23 research outputs found
PEMANFAATAN JENIS-JENIS TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT OLEH MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN HUTAN LINDUNG ROKORAKA (Studi Kasus Desa Reda Pada, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya)
Tumbuhan obat memiliki manfaat yang cukup besar bagi masyarakat yang berada di sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang jenis-jenis tumbuhan obat dan pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar kawasanhutan lindung Rokoraka. Metode yang digunakan adalah analisis vegetasi menggunakan metode jalur transek, sebanyak 55 plot dengan ukuran plot 2 x 2 m, 5 x 5 m, 10 x 10 m, dan 20 x 20 m. Data yang dikumpulkan adalah data primerdan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap 20 narasumber yang ditentukan dengan purposive sampling untuk mengetahui penggunaan berbagai jenis tumbuhan obat oleh masyarakat lokal dan observasilangsung dengan melakukan analisis vegetasi sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi atau lembaga terkait yang relevan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 31 jenis tumbuhan obat di Hutan Lindung Rokoraka. Hasil analisis pada tumbuhan obat tingkat semai diperoleh 26 jenis 16 obat dengan INP tertinggi 29,16 %, tingkat pancang diperoleh 14 jenis obat dengan INP tertinggi 34,58 %, tingkat tiang diperoleh 14 jenis obat dengan INP tertinggi 37,55 % dan tingkat pohon diperoleh 11 jenis obat dengan INP tertinggi 49,31 %. Masyarakat lokal menggunakan 18 jenis tumbuhan obat yang berasal dari kawasan Hutan Lindung Rokoraka. Informasi potensi tumbuhan obat yang ada di kawasan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan dapat mendukung upaya konservasi untuk tetap menjaga kelestariannya
ANALISIS PENDAPATAN TANAMAN KEHUTANAN UNTUK KAYU BAKAR DI PASAR KUANINO, NAIKOTEN I, OEBA, OEBOBO DAN OESAPA KOTA KUPANG
Kayu bakar sebagai sumber energi terbarukan memiliki peran yang penting bagi masyarakat pedesaan maupun perkotaan di Indonesia dalam menunjang kesinambungan pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Konsumsi kayu bakar sangat tinggi sehingga keberadaannya di alam semakin menurun dan belum diketahui pendapatanya saat diperdagangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Jenis kayu bakar yang dijual pedagang di Kota Kupang; 2) besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang dari hasil kayu bakar di kota kupang; 3) besarnya keuntungan relatif dari hasil kayu bakar di kota kupang. Metode yang di gunakan adalah metode survai. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Jenis kayu bakar yang dijual pedagang di Kota Kupang adalah Kayu Merah (Pinus sylvestris), Kesambi (Schleichera oleosa), Jati (Tectona grandis), Gamal (Gliricidae maculata), Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Kayu Duri (Akasia nilotika); 2) Jumlahkayu yang dijual pedagang sebesar 100-1200 ikat dan didatangkan dari berbagai Desa di Kabupaten Kupang yang terbanyak adalah dari Desa Bokong (Baumata); 3) Total biaya yang dikeluarkan oleh 28 pedagang di Kota Kupang adalah sebesarRp 4.385.000 dengan rata-rata biaya per pedagang sebesar Rp 156.607 sedangkan total penerimaannya sebesar Rp 31.275.000 dengan rata-rata Rp 1.116.964 per pedagang. Adapun total pendapatan yang diterima pedagang Rp 26.890.000dengan rata-rata Rp. 960.357 per pedagang. Usaha kayu bakar di Kota Kupang layak serta menguntungkan untuk diusahakan oleh pedagang dengan rasio penerimaan sebesar 7,97
IDENTIFIKASI HAMA PADA TANAMAN JATI (Tectona grandis L.F) DI UDUKAMA, KECAMATAN TASIFETO BARAT, KABUPATEN BELU
