41 research outputs found

    Pengomposan Sampah Daun Angsana menggunakan Cacing Eisenia fetida dengan Penambahan MOL Nasi Basi

    Get PDF
    Pelabuhan Tanjuk Perak Surabaya memiliki fasilitas pengolahan sampah daun berupa rumah kompos. Sampah daun yang diolah merupakan hasil perantingan pohon angsana yang berada di taman dan sekitar jalan Pelabuhan Tanjung Perak. Pengolahan sampah daun di rumah kompos Pelabuhan Tanjung Perak menggunakan metode open windrow. Tahapan pengomposan hanya meliputi pencacahan dua kali, lalu ditumpuk di tempat terbuka beratap tanpa komposter. Hasil dari pengomposan tersebut belum maksimal, dikarenakan kompos yang dihasilkan masih berbentuk daun. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya modifikasi teknologi dalam pengomposan, salah satunya menggunakan metode vermicomposting. Penelitian ini menggunakan jenis cacing tanah Eisenia fetida dengan lama pengomposan 21 hari. Vermicomposting memanfaatkan Mikroorganisme Lokal (MOL) dari nasi basi untuk mempercepat proses pengomposan. Komposisi sampah terdiri dari 40% daun angsana, 40% kotoran sapi dan 20% serbuk kayu. Reaktor pengomposan menggunakan metode continous flow bin dengan dimensi 45 cm x 30 cm x 35 cm. Pengukuran yang dilakukan yaitu warna, tekstur, bau, kadar air, suhu, pH, C, N, rasio C/N, P2O5, dan K2O. Hasil akhir pengomposan telah memenuhi SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos dari sampah organik. Kandungan rasio C/N pada kompos yang dihasilkan oleh cacing Eisenia fetida dengan penambahan MOL nasi basi yaitu 20,04

    Pengomposan Sampah Daun Angsana menggunakan Cacing Eisenia fetida dengan Penambahan MOL Nasi Basi

    Get PDF
    Pelabuhan Tanjuk Perak Surabaya memiliki fasilitas pengolahan sampah daun berupa rumah kompos. Sampah daun yang diolah merupakan hasil perantingan pohon angsana yang berada di taman dan sekitar jalan Pelabuhan Tanjung Perak. Pengolahan sampah daun di rumah kompos Pelabuhan Tanjung Perak menggunakan metode open windrow. Tahapan pengomposan hanya meliputi pencacahan dua kali, lalu ditumpuk di tempat terbuka beratap tanpa komposter. Hasil dari pengomposan tersebut belum maksimal, dikarenakan kompos yang dihasilkan masih berbentuk daun. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya modifikasi teknologi dalam pengomposan, salah satunya menggunakan metode vermicomposting. Penelitian ini menggunakan jenis cacing tanah Eisenia fetida dengan lama pengomposan 21 hari. Vermicomposting memanfaatkan Mikroorganisme Lokal (MOL) dari nasi basi untuk mempercepat proses pengomposan. Komposisi sampah terdiri dari 40% daun angsana, 40% kotoran sapi dan 20% serbuk kayu. Reaktor pengomposan menggunakan metode continous flow bin dengan dimensi 45 cm x 30 cm x 35 cm. Pengukuran yang dilakukan yaitu warna, tekstur, bau, kadar air, suhu, pH, C, N, rasio C/N, P2O5, dan K2O. Hasil akhir pengomposan telah memenuhi SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos dari sampah organik. Kandungan rasio C/N pada kompos yang dihasilkan oleh cacing Eisenia fetida dengan penambahan MOL nasi basi yaitu 20,04

    Pemanfaatan Pepaya sebagai Biostarter dalam Pengomposan Limbah Ikan dan Daun Mangrove Menggunakan Larva Black Soldier Fly

    Get PDF
    Fish waste generated from industrial activities in coastal communities has the potential to cause bad odors and pollute the environment. Falling mangrove leaves also contribute to waste in coastal areas because there are mangrove forests. This can pollute the environment so that fish waste and mangrove leaves can be processed through the composting method. Composting with BSF larvae can provide double benefits, namely reducing waste and producing larval feces that plants need. Papaya fruit waste that is no longer suitable for consumption can be used as a biostarter to speed up the decomposition process. The research variable was the use of 200 ml/kg papaya fruit biostarter. Variation in composition 100% mangrove leaves, 50% mangrove leaves; 50% fish waste, 70% mangrove leaves; 30% fish waste. Moisture content, temperature, pH, C/N, phosphorus, and potassium in several variations of this study met the quality of compost based on SNI 19-7030-2004. Based on MANOVA statistical analysis, variations in composition and type of biostarter influence larval biomass, feed consumption, and waste reduction index. Based on the quality of the compost, the best variation in this study was the composition of 50% fish waste compost and 50% mangrove leaves without the use of a biostarter

    Analisis Kualitas Hasil Komposting Sampah Sisa Makanan dan Daun dengan Metode Rotary Drum Composter (Studi Kasus: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya)

