4 research outputs found

    Makna Belajar dalam Perjanjian Lama dan Implementasinya Bagi PAK Masa Kini

    Full text link
    Sejak lahir manusia mengalami proses tumbuh kembang fisik, jiwa, dan akal pikiran yang disertai dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar juga terjadi dalam pendidikan agama Kristen, di mana yang menjadi objek belajar adalah Firman Tuhan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti menerapkan pendekatan eksposisi kata belajar yang terdapat di Perjanjian Lama, sehingga mendapatkan makna kata belajar.Kata belajar dalam Perjanjian Lama ditulis dalam dua kata yaitu; pertama, kata לָמַד lamad yang bermakna belajar merupakan proses mendalami, memahami sampai mampu melakukan atau menerapkannya dalam kehidupan. Kedua, kata לַהַג laºhag yang bermakna belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan saja, sehingga dalam pendidikan agama Kristen, proses belajar yang dilakukan peserta didik jangan hanya sampai pada mendapatkan pengetahuan saja (firman Tuhan), melainkan harus sampai kepada menerapkan atau melakukannya (firman Tuhan) dalam kehidupan sehari-hari

    Keseimbangan Pertumbuhan Spiritual dan Intelektual: Teladan Yesus dan Paulus Bagi Hamba Tuhan Masa Kini

    Full text link
    Ketidakseimbangan antara spiritualitas dan intelektualitas terbukti sering mengganggu pertumbuhan pelayanan hamba-hamba Tuhan. Bahkan ketidakseimbangan itu bisa menjerumuskan hamba Tuhan dalam kesesatan dan kejatuhan. Melalui studi Alkitab (eksegesa) dan penelitian kualitatif, peneliti mencoba memahami keteladanan Yesus dan Paulus sebagai model pertumbuhan yang seimbang antara spiritualitas dan intelektualitas. Dari pembahasan ditemukan kebenaran penting bahwa Yesus dan Paulus adalah figur-figur pelayan yang melayani dengan kompetensi ganda: spiritual dan intelektual. Kompetensi ganda itu dikembangkan dalam rangka menunaikan tugas pelayanan. Pengembangan kompetensi ganda itu berdasarkan Alkitab, Firman Tuhan. Mengacu pada Yesus dan Paulus, hamba Tuhan masa kini juga harus bertumbuh seimbang dalam kompetensi ganda itu. Keseimbangan antara spiritualitas dan intelektualitas menjadikan hamba Tuhan lebih sehat secara rohani, terjaga dari kesesatan, kritis dan cerdas, namun tetap menyala-nyala di dalam Roh Kudus. Kompetensi ganda akan memampukan hamba Tuhan masa kini melakukan pelayanan-pelayanan besar. Dan ketika keberhasilan itu diperoleh, kompetensi ganda itu akan menjaga agar hamba Tuhan tidak terjatuh. Kata kunci: spiritualitas, intelektualitas, keseimbangan, pelayanan, Alkitabiah. The imbalance between spirituality and intellect has often been shown to disrupt the growth of the ministry of God's servants. Even that imbalance can plunge the servant of God in error and fall. Through Bible study (exegesis) and qualitative research, researchers try to understand Jesus and Paul as models of balanced growth between spirituality and intellect. From the discussion I discovered the important truth, that Jesus and Paul are servant figures who serve with multiple competencies: spiritual and intellectual. Double competency was developed in order to fulfill service duties. The development of multiple competencies is based on the Bible, God's Word. Referring to Jesus and Paul, God's servants today must also grow in balance in that dual competence. The balance between spirituality and intellect makes the Lord's servant have spiritual health, maintained from heresy, critical and intelligent, but still on fire in the Holy Spirit. Multiple competencies will enable God's servants today to carry out great services. And when the success is obtained, that dual competence will keep the servants of God from falling

    Perempuan dan Peribadatan Menurut 1 Timotius 2:9-15

    Full text link
    Kesetaraan Gender antara pria dan wanita adalah masalah yang masih sering diperdebatkan hingga saat ini. Keterlibatan perempuan dalam pelayanan juga masih menuai pro dan kontra di kalangan gereja. Beberapa gereja ada yang menyetujui keterlibatan perempuan dalam peribadatan, namun sebagian gereja masih merasa keberatan akan hal itu. Melihat akan hal ini penulis melalukan penelitian ini dengan menelaah teks 1 Timotius 2:9-15. Metodologi yang penulis gunakan dalam menelaah teks tersebut eksegesis tekstual dengan memerhatikan latar belakang surat, gramatikal dan konteks. Metode ini sangat baik digunakan untuk menguraikan teks tersebut. Dengan menggunakan metode ini diharapkan, pembaca dapat memahami apa yang dimaksudkan Paulus dalam teks1 Timotius 2:9-15 berkaitan dengan Perempuan dan Peribadatan. Pada dasarnya Paulus menulis surat bukan ditujukan untuk memisahkan derajat status sosial antara laki-laki dan perempuan, melainkan justru Paulus sangat menghargai harkat dan martabat perempuan
    corecore