12 research outputs found

    Jenis-jenis Vegetasi Riparian Sungai Ranoyapo, Minahasa Selatan

    Full text link
    Ekosistem riparian terletak di tepian sungai yang terkena banjir. Ekosistem riparian memiliki fungsi ekologis sebagai penyanggah bagi ekosistem teresterial dan akuatik. Pencemar yang masuk ke Sungai Ranoyapo, Minahasa Selatan dapat menurunkan kualitas air Sungai Ranoyapo. Pentingnya fungsi vegetasi riparian dalam mempertahankan kualitas air Sungai Ranoyapo membutuhkan penelitian tentang vegetasi riparian. Penelitian ini bertujuan menganalisis jenis-jenis vegetasi riparian Sungai Ranoyapo, Minahasa Selatan. Hasil penelitian akan sangat bermanfaat sebagai data base dalam penelitian selanjutnya yang terkait dengan DAS Ranoyapo dan kualitas sungai Ranoyapo. Penelitian dilakukan di bagian hulu dan tengah pada Mei-Oktober 2013. Metode yang dilakukan yaitu survei dan analisis data secara deskriptif. Pola penggunaan lahan di sepanjang Sungai Ranoyapo dari hulu hingga tengah bervariasi namun umumnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Jenis-jenis tanaman di zona riparia misalnya padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kelapa (Cocos nucifera), ubi (Manihot utilissima), coklat (Theobroma cacao) dan cengkeh (Syzygium aromaticum). Vegetasi riparian alami termasuk anggota dari berbagai suku antara lain suku Poaceae, Cyperaceae, Asteraceae, Lamiaceae, Campanulaceae, Euphorbiaceae, Malvaceae, Acanthaceae, Amaranthaceae, Commelinaceae, Mimosaceae, Fabaceae, Dryopteridaceae, dan Urticaceae. Jenis vegetasi riparian alami tumbuhan bawah antara lain Wedelia trilobata, Digitaria, Eupatorium odoratum, Ageratum conyzoides dan Mikania micrantha. Tumbuhan berupa pohon yaitu Ficus sp., Macaranga sp., dan Terminalia catappa

    Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Ranoyapo, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara

    Full text link
    MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS DALAM MENENTUKAN KUALITAS AIR SUNGAI RANOYAPO, MINAHASA SELATAN, SULAWESI UTARA ABSTRAK Sungai Ranoyapo merupakan sungai terpanjang di Wilayah Minahasa dengan panjang sekitar 60, 5 Km. Sungai Ranoyapo adalah sungai utama DAS Ranoyapo yang memiliki luas sekitar 87,154 Ha. Sungai Ranoyapo melintasi kawasan pertanian, perkebunan, permukiman penduduk, dan industri. Limbah yang berasal dari kawasan tersebut mempengaruhi kualitas air Sungai Ranoyapo. Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Ranoyapo berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada musim hujan yaitu Januari-Maret 2013. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir sungai dengan 3 ulangan di tiap lokasi. Kualitas air Sungai Ranoyapo ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos dari Shannon Wiener (H') menurut kriteria Staub et al (1970). Makrozoobentos di Sungai Ranoyapo terdiri dari 3 Filum, 5 Kelas, 13 Bangsa, 21 Suku, dan 23 Marga. Indeks keanekaragaman makrozoobentos dari Stasiun I (hulu), Stasiun II (tengah) dan Stasiun III (hilir) yaitu 2,43; 2,06; dan 1,77. Kualitas air Sungai Ranoyapo di Stasiun I dan di Stasiun II telah tercemar ringan dengan indeks H': 2,0 – 3,0 (H'>2). Kualitas air Sungai Ranoyapo di Stasiun III telah tercemar sedang dengan indeks H' sekitar 1,0 – 2,0 (H' 2.0) and at down was moderately polluted with index H ': 1.0 to 2.0 (H' <2)

    Keanekaragaman Vegetasi Riparian di Sungai Tewalen, Minahasa Selatan-Sulawesi Utara