    Get PDF
    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) adalah perguruan tinggi berbasis vokasi yang terus berkembang setiap tahunnya sehingga memungkinkan sampah yang dihasilkan juga semakin bertambah baik itu sampah organik seperti sampah sisa makanan, sampah daun-daun, dan serbuk kayu ataupun sampah non- organik. Pengolahan sampah organik paling sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan pengomposan. Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerobik dengan menggunakan metode Rotary Drum Composter. Parameter yang ingin diamati adalah pH, suhu, kadar air, dan rasio C/N. Sesuai hasil pengamatan, suhu pH, kadar air dan rasio C/N komposter sebesar; 310C; 7,4; 48,60% dan 14,95. Berdasarkan pengamatan fisik kompos, kompos yang terbentuk berwarna coklat kehitaman, serta bertekstur seperti tanah sesuai dengan spesifikasi kompos SNI 19-7030-2004

    Pengolahan Sampah Kapas, Sampah Daun Pisang, dan Kotoran Kelinci menjadi Kompos dengan Metode Aerobik

    Get PDF
    Industri tekstil menjadi salah satu penyebab semakin meningkatnya jumlah timbulan sampah kapas. Dikatakan demikian, dikarenakan sampah kapas di lingkungan industri tekstil tidak dilakukan pengolahan sebagai tindakan untuk meminimalkan jumlah timbulan sampah kapas. Hal ini dapat menimbulkan polusi dan penyakit jika tidak ditindak lanjuti. Selain itu, permasalahan lain yang juga menjadi perhatian adalah sampah daun pisang. Sampah daun pisang sering kali ditumpuk kemudian dibakar di sekitar lingkungan pemukiman penduduk, maka tindakan ini dapat menimbulkan polusi udara. Salah satu solusi alternatif atas permasalahan tersebut adalah dengan cara memanfaatkan sampah menjadi kompos. Pada penelitian ini, pembuatan kompos memanfaatkan sampah kapas, sampah daun pisang (Musa balbisisana) dan kotoran kelinci. Metode pengomposan yang digunakan secara aerobik dengan jenis reaktor yaitu aerobic composting bin. Adapun variabel penelitian yaitu variasi komposisi sampah kapas sebesar 20,33%; sampah daun pisang sebesar 20,33%; dan kotoran kelinci sebesar 59,35%. Kualitas kompos yang mampu dihasilkan pada penelitian ini meliputi nilai rasio C/N sebesar 11,05; C-Organik sebesar 10,17%; NTotal sebesar 0,92%; Fosfor sebesar 0,08%; dan Kalium sebesar 1,30%

    Optimalisasi Metode Pengomposan pada Rumah Kompos Pelabuhan Tanjung Perak dengan Perbedaan Feeding Regime pada Larva Black Soldier Fly

    Get PDF
    Salah satu fasilitas penunjang kegiatan operasional pelabuhan adalah adanya ruang terbuka hijau yang memadai, dan jenis vegetasi yang sangat populer untuk ditanam pada ruang terbuka hijau adalah pohon angsana (Pterocarpus indicus). Sejak 2018, Pelabuhan Tanjung Perak telah memanfaatkan kembali limbah dari perantingan pohon angsana (Pterocarpus indicus) untuk menjadi kompos. Sayangnya hasil kompos masih berupa daun utuh, sehingga hal ini memberikan ruang untuk dilakukannya perbaikan pada metode pengomposan. Pada penelitian ini, akan dilakukan pengomposan menggunakan larva Black Soldier Fly dan mikroorganisme lokal dari bonggol pisang. Bahan kompos berupa limbah daun angsana dicampurkan dengan limbah ikan tenggiri yang berasal dari kegiatan olahan makanan ikan tenggiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perbedaan dosis mol terhadap kualitas kompos. Variasi dilakukan dengan perbedaan dosis mikroorganisme lokal bonggol pisang sebanyak 0 mL/kg, 7 mL/kg, dan 15 mL/kg. Hasil pengomposan menunjukkan bahwa kadar nitrogen total dan fosfor dari kompos tidak dipengaruhi oleh perbedaan penambahan dosis mol. Hasil desain dari reaktor berupa limas trapesium dengan dimensi alas 30 cm x 62 cm x 30 cm dan tinggi 30 cm, sehingga didapatkan volume sebesar 41,4 liter

    Analisis Nilai Kalor dari Briket Ampas Tebu dan Tempurung Kelapa

    Get PDF
    Kebutuhan energi fosil yang semakin meningkat membutuhkan energi alternatif. Limbah biomassa berasal dari limbah organik dan bahannya mudah didapat. Limbah biomassa berupa ampas tebu dan tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif berupa biobriket. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komposisi ampas tebu dan tempurung kelapa terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam pembuatan briket ini adalah eksperimen dengan melakukan proses karbonisasi pada ampas tebu dan tempurung kelapa yang dilanjutkan dengan pengayakan agar ukuran karbon yang dihasilkan homogen. Jenis binder menggunakan tepung tapioka dengan kadar 10% dari berat adonan briket. Analisis nilai kalor yang digunakan yaitu dengan menggunakan bomb calorimeter berdasarkan SNI 01-6235-2000. Untuk mengetahui nilai kalor terbaik, maka digunakan variasi campuran ampas tebu dan tempurung kelapa yaitu variasi 1 adalah 10% : 90%; variasi 2 adalah 20% : 80%; variasi 3 adalah 30% : 70%; variasi 4 adalah 40% : 60%; dan variasi 5 adalah 50% : 50%. Hasil uji menunjukkan briket dari ampas tebu dan tempurung kelapa yang memenuhi standar mutu briket adalah variasi 1 sebesar 8530,36 kal/gr; variasi 2 sebesar 8134,81 kal/gr; dan variasi 3 sebesar 5959,82 kal/gr