Pembangunan hutan tanaman seringkali menghadapi kendala teknis, dengan adanya ancaman serangan hama..Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas kayu Jatidan dapat menjadi faktor pembatas produksi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengidentifikasi jenis hama pada tanaman Jati (Tectona grandis) L.F. 2. Mengetahui populasi dan frekuensi kerusakan yang disebabkan oleh hama pada tanaman Jati (Tectona grandis L.F). Penelitian ini dilakukan di hutan Jati Udukama, Kecamatan Tasifeto Barat, `Kabupaten Belu menggunakan metode survey yang dilakukan pada bulan mei- juli 2019.Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekuder.Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan dengan menggunakan klaster plot. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Analisis data menggunakan rumus frekuensi serangan: jumlah tanaman yang terserang/ jumlah tanaman yang diamati x 100%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) jenis hama yang ditemukan pada tanaman Jati (Tectona grandis L.F) di Udukama, adalah: rayap (Neortemes tectonae), kutu putih (pseudococcus sp) dan empoasca sp. 2) Frekuensi keruskankan yang disebabkan hama pada tanaman Jati (Tectona grandis L.F) adalah: rayap (Neortemes tectonae) 37,5%, kutu putih (pseudococcus sp) 14,4 % dan Empoasca sp 5,3% serta tingkat kerusakan oleh hama rayap kategori agak berat, kutu putih katogori ringan, dan empoasca kategori ringan. 3). Populasi hama rayap Rayap (Neortemes tectonae) pada minggu pertama (113) ekor, minggu kedua (168) ekor, minggu ketiga (190) ekor, dan minggu keempat (243) ekor. Kutu putih (pseudococcus sp) pada minggu pertama (35) ekor, minggu kedua (53) ekor, minggu ketiga (78) ekor, dan minggu keempat (92) ekor dan Empoasca SP pada minggu pertama (17) ekor, minggu kedua (35) ekor, minggu ketiga (48) ekor, dan minggu keempat (72) eko
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENERAPKAN SISTEM AGROFORESTRY PORANG (AMORPHOPALLUS MUELLERI BLUME) DALAM MENJAGA KELESTARIAN HUTAN WILAYAH KERJA KPH SARADAN (STUDI KASUS: DI DESA KLANGON KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR)
This study aims to 1). Knowing the level of community participation in the agroforestry system of porang (Amorphopallus muelleri Blume); 2). Knowing agroforestry system that is applied to perverse forests the working area of KPH Saradan. This research was conducted in Agroforestry forest of porang the working area of RPH Klangon, BKPH Pajaran, KPH Saradan, District Madiun, Region of Est Java. The survey method was conducted in December 2018- February 2019. Data collected in the form of primary data and secondary data. Primary data was interview method and secondary data obtained from the documents, archive, report, and stakeholders. This study analyz to Skala likert method.The results of research showed that 1). Based on the percent (%) index calculation, community participation a results value of 67,68% which is included in the high category. 2). Agroforestry system applied in Klangon village is agrosilvicultural system that combines (intercropping) between annual plant (Jati, Mahoni, and Sonokeling) with annual crops (Porang)
STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI SUAKA MARGATWA HARLU, KABUPATEN ROTE NDAO, NUSA TENGGARA TIMUR
Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh manusiasebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan estetika(Darmawan 2006). Burung-burung di Rote adalah bagian dari avifauna Timor, dengan banyakkesamaan dengan Semau, sampai saat ini tercatat 157 spesies termasuk sekitar 70 landbirds telahdicatat, dari sebagian burung di pulau Timor belum ditemukan di pulau Rote hal ini karena kurangnyahabitat yang sesuai. Secara keseluruhan endemik burung di Rote sangat tinggi, lebih dari 20 landbirdssekitar 30% dari total spesies burung yang ditemukan merupakan spesies yang masuk dalamrestricted spesies. (verbalen,et,al 2017). SM Harlu merupakan salah satu kawasan konservasi yangditunjuk melalui keputusan menteri kehutanan Nomor :84/kpts-II/1993, tanggal 16 februari 1993dengan luas 2000 ha, dan ditetapkan melalui keputusan menteri kehutanan Nomor :3911/MenhutVII/Kuh/2014 dengan luas 2.262 Ha. Memiliki potensi fauna yang didominasi oleh jenis aves. Olehkarena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis burung yang adadalam kawasan SM Harlu. Pengambilan data dengan menggunakan metode MacKinnon, Pengamatandilakukan dengan cara menjelajah dan menghitung setiap individu yang ditemui. Penjelajahandilakukan secara acak. Berdasarkan data yang diperoleh menggunakan metode MacKinnon di analisismenggunakan Rumus Indeks keanekaragaman jenis, Indeks kemerataan, Indeks kekayaan jenis.Kelimpahan relatife jenis, kurva Kekayaan Jenis macKinnon, dan Frekuensi Penemuan Jenis. Dalampenelitian ini ditemukan 34 jenis burung dari 21 famili dengan total individu 370 individu, terdapat 1jenis burung endemik Rote dan 6 jenis burung migran dengan Indeks keanekaragaman H sebesar 3,36,indeks kekayaa 5,58 dan indeks kemerataan 0,85 dan Jenis burung isap madu Australia dan kipasandada hitam memiliki presentasi kelimpahan relatif yang tinggi yaitu 7.30 dan Frekuensi penemuanjenis burung yang di tinggi dimiliki oleh jenis burung Decu timor dengan nilai 0,
