87 research outputs found

    ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

    Get PDF
    ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe DAN Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo. Penambahan unsur pemadu serta perlakuan mekanik dan termal pada logam paduan berbasis zirconium, sangat berpengaruh terhadap struktur mikro yang terbentuk pada paduan tersebut. Oleh karena itu analisis pola difraksi yang terkait dengan struktur mikro paduan sangat penting untuk dilakukan. Analisis pola difraksi telah dilakukan untuk mempelajari karakteristik mikrostruktur ingot paduan zirlo (Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe) dan zirlo-Mo (Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo). Analisis dilakukan terhadap pola difraksi ingot awal dari kedua paduan dan yang telah mengalami proses  β-quenching serta perolan panas. Analisis pola difraksi ini adalah untuk mempelajari pengaruh proses perlakuan β-quenching, rol panas serta penambahan Mo pada paduan zirlo terhadap perubahan orientasi bidang, microstrain serta besaran rerata ukuran domain terboboti volume (ukuran kristalit). Ingot logam zirlo dan zirlo-Mo yang telah dipotong, serta cuplikan hasil perlakuan β-quenching dan perolan panas dilakukan preparasi untuk mendapatkan benda uji kristalografi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa proses β-quenching dan perolan panas memberikan pengaruh terhadap orientasi bidang, microstrain dan besaran rerata ukuran domain terboboti volume. PROFILE LINE DIFFRACTION ANALYSIS OF Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe AND Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo ALLOYS. The addition of alloying  elements  as well as mehanical and thermal treament to metal zirconium based alloys have significant effects on the microstructure of the alloys. Analysis of profile line diffraction associated with alloys microstructure is therefore important to be done.  In this research, profile line diffraction has been done to study the characteristic of zirlo (Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe) and zirlo-Mo (Zr-1%Sn-1%Nb-0,1%Fe- 0,5%Mo) ingot alloys.  Diffraction pattern analysis was done to both initial ingots and alloys which have undergone β-quenching and hot rolled process.  Diffraction pattern analysis is aimed to study the effect of β-quenching, hot rolled process and the addition of Mo on changes on plane orientation, microstrain and the average volume-weighted domain size (crystallite size).  Cuts of  zirlo and zirlo-Mo and  samples of β-quenching and hot rolled process alloys were used for the preparation of crystallography specimens.  The analysis results show that β-quenching and hot rolled process have influenced the plane orientation, microstrain and its average volume-weighted domain size

    Structural and Electrochemical Analysis of SmBa0.8Sr0.2Co2O5+δ Cathode Oxide for IT-SOFCs

    Get PDF
    The double perovskite SmBa0.8Sr0.2Co2O5+δ (SBSC82) was prepared using a conventional technique and evaluated as solid oxide fuel cells (SOFCs) cathode material which operates at intermediate temperatures. The SBSC82 cathode powder was produced using the solid-state reaction technique and an alumina ball as a grinder. XRD was used to determine the cathode powder structure, and the microstructure was analyzed using SEM. The oxygen content (δ) for the SBSC82 cathode was recorded by a thermogravimetric analyzer. Powder patterns and lattice parameters were detected using General Structure Analysis System (GSAS) software. The symmetrical cell was examined using a Voltalab PGZ 301 potentiostat. The δ of SBSC82 cathode reached 5.68, 5.43, and 5.22 at 400 oC, 600 oC, and 800 oC. It was found that SBSC82 oxide shows a simple perovskite-type structure with tetragonal P4/mmm. The polarization resistance (Rp) of the symmetrical cell with SDC|SBCS82|SDC configuration reached of 0.420 Ωcm2, 0.091 Ωcm2, and 0.041 Ωcm2 at 650 oC, 750 oC, and 850 oC, respectively. Single cell specimen achieves a power density of 377 mW/cm2 under humidified air/hydrogen