    Pengomposan Limbah Ikan dan Susu Reject menggunakan Larva Black Soldier Fly

    Get PDF
    Meningkatnya limbah organik dapat menimbulkan besarnya timbulan sampah yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi masyarakat. Salah satu upaya pengolahan limbah organik adalah dengan memanfaatkan limbah organik menjadi kompos melalui proses biokonversi. Penelitian ini memanfaatkan limbah organik yaitu limbah ikan dan kotoran sapi dengan penambahan susu reject dan MoL nasi basi. Metode yang digunakan yaitu Black Soldier Fly Larvae Composting. Komposisi limbah ikan dan kotoran sapi pada pengomposan yaitu sebesar 50% limbah ikan dan 50% kotoran sapi. Penelitian ini menggunakan penambahan susu reject sebanyak200 ml/kg dan penambahan MoL sebanyak 20 ml/kg. Proses pengomposan dilakukan selama 15 hari dengan feedinglarva setiap 3 hari sekali. Parameter yang diamati yaitu parameter fisik dan kimia kompos serta karakteristik larva meliputi WRI. Hasil penelitian menunjukkan kualitas fisik (suhu, kadar air) dan kimia (C-Organik, N-Total, rasio C/N, fosfor, kalium) telah memenuhi SNI 19-7030-2004. Penambahan susu reject dan MoL pada pengomposan limbahikan dan kotoran sapi memberikan nilai indeks pengurangan sampah (WRI) sebesar 14,17

    Pengomposan Kulit Pisang Kepok dan Air Lindi

    Get PDF
    Semakin bertambahnya penduduk, maka aktivitas yang dilakukan oleh manusia akan semakin beragam. Hal tersebut akan didampingi dengan semakin besarnya timbulan sampah yang dihasilkan. Sampah domestik merupakan salah satu komponen dengan jumlah besar dalam timbulan suatu daerah. Kulit pisang merupakan salah satu unsur sampah domestik yang apabila tidak segera diolah akan menimbulkan bau yang tidak sedap, salah satu pisang yang sering digunakan dalam beberapa olahan adalah pisang kepok. Keberadaan sampah tentunya didampingi dengan adanya lindi yang apabila terjadi pencemaran dapat membahayakan lingkungan sekitar. Maka dari itu pada penelitian ini dilakukan pengolahan sampah kulit pisang kepok menggunakan metode larva komposting, dengan larva black soldier fly dan penambahan lindi. Proses pengomposan dilakukan selama 15 hari dengan penambahan perlakukan fermentasi dengan air lindi sebanyak 500 ml selama 7 hari. Parameter yang diamati adalah parameter fisik dan kimia kompos, dihasilkan nilai keseluruhan parameter telah memenuhi SNI 19-7030-2004

    Pengomposan Sampah Sisa Makanan dan Daun Mangrove serta LimbahSusu menggunakan Larva Black Soldier Fly

    Get PDF
    Sampah adalah hasil sisa dari produk atau aktivitas seperti rumah tangga atau kegiatan komersial lainnya. Proses produksi pada industri pengolahan susu akan menghasilkan limbah berupa susu reject yang dapat mencemari lingkungan. Limbah susu memiliki karakteristik berupa kerentanan terhadap bakteri dan kandungan nutrisi yang dapat dimanfaatkan. Pengomposan dapat menjadi sebuah alternatif pengolahan dari sampah dan limbah yang dihasilkan. Sampah berupa sisa makanan, daun mangrove dan limbah susu berbahan dasar organik dapat diolah menjadi produk kompos. Penelitian ini memanfaatkan limbah organik sisa makanan dan daun mangrove dengan penambahan limbah susu cair sebanyak 200 ml/kg. Metode pengomposan dilakukan dengan menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF) sebagai agen biokonversi yang mampu mendegradasi sampah dengan menjadikannya sumber makanan. Hasil pengomposan dianalisis sesuai dengan spesifikasi kompos yang telah ditentukan pada SNI 19-7030-2004. Berdasarkan penelitian, proses pengomposan dilakukan selama 15 hari dengan pemberian umpan sebanyak 200 mg/larva/hari setiap 3 hari sekali. Pengamatan pada suhu, kadar air, pH, C-Organik, N-Total, fosfor dan kalium telah memenuhi baku mutu kompos. Sedangkan pada rasio C/N tidak memenuhi baku mutu kompos
    corecore