20 research outputs found

    Study Of The Tsunami Aftermath And Recovery (STAR): Ketahanan dan Pemulihan di Sumatra Setelah Tsunami

    Full text link
    Tsunami di Samudera Hindia pada tahun 2004 telah menghancurkan ribuan komunitas di negara-negara yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Kerusakan paling parah terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara, di mana diperkirakan 170.000 jiwa tewas dan ratusan kilometer lingkungan di sepanjang garis pantai hancur. Bencana Tsunami ini telah mendorong diberikannya bantuan yang begitu besar baik dari Pemerintah Indonesia, LSM dan donor bagi kedua provinsi ini. Pada tahun 2007, upaya untuk membangun kembali daerah yang terdampak Tsunami di Indonesia tercatat sebagai proyek rekonstruksi yang paling besar yang pernah dilakukan di sebuah negara berkembang. Studi Paska Tsunami dan Pemulihannya (The Study of the Tsunami Aftermath and Recovery) atau STAR merupakan sebuah studi longitudinal yang mengumpulkan informasi dari individu, rumah tangga, komunitas dan fasilitas di Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara. Studi dirancang untuk mengumpulkan data tentang dampak Tsunami Tahun 2004 baik dampak pendek maupun dampak jangka panjang serta berbagai upaya pemulihan yang dilakukan. Untuk mengetahui dampak Tsunami terhadap kehidupan individu, komunitas dan keluarga serta bagaimana respon mereka terhadap bencana tersebut, kami melaksanakan STAR. Pada tahun 2005 kami mulai dengan mengunjungi kembali 32.000 responden, tersebar dalam 487 komunitas yang sebelumnya pada tahun 2004 sudah pernah diwawancarai dalam survei rumah tangga oleh BPS (Survei Pra-Tsunami). Wawancara paska Tsunami kami lakukan setiap tahun selama 5 tahun sesudah terjadinya Tsunami. Sebanyak 98% dari responden BPS tersebut selamat dari bencana Tsunami di mana kami kemudian berhasil mewawancarai 96% dari mereka, untuk setidaknya sekali dari rangkaian wawancara paska Tsunami yang kami lakukan. Data yang dihasilkan dari studi ini memberikan informasi tentang dampak jangka pendek yang dialami oleh masyarakat dan upaya pemulihan di wilayah-wilayah yang paling parah terdampak Tsunami, yang mana kemudian kami bandingkannya dengan kehidupan masyarakat di wilayah yang tidak terdampak atau hanya sedikit terdampak Tsunami. Kami akan melaporkan hasil studi kami berdasarkan data yang dikumpulkan sejak tahun 2004 sampai tahun 2010. Saat ini kami sedang melakukan survei lanjutan 10 tahun setelah Tsunami

    Data Menginspirasi Kebijakan: Episode Studi Kota Balikpapan Menuju Kota Ramah Lanjut Usia 2030

    Full text link
    Paparan studi episode diawali dengan cerita lahirnya Rencana Aksi Daerah Kota Balikpapan Menuju Kota Ramah Lanjut Usia 2015-2030 di penghujung tri-semester ketiga tahun 2014. Kilas Balik rekaman Perubahan kebijakan dan alasannya serta timeline kejadian penting berikut pelakunya dirangkai dalam paparan proses adopsi informasi hasil riset menjadi kebijakan. Jalur yang ditempuh informasi hasil riset Asesmen Kota Ramah Lanjut Usia yang dilakukan SurveyMETER dan CAS UI di tahun 2013 mempengaruhi kebijakan ikut dicermati. Faktor-faktor kunci yang berperan merubah informasi hasil riset menjadi kebijakan turut diidentifikasi dalam studi episode ini. Faktor kunci yang menyebabkan hasil riset tersebut diperhitungkan dalam kebijakan di Kota Balikpapan paling tidak karena enam hal. Pertama, keterbukaan pimpinan daerah kota pada bukti dari hasil riset. Kedua, keterencanaan pemerintah daerah untuk mencapai goal yang ingin dicapai. Ketiga, hasil penelitian disampaikan secara sederhana dalam indeks komposit dan kategori warna pencapaian. Keempat, rekomendasi diberikan secara detail sehingga bisa diadopsi langsung dalam kebijakan. Kelima, adanya kepercayaan pengambil kebijakan pada peneliti yang lahir dari empat faktor sebelumnya. Keenam, lingkungan kebijakan yang kondusif

    Informasi Menguatkan Kebijakan: Studi Episode Komitmen Kota Denpasar Mewujudkan Kebijakan Integrasi Kota Layak Anak, Kota Ramah Lansia, dan Ruang Terbuka Hijau dalam Kota Sehat