    KARAKTERISTIK INGOT PADUAN U-Zr-Nb PASCA PROSES QUENCHING

    Get PDF
    Telah dilakukan percobaan perlakuan panas (quenching) paduan U-Zr-Nb yang bervariasi komposisi Nb. Ingot paduan U-Zr-Nb dengan komposisi Nb yang bervariasi yakni 1%, 4% dan 7% dan komposisi Zr tetap 10% dibuat melalui peleburan logam U, Zr dan Nb di dalam tungku busur listrik. Percobaan perlakuan panas (quenching) dimaksudkan untuk mengubah fasa άU yang tidak stabil menjadi fasa gU yang stabil.  Pada percobaan quenching, ingot paduan U-10Zr-1Nb, U-10Zr-4Nb, U-10Zr-7Nb  dimasukkan ke dalam ampul  yang terbuat dari pelat baja  kemudian dimasukkan ke dalam tungku pemanasan dan dipanaskan pada temperatur  900 oC  serta ditahan selama 2 jam untuk selanjutnya didinginkan dengan cepat di dalam air. Setelah diquenching dikenai pengujian fasa dan pemeriksaan mikrostruktur. Pengujian fasa dilakukan menggunakan difrkasi sinar X (XRD)  yang datanya diolah menggunakan software High Score, sedangkan pemeriksaan mikrostrutur menggunakan mikroskop optik. Hasil pengujian dengan XRD menunjukkan bahwa paduan  U-10Zr-1Nb sebelum diquenching terdiri dari fasa αU, paduan U-10Zr-4Nb terdiri dari fasa αU  sebesar 23,1504 % dan fasa γU sebesar 76,8495 %, sedangkan pada U-10Zr-7Nb  terdiri dari fasa αU sebesar 34,1873 %  dan fasa γU sebesar  65,8127 %. Untuk paduan U-10Zr-1Nb setelah  diquenching  terdiri fasa  αU,  paduan U-10Zr-4Nb terdiri dari fasa αU  sebesar  44.6711 % dan fasa γU sebesar  55.3289 %, paduan U-10Zr-7Nb  terdiri dari fasa αU sebesar 17.9918 % dan fasa γU sebesar 82.0082 %.  Hasil analisis densitas teoritis terhadap fasa yang terbentuk pada paduan U-10Zr-1Nb, U-10Zr-4Nb, U-10Zr-7Nb  baik sebelum maupun setelah diquenching diperoleh bahwa  ingot paduan U-10Zr-1Nb, U-10Zr-4Nb, U-10Zr-7Nb  menunjukkan bahwa densitas fasa αU dan fasa γU mengalami penurunan sedikit apabila kandungan Nb semakin rendah. Sementara itu, hasil pemeriksaan mikrostruktur menunjukkan bahwa pada kandungan Zr yang semakin tinggi (7% Nb) terbentuk butir lebih kecil (halus) setelah mengalami quenching. Dapat disimpulkan bahwa proses quenching paduanU-10Zr-1Nb, U-10Zr-4Nb, dan U-10Zr-7Nb  akan mengubah  fasa yang ada dari fasa  αU menjadi fasa γU dan mikrostruktur. Kata kunci: Mikrostruktur, U-Zr-Nb, quenching, fasa, densitas