    Full text link
    KEANEKARAGAMAN VEGETASI RIPARIAN DI SUNGAI TEWALEN, MINAHASA SELATAN - SULAWESI UTARAABSTRAK Vegatasi riparian merupakan sumberdaya alam yang mudah terganggu akibat aktivitas manusia misalnya konversi riaria menjadi lahan permukiman, pertanian dan industri. Vegetasi riparian dapat berfungsi mempertahankan kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman vegetasi riparian di Sungai Tewalen, Minahasa Selatan - Sulawesi Utara. Metode purposive digunakan untuk menentukan lokasi dan pengelompokan berdasarkan kriteria pertumbuhan untuk memperoleh data kekayaan jenis dan kelimpahan. Sebanyak 3 stasiun penelitian ditentukan yaitu hulu, tengah dan hilir. Tiga ulangan dilakukan di tiap stasiun. Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan Indeks keanekaragaman jenis Shannon - Wienner (H\u27), Indeks Kemerataan dan Indeks Kesamaan Jenis Sorensen. Kekayaan jenis egetasi riparian sebanyak lima puluh enam (56) jenis yeng termasuk dalam tiga puluh (30) suku. Tiga (3) suku terbesar yaitu Poaceae (22%), Cyatheaceae (13%) dan Araceae (11%). Keanekaragaman vegetasi riparian pada tingkat rumput hingga pohon di lokasi penelitian termasuk sedang (H\u27 1≀ H ≀ 3). Vegetasi riparian di Sungai Tewalen secara umum memiliki tingkat kemerataan yang tinggi yaitu mendekati 1 yang menunjukkan jumlah individu masing-masing jenis sama atau tidak jauh berbeda. Kesamaan jenis antar stasiun penelitian rendah yang menunjukkan adanya perbedaaan komunitas vegetasi riparian antar stasiun. Kata kunci: Vegetasi riparian, Sungai Tewalen, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara RIPARIAN VEGETATION DIVERSITY OF TEWALEN RIVER,SOUTH MINAHASA REGENCY- NORTH SULAWESI ABSTRACT Riparian vegetation is natural resource easily disturbed by human activities such as conversion of riparia to be settlement, agriculture and industry areas. Riparian vegetation serves to maintain water quality. This study aimed to analyze the diversity of riparian vegetation of Tewalen River, South Minahasa - North Sulawesi. Purposive sampling method was used to determine the locations and grouping based on growth criteria to obtain data on species richness and abundance. Three (3) research locations were determined that were up, mid and downstream parts. Three replications were applied at each location. Data were analyzed descriptively based on species diversity index Shannon - Wienner (H \u27), Evenness Index and Sorensen Similarity Index. Species richness of riparian vegetation were fifty-six (56) species were grouped into thirty (30) families. The biggest families were Poaceae (22%), Cyatheaceae (13%) and Araceae (11%). Riparian vegetation diversity from grass to trees were moderate (H \u271≀ H ≀ 3). Generally, riparian vegetation of Tewalen River had high evenness (close to 1) that showed the number of individuals of each species were same or not different. The low index of species similarity between stations showed the differences riparian vegetation communities between stations

    Populasi Kupu-kupu (Lepidoptera ) di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara

    Full text link
    POPULASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA ) DI PULAU MANTEHAGE, SULAWESI UTARA ABSTRAK Kupu-kupu berperan penting dalam ekosistem dan dapat membantu proses penyerbukan pada tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji populasi kupu-kupu di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. Pengambilan sampel kupu-kupu dilakukan dari Maret sampai Mei 2013 di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. Kupu-kupu dikoleksi dengan menggunakan metode sweeping yang diterapkan secara acak sepanjang 500m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kupu-kupu di Pulau Mantehage ada 19 spesies yang termasuk ke dalam 4 famili yaitu Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae dan Riodinidae. Spesies kupu-kupu yang paling banyak ditemukan yaitu Catopsilia scylla asema. Famili yang paling banyak ditemukan yaitu Famili Nymphalidae dengan jumlah spesies sebanyak 11 spesies. Kupu-kupu yang paling sedikit yaitu Famili Riodinidae yang memiliki jumlah satu spesies. Kata kunci : Populasi kupu-kupu, Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. POPULATION OF BUTTERFLY (LEPIDOPTERA) IN MANTEHAGE ISLAND, NORTH SULAWESI ABSTRACT Butterfly has ecological functions for pollination and as biodicator of ecosystem change. This study was conducted for studying butterfly population in Mantehage Island, North Sulawesi. Butterfly sampling conducted in March until May 2013 in Mantehage island, North Sulawesi. Butterfly were collected by using random sweeping along 500 m. The result showed there were 19 species in 4 families i.e. Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae dan Riodinidae. The most commonly butterfly found was Catopsilia scylla asema. The most common family was Nymphalidae with numbers of species were 11 species. The least family was Riodinidae with only 1 species

    Kualitas Air Sungai Cisadane, Jawa Barat - Banten

    Full text link
    KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE, JAWA BARAT - BANTEN Ratna Siahaan1), Andry Indrawan2), Dedi Soedharma2), dan Lilik B.Prasetyo2) 1)Mahasiswa S3 Sekolah Pascasarjana IPB, Dosen Universitas Sam Ratulangi; e-mail:[email protected]; 2)Dosen Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor ABSTRAK Sungai Cisadane memiliki fungsi dan nilai untuk kesejahteraan manusia dan hidupan liar yang hidup di dalam sungai. Kegiatan manusia yang memanfaatkan air sungai dan membuang sampah/limbah ke Sungai Cisadane dapat menurunkan kualitas air Sungai Cisadane. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air S.Cisadane berdasarkan faktor fisika dan kimia air sungai. Penelitian dilakukan di sembilan (9) titik di sepanjang Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir pada Agustus-November 2011. Hasil menunjukkan jika air Sungai Cisadane telah tercemar. Secara umum, kualitas air Sungai Cisadane di bagian hulu dan tengah (Stasiun 1-6) masih dapat dipergunakan sebagai air untuk Peruntukan Kelas 2 (PP.No.82/2001) dengan kualitas air tercemar ringan. Namun, air Sungai Cisadane di bagian hilir (Stasiun 7-8) hanya untuk Peruntukan Kelas 3 dan 4 dan dikategorikan tercemar parah. Kata kunci: kualitas air, sungai Cisadane WATER QUALITY OF CISADANE RIVER, WEST JAVA-BANTEN ABSTRACT Cisadane River has functions and values for human welfare and wildlife. Human activities in using river water and dumping waste to the river could decrease water quality of Cisadane River. The aim of this research was to analysis water quality of Cisadane River based on physical and chemical factor. Water sampling was conducted along Cisadane River from up to downstream at nine (9) stations. Result showed that Cisadane River is polluted. Generally, water quality of Cisadane River in up and middle part (Station 1-6) could be used for purposes as in Class 2 (Gov.Reg/PP No.82/2001) and classified into moderately polluted. But, water quality of down Cisadane River (Station 7-9) only for Class 3 and 4 that categorized into heavily polluted