    Full text link
    Studi Episode ini menuturkan perjalanan terbentuknya kebijakan integrasi Kota Layak Anak, Kota Ramah Lansia dan Ruang Terbuka Hijau dalam Kota Sehat di Kota Denpasar. Studi yang mengurai bagaimana suatu riset Asesmen Kota Ramah Lanjut Usia yang dilakukan SurveyMETER dan CAS UI tahun 2013 serta faktor-faktor berpengaruh lainnya dapat memperkuat kebijakan. Ada lima faktor berpengaruh yang ditemukan dalam studi episode ini. Pertama, keinginan pemerintah kota yang adaptif dan terencana. Kedua, adanya pemimpin pemerintah daerah yang memiliki pola pikir efisien dan berani berinovasi. Ketiga, adanya kepercayaan pembuat kebijakan pada peneliti. Keempat, riset memberikan rekomendasi yang rinci tentang indikator, target dan usulan periode pencapaian, yang bisa diadopsi langsung oleh pengambil kebijakan. Kelima, kejelasan komunikasi, dimana informasi hasil riset disampaikan secara sederhana

    Two of Ten Elderly Have Dementia When Entering Age of 70 Years Old

    Full text link
    Life expectancy of Indonesia has increased in the few decades; it has now reached the age of 70 years. As age increases, the risk of degenerative diseases, like dementia is also increasing. As many as 60-70% of dementia cases are Alzheimer\u27s disease. However, there is only limited information on the prevalence rate of dementia in Indonesia. Early detection of dementia and knowing its prevalence rate is very important especially, since in most progressive case of dementia, including the Alzheimer\u27s disease, there is no known cure

    Education, Vulnerability, and Resilience After a Natural Disaster

    Full text link
    The extent to which education provides protection in the face of a large-scale natural disaster is investigated. Using longitudinal population-representative survey data collected in two provinces on the island of Sumatra, Indonesia, before and after the 2004 Indian Ocean tsunami, we examine changes in a broad array of indicators of well-being of adults. Focusing on adults who were living, before the tsunami, in areas that were subsequently severely damaged by the tsunami, better educated males were more likely to survive the tsunami, but education is not predictive of survival among females. Education is not associated with levels of post-traumatic stress among survivors 1 year after the tsunami, or with the likelihood of being displaced. Where education does appear to play a role is with respect to coping with the disaster over the longer term. The better educated were far less likely than others to live in a camp or other temporary housing, moving, instead, to private homes, staying with family or friends, or renting a new home. The better educated were more able to minimize dips in spending levels following the tsunami, relative to the cuts made by those with little education. Five years after the tsunami, the better educated were in better psycho-social health than those with less education. In sum, education is associated with higher levels of resilience over the longer term

    Angka Prevalensi Demensia, Perlu Perhatian Kita Semua

    Full text link
    Kurang dari empat tahun Indonesia akan memiliki struktur penduduk yang tua, yaitu persentase penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih paling tidak 10%. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia terjadi juga peningkatan jumlah penduduk dengan penyakit degeneratif seperti demensia. Sebanyak 60-70 % demensia, merupakan demensia Alzheimer. Demensia Alzheimer (pikun) merupakan penyakit degeneratif dimana terjadinya penurunan fungsi otak yang mempengaruhi emosi, daya ingat, pengambilan keputusan, perilaku dan fungsi otak lainnya hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada saat ini belum diketahui secara pasti berapa banyak lanjut usia di Indonesia yang mengalaminya. Pengetahuan masyarakat tentang demensia Alzheimer (pikun) sebagai sebuah penyakit juga masih kecil. Sebagian besar masyarakat menganggap demensia Alzheimer (Pikun) sebagai bagian dari proses penuaan yang sifatnya alami. Di sisi lain penyakit demensia alzheimer belum ada obatnya sehingga deteksi dini sangat perlu dilakukan, termasuk angka prevalensi pada masyarakat perlu diketahui untuk mengetahui beban dari komunitas dan pelayanan kesehatan. Salah satu tujuan dari survei demensia di D I Yogyakarta yang dilakukan oleh SurveyMETER pada tahun 2016 dengan support dari Knowledge Sector Initiative DFAT adalah untuk mendapatkan prevalensi demensia. Survey ini dibangun dari hasil studi Demensia di Jakarta dan juga dari Survei Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) atau Indonesia Family Life Survey (IFLS). DI Yogyakarta merupakan provinsi dengan persentase jumlah lanjut usia terbanyak di Indonesia. Persentase lanjut usia Indonesia 15 tahun lagi terlihat di D I Yogyakarta sekarang. Angka prevalensi demensia dari survei demensia di D I Yogyakarta menunjukan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka prevalensi pada tingkat internasional. Seberapa besar lebih tingginya tingkat prevalensi demensia pada setiap kelompok umur, tempat tinggal dan implikasinya dipaparkan dalam policy brief ini