    Karakteristik Ingot Paduan U-Zr-Nb Pasca Proses Quenching

    Get PDF
    Telah dilakukan percobaan perlakuan panas (quenching) paduan U-Zr-Nb yang bervariasi komposisi Nb. Ingot paduan U-Zr-Nb dengan komposisi Nb yang bervariasi yakni 1%, 4% dan 7% dan komposisi Zr tetap 10% dibuat melalui peleburan logam U, Zr dan Nb di dalam tungku busur listrik. Percobaan perlakuan panas (quenching) dimaksudkan untuk mengubah fasa άU yang tidak stabil menjadi fasa gU yang stabil.  Pada percobaan quenching, ingot paduan U-10Zr-1Nb, U-10Zr-4Nb, U-10Zr-7Nb  dimasukkan ke dalam ampul  yang terbuat dari pelat baja  kemudian dimasukkan ke dalam tungku pemanasan dan dipanaskan pada temperatur  900 oC  serta ditahan selama 2 jam untuk selanjutnya didinginkan dengan cepat di dalam air. Setelah diquenching dikenai pengujian fasa dan pemeriksaan mikrostruktur. Pengujian fasa dilakukan menggunakan difrkasi sinar X (XRD)  yang datanya diolah menggunakan software High Score, sedangkan pemeriksaan mikrostrutur menggunakan mikroskop optik. Hasil pengujian dengan XRD menunjukkan bahwa paduan  U-10Zr-1Nb sebelum diquenching terdiri dari fasa αU, paduan U-10Zr-4Nb terdiri dari fasa αU  sebesar 23,1504 % dan fasa γU sebesar 76,8495 %, sedangkan pada U-10Zr-7Nb  terdiri dari fasa αU sebesar 34,1873 %  dan fasa γU sebesar  65,8127 %. Untuk paduan U-10Zr-1Nb setelah  diquenching  terdiri fasa  αU,  paduan U-10Zr-4Nb terdiri dari fasa αU  sebesar  44.6711 % dan fasa γU sebesar  55.3289 %, paduan U-10Zr-7Nb  terdiri dari fasa αU sebesar 17.9918 % dan fasa γU sebesar 82.0082 %.  Hasil analisis densitas teoritis terhadap fasa yang terbentuk pada paduan U-10Zr-1Nb, U-10Zr-4Nb, U-10Zr-7Nb  baik sebelum maupun setelah diquenching diperoleh bahwa  ingot paduan U-10Zr-1Nb, U-10Zr-4Nb, U-10Zr-7Nb  menunjukkan bahwa densitas fasa αU dan fasa γU mengalami penurunan sedikit apabila kandungan Nb semakin rendah. Sementara itu, hasil pemeriksaan mikrostruktur menunjukkan bahwa pada kandungan Zr yang semakin tinggi (7% Nb) terbentuk butir lebih kecil (halus) setelah mengalami quenching. Dapat disimpulkan bahwa proses quenching paduanU-10Zr-1Nb, U-10Zr-4Nb, dan U-10Zr-7Nb  akan mengubah  fasa yang ada dari fasa  αU menjadi fasa γU dan mikrostruktur. Kata kunci: Mikrostruktur, U-Zr-Nb, quenching, fasa, densitas

    Karakterisasi Densitas Grafit Sebagai Kandidat Bahan Reaktor Temperatur Tinggi

    Full text link
    -Characterization on graphite density has been done. The characterizations were done by analyzed X-ray diffraction pattern using Rietveld method compared to the density measurement according to ASTM C373 and ASTM C559. Microstructure observation by optical microscope was done to prove the density characteristic of graphite electrode. The results showed the graphite electrode was 2H graphite allotrope with hexagonal crystal system and its space group is P 63 m c. Rietveld analysis for lattice parameter was achieved at a=2,4627 Å and c=6,7215 Å, with density at 2,26 g/cm3. Density measurement based on ASTM C373 at 2,41 g/cm3, and based on ASTM C559 at 2,28 g/cm3. The observation microstructure appearance showed high density in graphite. The density measurement showed the graphite electrode has passed one criteria to be used in high temperature reactor

    Perilaku Elektrokimia Baja Tahan Karat SS 316 Dalam Media Nano Fluida

    Get PDF
    PERILAKU ELEKTROKIMIA BAJA TAHAN KARAT SS 316 DALAM MEDIA NANO FLUIDA. Korosi merupakan permasalahan umum yang sering terjadi pada logam dan paduannya. Metode pengujian secara elektrokimia merupakan salah satu metode yang tepat untuk mempelajari korosi logam dan paduannya dalam lingkungan tertentu. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi baja tahan karat SS 316 dalam media air demin dan nano fluida yang mengandung partikel nano ZrO2 dengan metode elektrokimia. Potensial korosi, polarisasi Tafel, dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) digunakan untuk mempelajari perilaku elektrokimia baja tahan karat SS 316 dalam media air demin dan nano fluida dengan variasi waktu perendaman selama 10, 60 dan 120 menit.  Hasil pengukuran terhadap potensial korosi baja tahan karat SS 316 dalam media air demin dan nanofluid menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya waktu perendaman. Hasil pengukuran konstanta Tafel anodik pada baja tahan karat SS 316 dalam media air demin dan nano fluida menunjukkan bahwa nilai konstanta Tafel naik dengan dengan bertambahnya waktu perendaman. Hasil analisis polarisasi Tafel ditunjukkan bahwa laju korosi baja tahan karat SS 316 dalam media air demin dan nanofluid tidak terlihat perbedaan yang berarti dan laju korosi cenderung turun seiring dengan bertambahnya waktu perendaman.  Hasil analsis dengan EIS pada baja tahan karat SS 316 menunjukkan bahwa nilai impedance yang tinggi dalam media nano fluida sehingga memiliki laju korosi yang rendah bila dibandingkan dalam media air demin. Analisis dengan difraksi sinar X (X-RD) menunjukkan bahwa fasa utama pada baja tahan karat SS 316 hasil pengujian korosi dalam media air demin dan nano fluida adalah γ-austenit. Baja tahan karat SS 316 mempunyai ketahanan korosi yang tinggi dalam media air demin dan nano fluida dengan laju korosi di bawah 1 MPY. Kata kunci: SS 316, korosi,  ZrO2, nano fluida, metode EI