PERILAKU HARIAN RUSA TIMOR (RUSA TIMORENSIS) DI TAMAN WISATA ALAM PULAU MENIPO, KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR
Rusa merupakan salah satu kekayaan satwa yang ada di Indonesia. Status Rusa di Indonesia hingga saat ini masih merupakan satwa yang dilindungi oleh undang-undang peraturan di Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/ MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Rusa timor memiliki persebaran populasi relatif luas di Kepulauan Indonesia tetapi populasi rusa di alam terus mengalami penurunan, akibat dari hilangnya habitat, degradasi habitat, dan perburuan. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan populasi rusa timor perlu dipahami tentang perilaku harian rusa timor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian dan perbandingan perilaku harian rusa timor di TWA Pulau Menipo. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari-April 2019 bertempat di TWA Pulau Menipo, desa Enoraen, kecamatan Amarasi Timur, kabupaten Kupang. Pengamatan dibagi dalam tiga periode dengan interval waktu 2 jam. Metode yang digunakan yaitu focal sampling dengan selang waktu pengamatan 5 menit. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik parametrik One Way Anova dan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan perilaku yang dilakukan rusa timor di TWA Pulau Menipo yaitu ingestif (452 atau 44,84%), resting (234 atau 23,21%), lokomosi (133 atau 13,19%), eliminatif (22 atau 2,18%), sosial (92 atau 9,13%), seksual (2 atau 0,20%), dan investigatif (73 atau 7,24%). Perbandingan perilaku harian antar individu rusa timor yaitu rusa jantan dewasa memiliki presentase ingestif dan resting lebih besar dibandingkan rusa betina dewasa serta rusa anak. Presentase perilaku lokomosi rusa anak lebih besar daripada rusa dewasa
PENANAMAN POHON DAN PEMBERSIHAN SAMPAH DI KELURAHAN LILIBA, KOTA KUPANG
Meningkatnya pembangunan infrastruktur, bertambah banyaknya jumlah kendaraan, serta semakin besarnya tingkat produksi sampah merupakan bentuk-bentuk dampak negatif dari bertambahnya jumlah penduduk yang pastinya akan berimbas pada terjadinya pemanasan global dan tentu saja akan mendatangkan permasalahan lingkungan baru yang lebih serius. Permasalahan tersebut banyak terjadi di seluruh penjuru Indonesia tidak terkecuali di Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, NTT. Pengendalian perlu dilakukan untuk menyikapi permasalahan tersebut. Beberapa bentuk pengendalian yang bisa dilakukan yakni penanaman pohon dan pembersihan sampah. Program ini bertujuan untuk memberikan pengertian pada warga Kelurahan Liliba terkait tata cara penanaman pohon yang dimulai dari pemilihan jenis pohon, penentuan jarak tanam, dan sistem penanaman serta pemilahan sampah. Adapun hasil yang dicapai yaitu warga Kelurahan Liliba sebgai mitra dapat menamam pohon dan membersihkan sampah di kelurahan Liliba sebagai upaya menyejukkan rumah di musim panas, meredam kebisingan, membersihkan udara, untuk mencegah longsor dan sebagai tindakan konservasi
PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR (POC) URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra)
