan masih surplus dalam mensuplai kebutuhan air tanaman jeruk. Aerosol dari keluaran letusan Gunung Galunggung tidak mengubah pola iklim Sumedang.Hlm.175-18
Karakteristik Angin Zonal Dan Meridional Di Indonesia
Keluaran model area terbatas DARLAM (Division of Atmospheric Research Limited Area Model) CSIRO yang dibahas pada makalah ini adalah berupa hasil simulasi rata-rata bulanan angin zonal dan meridional di Biak dan Pangkal Pinang untuk periode waktu 1991 - 1998. Hasil simulasi pada ketinggian 16 km ke atas menunjukkan indikasi Quasi-Biennial Oscillation (QBO) untuk angin zonal di atas Biak dan Pangkal Pinang, terkait dengan posisi matahari. Sedangkan angin meridional tidak mempunyai pola tertentu, dan tidak terlihat pengaruh posisi matahari. Sementara untuk data real dalam variasi interannual angin zonal di Biak telah diketahui indikasi QBO-nya dengan panjang 28 bulan. Variasi musim pada angin zonal di atas Biak dan. Pangkal Pinang yang dominan adalah easterly (Januari-Pebruari dan Juli-Agustus) dengan angin semi-annual oscillation, sedangkan untuk angin meridional dengan annual oscillation. Hasil running model dan data real untuk angin zonal menunjukkan pola yang sama.Hlm. 1-
Comparison Of Evapotranspiration In Gldas Model Simulations And Satellite Observations Over Musi River Basin And Its Relationship To Vegetation Index
Evapotranspiration is one of the key hydro-meteorological variables that can be obtained from the simulation modeling and satellite observations. This study compared the output of Global Land Data assimilation System (GLDAS) in Musi River Basin with data from remote sensing products using MODIS sensors found on NASA's Terra satellite. GLDAS scheme used in this study is the NOAH land surface scheme which provides data with a monthly temporal resolution and spatial resolution of 0.250 x 0.250 . While evapotranspiration from MODIS level 3 MOD16 data has a spatial resolution of 1 km2 . In general, vapotranspiration from MODIS has a pattern almost similar to the evapotranspiration from GLDAS, except for northwestern area. Areas that have the highest temperature (the southeastern part of Musi river basin) has the lowest evapotranspiration, and vice versa. This is due to areas with low vegetation tend to have high surface temperatures and low evapotranspiration, while for areas with high vegetation indices have lower surface temperatures and high evapotranspiration. Both GLDAS and MODIS are both showing high values of evapotranspiration during dry months and low during the wet months.Hal. 195-20
Pengembangan Metode Pengolahan Data Profil Vertikal Atmosfer Berbasis Satelit
MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) is a part of some of the existing sensor on the Terra/Aqua satellites were designed by NASA (National Aeronautics and Space Administration) to improve understanding of the global dynamics and the occurrence of phenomena that exist on land, sea and atmosphere. To understand the atmospheric phenomenon around Indonesia has developed a data processing method of atmospheric vertical profile (temperature, moisture, water vapor and ozone) level two (L-2) from MOD07 / MYD07 swath HDF4 format into the ASCII data (such format, .dat and .txt) by using visual basic, python and GrADS programs. MODIS data with HDF4 format taken latitude/longitude and the appropriate altitude atmospheric parameters, projected and stored in the form tabulator 3 colum, and then plot into two-dimensional images and txt data. The purpose of this processing data is to create a script of data processing and identifying data file swath hdf4 format into data atmospheric parameters. The advantages of the applicationa is easy to use, have the latitude/longitude coordinate, spatial and point resolution can be integrates with the existing of the base data BISMA. As the output of processed MODIS data is ready to use with data ASCII file format (* .txt format, binary file format * bin its ctl file and image), displaying spatial and point data and can be used for analysis of atmospheric parameters. The MODIS atmospheric vertical profiles data and in-situ measurement data (radiosonde) has been validated at some point in Indonesia and the results with an average correlation coefficient r = 0.99. MODIS (MODerate resolution Imaging Spectroradiometer) adalah merupakan bagian dari beberapa sensor yang ada pada satelit Terra dan Aqua yang dirancang oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration) untuk meningkatkan pemahaman tentang dinamika global dan proses terjadinya fenomenafenomena yang ada di darat, laut maupun atmosfer. Untuk memahami fenomena atmosfer wilayah Indonesia dikembangkan metode pengolah data profil vertikal atmosfer (temperatur, moisture, water vapor dan ozon) dari MOD07/MYD07 level dua swath format HDF4 menjadi data ASCII (format .dat dan txt) dengan menggunakan visual basic, phyton dan GrADS. Data MODIS swath dengan format HDF4 diambil lintang/bujur, parameter atmosfer dan ketinggian yang sesuai, diproyeksikan dan disimpan dalam bentuk tabulator 3 kolom, kemudian di plot ke dalam Gambar dua dimensi dan data txt. Tujuan dari pengolahan data ini adalah untuk membuat skrip pengolahan data, mengidentifikasi file data swath format hdf4 menjadi data parameter atmosfer dalam ASCII. Kelebihan dari aplikasi ini adalah mudah digunakan mempunyai koordinat lintang, bujur, resolusi spasial dan titik dapat ditentukan dengan mudah dan terintegrasi dengan data base yang ada di BISMA. Adapun output datanya adalah data siap pakai dengan file ASCII (format *.txt, file binary format *.bin beserta file ctl-nya dan image), dan menampilkan data baik spasial maupun titik digunakan untuk analisis parameter atmosfer. Data MODIS profil vertikal atmosfer telah di validasi dengan menggunakan data pengukuran in-situ (radiosonde) di beberapa titik wilayah Indonesia dan diperoleh koefisien korelasi rata-rata r=0.99Hlm .15-3