    Cost Effectiveness of Human Papillomavirus Vaccination for Men Who have Sex with Men; Reviewing the Available Evidence

    Get PDF
    BACKGROUND: Men who have sex with men require special attention for human papillomavirus vaccination given elevated infection risks and the development of, in particular, anal cancer. OBJECTIVE: Our purpose was to review the cost effectiveness of human papillomavirus vaccination for both currently vaccine-eligible and non-eligible individuals, particularly the men-who-have-sex-with-men population, and synthesize the available evidence. METHODS: We systematically searched for published articles in two main databases (PubMed and EMBASE). Screening and data extraction were performed by two independent reviewers. The risk of bias was assessed using a validated instrument (Bias in Economic Evaluation, ECOBIAS). Methodological aspects, study results, and sensitivity analyses were extracted and synthesized to generate a consistent overview of the cost effectiveness of human papillomavirus vaccination in the men-who-have-sex-with-men population. RESULTS: From 770 identified articles, four met the inclusion criteria. Across the studies, human papillomavirus vaccination showed incremental cost-effectiveness ratios ranging from dominant to US96,146andUS96,146 and US14,000 to US$18,200 for tertiary prevention and primary prevention, respectively. The incremental cost-effectiveness ratio seemed most sensitive to vaccine efficacy, vaccine costs, and the incidence of anal cancer in the selected target populations. CONCLUSION: This review presents the human papillomavirus vaccine, both as a primary and adjuvant (tertiary) vaccination, as a potentially cost-effective strategy for preventing mainly-but not limited to only-anal cancer in men-who-have-sex-with-men populations

    Identifikasi Fasa Pelet Bahan Bakar U-ZrHx Hasil Proses Sinter Dengan Atmosfer Nitrogen

    Get PDF
    Identifikasi fasa bahan  bakar  pelet U-ZrHx hasil proses  sintering dengan atmosfer nitrogen telah dilakukan. Proses sintering dbertujuan untuk mendapatkan pelet yang mempunyai densitas lebih tinggi sehingga memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai bahan bakar Pressurized Water Reactor (PWR). Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui perubahan fasa dan densitas pelet U-ZrHx pada berbagai konsentrasi Zr setelah dikenakan proses sintering pada berbagai temperatur. Bahan bakar U-ZrHx untuk PWR dibuat berbentuk pelet dan perlu disinter untuk menaikkan densitasnya. Mula-mula dibuat pelet dari serbuk U-ZrHx dengan komposisi Zr berturut-turut sebesar 35, 45 dan 55 %berat melalui proses pengepresan pada tekanan 509-637 MPa. Pelet U-ZrHx mentah disinter dalam suasana gas nitrogen pada temperatur 1200 °C dan 1300 °C dengan waktu sinter dibuat tetap selama satu jam.  Pelet U-ZrHx sinter dianalisis fasanya menggunakan teknik difraksi sinar-X (XRD) dan data yang diperoleh dievaluasi menggunakan software HighScore Plus. Hasil pengolahan data menunjukkan terbentuknya fasa seperti fasa U(ZrH2), UO3, UO2, dan Zr. Fasa UO2, dan Zr kemudian dianalisis karakteristiknya seperti densitas, parameter kisi dan persentase beratnya. Hasil penelitian ini diharapkan diperoleh U-ZrHx yang mempunyai densitas tinggi tanpa terbentuknya banyak fasa. Hasil pengujian densitas menunjukkan bahwa logam zirkonium dan oksida UO2 mengalami penurunan densitas apabila temperatur sintering dinaikkan dari 1200 °C menjadi 1300 °C. Densitas total tertinggi diperoleh pada pelet U-55ZrHx yang disinter pada temperatur 1200 °C yakni sebesar 8,9187 g/cm3. Dari hasil analisis komposisi menunjukkan bahwa persentase logam zirkonium maupun uranium dioksida mendekati persentase yang direncanakan apabila pelet disinter pada temperatur 1300 sedangkan parameter kisinya mengalami kenaikan. Sementara itu dari perhitungan persen berat diperoleh logam zirkonium maupun uranium dioksida mempunyai persen berat yang sesuai dengan perhitungan teoritis bila disinter pada temperatur 1300  °C. Kata kunci: sintering, pelet U-ZrHx, fasa, atmosfer, nitrogen

    KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR KRISTAL SERBUK UO2 DARI YELLOW CAKE DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENGENDAPAN ADU

    Get PDF
    Karakterisasi Morfologi dan Struktur Kristal Serbuk UO2 Dari Yellow Cake Dengan Variasi Temperatur Pengendapan ADU. Telah dilakukan proses konversi uranium dari yellow cake yang berasal dari limbah pupuk fosfat, dengan melarutkan yellow cake tersebut dengan HNO3. Pemurnian dilakukan dengan proses ekstraksi yang menghasilkan larutan uranil nitrat hidrat (UNH). UNH diendapkan menjadi ammonium diuranat (ADU) dengan tiga variasi temperatur yaitu 65, 70 dan 75 oC. ADU dikalsinasi menjadi triuranium oktosida (U3O8) melalui uranium trioksida (UO3) yang kemudian di reduksi untuk mendapatkan serbuk UO2. Serbuk uranium oksida yang terbentuk dianalisa perbandingan O/U, struktur kristal dianalisis dari pola difraksi XRD dan morfologinya diamati menggunakan SEM. Diharapkan dari tiga variasi temperatur pengendapan yang dilakukan diperoleh temperatur optimum yang menghasilkan serbuk UO2 yang dapat sinter sesuai dengan ASTM C753-99. Hasil analisis diperoleh perbandingan O/U serbuk uranium oksida yang terbentuk rerata ±2. Analisis kuantitatif komposisi dari pola difraksi menggunakan aplikasi General Structure Analysis System (GSAS) diperoleh serbuk uranium oksida mengandung 95 wt% fasa UO2, struktur kristal kubik dengan space group F m -3 m dan parameter kisinya 5.467 Å. Morfologi serbuk UO2 yang terbentuk sangat halus, berukuran 500 nm sampai 1000 nm memiliki kecenderungan untuk beraglomerasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pengendapan ADU pada temperatur 70 oC menunjukkan temperatur yang optimum untuk memperoleh serbuk UO2 yang dapat sinter. Kata kunci: yellow cake, ammonium diuranat, serbuk uranium oksida Morphology and Crystal Structure Characterization On UO2 Powder From Yellow Cake With Variation precipitation ADU Temperature. The conversion process of uranium on yellow cake from phospate fertilizer waste has been done by dissolve it with HNO3. The purification done by extraction to result uranyl nitrate hydrate (UNH). UNH was settling into ammonium diuranat (ADU) with three variations temperature at 65, 70 and 75 oC. ADU was calcined into triuranium octoside (U3O8) through uranium trioxide (UO3) and it reduced to UO2 powder. O/U ratio calculation of uranium, crystal structure analysis from XRD diffraction pattern and morphology observation by SEM had been done. The expected result is obtanied the optimum temperature to produced sinterable UO2 powder accordance to ASTM C753-99. The result of O/U ratio for uranium oxide powder is ±2 with fraction of the phase UO2 for uranium oxide powder is 95 wt%, it structure crystal is cubic with space group F m -3 m and the lattice parameter for UO2 is 5.467 Å. Morphology of the UO2 powders formed with fine grain with size around 500 nm to 1000 nm, and tend to aglomeration. According the result, precipitated ADU temperature at 70 oC shows an optimum temperature to obtained the sinterable UO2 powder. Key word : yellow cake, ammonium diuranat, uranium oxide powde
    corecore