Eucalyptus (Melaleuca leucadendra) is the result of a non-timber forest that utilized its leaves to be used as eucalyptus oil (cajaput oil) which will be used as medicine, insecticides and fragrances. The propagation of Eucalyptus is done in order to meet the needs of eucalyptus oil (cajaput oil) in Indonesia. The aim of this research was to determine the appropriate concentration of liquid organic fertilizer of cow urine on the growth of eucalyptus seedlings. This research was conducted at the permanent nursery Fatukoa in January to April 2020. The research method uses Complete Random Design (CRD) with 4 treatments that are A0 (0ml/1000ml), A1 (150ml/1000ml), A2 (250ml/1000ml) and A3 (350ml/1000ml). The parameters of the observation measured are the height of the plant, diameter, leaf number, dry weight and the percentage of life of eucalyptus seedlings. To find out the difference between the treatment it was tested Honestly Significant Difference (HSD). The results showed that application of liquid organic fertilizer cow urine is significantly affected to parameters of plant height, leaf number and dry weight, but is not significant affect to parameters of diameter and percentage of life. The concentration of 150ml/1000ml provides better growth results than other concentrations
KONTRIBUSI AGROFORESTRI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN BU’AT DI KELURAHAN KARANGSIRI KECAMATAN KOTA SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Agroforestry is one of the effective means of equity and stages of overcoming poverty in forest communities, which can increase income and food production. East Nusa Tenggara (NTT) with its natural characteristics and socio-economic conditions is one of the areas in Indonesia that needs more attention, in strengthening community resilience in facing climate change. This study aims to determine the types of agroforestry plants cultivated by farmers and how much they contribute. agroforestry on farmers' income in Karangsiri Village. This research was conducted in February-March 2019. The method used in this study was purposive sampling with the consideration that the respondents studied were people who planted their land with agroforestry plants. The results of this study indicate that the Karangsiri Village Community uses a simple agroforestry system, in this system the community plants a mixed garden cropping pattern that combines seasonal crops such as corn, banana, papaya, chili and forestry plants such as mahogany, teak, coconut. The types of trees planted can have high economic value, for example, coconut, teak, mahogany. Meanwhile, non-timber plants with high economic value are maize, banana and papaya, chili. Economic aspects are the main reason for farmers in choosing types of plants. Agroforestry's contribution to household income is 31.31%, so it can be concluded that the community around the forest can meet their household needs from the results of agroforestry
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR TUBAKI DI KAWASAN HUTAN SUAKA MARGASATWA KATERI (Studi Kasus Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka)
Tubaki spring is one of the springs in Kateri Wildlife Sanctuary area. This study aims to determine people's perceptions of the local wisdom of Tubaki Springs in Kamanasa Village, Malaka Regency and this research was conducted in Kamanasa Village, Central Malaka Sub-District, Malaka District using qualitative methods carried out from July - October 2019. Data collected in the form of primary and secondary data. This primary data obtained the characteristics of respondents and data regarding public knowledge while secondary data obtained from the literature study from several related agencies and related institutions in the study area.
The results showed that 1). The village of Kamanasa perceives the nature of Tubaki Springs positively, the Tubaki spring is seen as a gift from God that strongly supports the livelihoods of residents. 2) The people of Kamanasa Village have local wisdom in the form of: a) knowledge, including knowledge of titen., B). Values, c) Ethics and morals. d) norms consisting of recommendations, prohibitions and sanctions, and expressions. Local wisdom is used and applied as a guide for attitudes and behavior in preserving springs, in various physical and ritual activities, routine and incidental. On the basis of benefits, the community's enthusiasm for maintaining and preserving their traditions. To preserve the discharge of the Tubaki spring, not only by preserving existing traditions, but good forest management is needed around the spring and its upper areas