    Iron Deficiency and the Well-being of Older Adults: Early Results From a Randomized Nutrition Intervention

    Full text link
    Iron deficiency is widespread throughout the developing world. We provide new evidence on the effect of iron deficiency on economic and social prosperity of older adults drawing on data from a random assignment treatment-control design intervention. The Work and Iron Status Evaluation is an on-going study following over 17,000 individuals in Central Java, Indonesia. Half the respondents receive a treatment of 120 mg of iron every week for a year; the controls receive a placebo. Compliance is monitored carefully. Results from the first six months of the intervention are presented for adults age 30 through 70 years. Males who were iron deficient prior to the intervention and who are assigned to the treatment are better off in terms of physical health, psycho-social health and economic success. These men are more likely to be working, sleep less, lose less work time to illness, are more energetic, more able to conduct physically arduous activities and their psycho-social health is better. There is evidence that economic productivity of these males also increased. Among iron-deficient males assigned to the treatment who were also self-employed prior to the baseline, hourly earnings rose substantially and so they earned more on a monthly basis. Benefits for women are in the same direction but the effects are more muted. The results provide unambiguous evidence in support of the hypothesis that health has a causal effect on economic prosperity of males during middle and older ages

    Satu Langkah Menuju Impian Lanjut Usia Kota Ramah Lanjut Usia 2030: Kota Surakarta

    Full text link
    Studi Asesmen Kota Ramah Lanjut Usia 2013 dilakukan di 14 kota di Indonesia yaitu Jakarta Pusat, Medan, Surabaya, Bandung, Semarang, Makassar, Mataram, Yogyakarta, Denpasar, Balikpapan, Payakumbuh, Depok, Surakarta, dan Malang. Kota Surakarta termasuk kualiikasi kota kecil di antara 14 kota wilayah studi. Populasi lanjut usia Kota Surakarta cukup tinggi. Menurut data Sensus 2010, jumlah lanjut usia 60+ Kota Surakarta mencapai 9%. Persentase tersebut lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 7%. Hal ini dapat terjadi karena, salah satunya, dipengaruhi oleh semakin meningkatnya usia harapan hidup di kota ini. Usia harapan hidup Kota Surakarta sudah mencapai 72 tahun dibanding usia harapan hidup nasional yang hanya mencapai 70,7. Disamping itu, urbanisasi dan persentase penduduk di kota juga mengalami peningkatan pesat di Indonesia termasuk di Kota Bandung. Urbanisasi terjadi sebagai pengaruh dari tiga hal yaitu pertumbuhan alami, perpindahan dari perdesaan ke perkotaan, dan Perubahan klasifikasi pedesaan ke perkotaan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan sudah menyentuh angka 42,1%, dan di tahun 2025 diproyeksikan mencapai 67,5%. Di tahun tersebut provinsi di Jawa dan Bali memiliki tingkat urbanisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan Indonesia secara umum

    Satu Langkah Menuju Impian Lanjut Usia Kota Ramah Lanjut Usia 2030: Kota Surabaya

    Full text link
    Studi Asesmen Kota Ramah Lanjut Usia 2013 dilakukan di 14 kota di Indonesia yaitu Jakarta Pusat, Medan, Surabaya, Bandung, Semarang, Makassar, Mataram, Yogyakarta, Denpasar, Balikpapan, Payakumbuh, Depok, Surakarta, dan Malang. Kota Surabaya termasuk kualiikasi kota besar di antara 14 kota wilayah studi. Kota Surabaya termasuk kota yang memiliki persentase pertumbuhan lanjut usia cukup tinggi. Menurut data Sensus 2010, jumlah lanjut usia 60+ Kota Surabaya mencapai 7%. Hal ini dapat terjadi karena, salah satunya, dipengaruhi oleh semakin meningkatnya usia harapan hidup, di mana usia harapan hidup kota Surabaya mencapai 71 tahun. Disamping itu, urbanisasi dan persentase penduduk di kota juga mengalami peningkatan pesat di Indonesia termasuk di Kota Surabaya. Urbanisasi terjadi sebagai pengaruh dari tiga hal yaitu pertumbuhan alami, perpindahan dari perdesaan ke perkotaan, dan Perubahan klasifikasi pedesaan ke perkotaan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan sudah menyentuh angka 42,1%, dan di tahun 2025 diproyeksikan mencapai 67,5%. Di tahun tersebut provinsi di Jawa dan Bali memiliki tingkat urbanisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan Indonesia secara umum
    corecore