    Struktur dan Komposisi Fitoplankton di Bagian Hulu Sungai Saluesem, Minahasa, Sulawesi Utara

    Full text link
    STRUKTUR DAN KOMPOSISI FITOPLANKTON DI BAGIAN HULU SUNGAI SALUESEM, MINAHASA, SULAWESI UTARA Amanda T.C Nalang1), Herni E.I. Simbala1), Nio Song Ai1), Ratna Siahaan1) ABSTRAK Sungai Saluesem termasuk perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang berasal dari Gunung Mahawu, Minahasa dan bermuara ke Teluk Manado yang terletak di Kota Manado, Sulawesi Utara. Hulu sungai merupakan daerah konservasi tanah dan air yang sangat penting dalam mempertahankan kualitas air Sungai Saluesem dari hulu hingga hilir. Kegiatan manusia dari permukiman, pertanian dan peternakan yang terus meningkat di hulu Sungai Saluesem dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas perairan. Tujuan penelitian adalah menganalisis struktur dan komposisi fitoplankton bagian hulu Sungai Saluesem, Minahasa, Sulawesi Utara. Penelitian dilaksanakan dari Oktober 2014 sampai Desember 2014. Penelitian menggunakan metode purposive random sampling. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan di tiap titik pengamatan, dengan demikian terdapat enam titik (2 x 3) pengamatan di hulu.Fitoplankton yang didapatkan di hulu Sungai Saluesem sebanyak 1700 individu dari 32 spesies dan 3 kelas. Kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan Cyanophyceae. Kepadatan tertinggi berasal dari Kelas Bacillariophyceae 2214 individu/m3 (84%) diikuti Kelas Chlorophyceae 349 individu/m3 (13%) lalu Cyanophyceae 72 individu/m3 (3%). Indeks keanekaragaman di Hulu Sungai Saluesem yaitu 2,92 yang termasuk keanekaragaman sedang. Distribusi Spesies fitoplankton di bagian hulu merata dengan indeks kemerataan (E) yaitu 0,64. Tidak ada spesies fitoplankton yang mendominasi di Hulu Sungai dengan indeks dominansi mendekati nol yaitu 0,18. Kualitas air Sungai Saluesem bagian hulu dikategorikan tercemar ringan dengan indeks H' yaitu 2,92. Sumber pencemaran di lokasi penelitian diduga berasal dari kegiatan rumahtangga (MCK) dan peternakan. Kata Kunci: Sungai Saluesem, Struktur Fitoplankton, Komposisi fitoplankton, Kualitas Air, Sulawesi Utara STRUCTURE AND COMPOSITION OF PHYTOPLANKTON OF UPSTREAM SALUESEUM RIVER, MINAHASA, NORTH SULAWESI ABSTRACT Saluesem River is a lotic ecosystem that started from Mahawu Mountain, Minahasa and to Manado Bay, North Sulawesi. Upstream Salusem River is an important soil and water conservation area for to maintain quality of Salusem River from upstream to downstream. Increasing human activities from settlement, agriculture and animal husbandry can decrease quality of Salusem River. The aim of this research was to analysis phytoplankton structure and composition of upper Salusem River, Minahasa, North Sulawesi. The research was conducted from October 2014 to December 2014. The study applied purposive random sampling method with three repetitions. The number of phytoplanktons were 1700 individuals from 32 species and 3 classes, namely Bacillariophyceae, Chlorophyceae, and Cyanophyceae. The highest density is Bacillariophyceae 2214 ind/m3 (84%) followed by Chlorophyceae 349 ind/m3 (13%) and Cyanophyceae 72 ind/ m3 (3%). The diversity index of Saluesem River phytoplankton is 2.92 categorized into middle diversity. Evenness Index is 0.64 showed equal distribution. There is no dominant species showed by dominance index is 0.18. Based on diversity index H' is 2.92, water quality of Salusem River upstream are categorized into light pollution. Different sources of pollution were household, agriculture, animal husbandary activities
    corecore