2 research outputs found
POTENSI ANESTETIKA KET-A-XYL® PADA KUCING JANTAN DOMESTIK DI YOGYAKARTA INDONESIA
Ket-A-Xyl® (Ket-A-Xyl® 20 ml, AgroVet, Peru) merupakan sediaan anastetika jadi yang telah banyak dipasarkan di Indonesia untuk induksi anastesi pada anjing. Studi ini menguji penggunaan obat Ket-A-Xyl® untuk kastrasi pada kucing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Ket-A-Xyl® terhadap parameter fisiologis kucing jantan domestik. Sebanyak 53 ekor kucing jantan domestik dengan berat badan berkisar 1,5 – 5,68 kg dipuasakan selama 8 jam kemudian ditimbang untuk menentukan dosis anestesi. Kucing diinjeksikan sediaan Ket-A-Xyl® secara intramuskular, kemudian diamati dan dicatat perubahan fisiologisnya. Demikian juga untuk onset dan durasi obat dicatat saat kucing memasuki stadium anestesi I hingga tahap recovery. Analisis data parameter fisiologis dilakukan menggunakan aplikasi SPSS dengan uji paired sample t-test. Kelompok yang dibandingkan dalam uji paired sample t-test tersebut adalah kelompok data fisiologis kucing pada tahap stadium III dengan tahap recovery. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sediaan Ket-A-Xyl® menimbulkan efek yang signifikan terhadap frekuensi napas (p<0,05), tetapi tidak pada suhu dan frekuensi pulsus. Rata-rata onset dan durasi obat Ket-A-Xyl® menunjukkan waktu yang lebih singkat dibanding studi sebelumnya yang menggunakan obat atropin-ketamin-xylazin. Sediaan anastesi Ket-A-Xyl® berpotensi sebagai obat anestetika yang baik pada kucing domestik karena lebih efisien, onset dan durasi singkat, serta tidak menimbulkan respon fisiologis yang fatal selama penggunaannya
A recent update on the use of antimicrobials for animal health in Yogyakarta, Indonesia
Background and Aim: Animal antimicrobials must be studied to determine if they have the same types, norms of use, and resistance patterns as those used in humans. This study aimed to facilitate the analysis of data on the use of antimicrobials in veterinary medicine and to aid in developing a strategy to prevent the emergence of antimicrobial resistance (AMR) in humans and animals.
Materials and Methods: Data were obtained through a survey of 101 veterinarians working in animal clinics and independent practice in five regencies of Yogyakarta province.
Results: Both of the antibiotics, antiparasitic (78.6%) and, antiseptic and disinfectant (68.0%), and antifungal (31.1%) were the most frequently used types of antimicrobials, while antivirals were the least used (9.7%). The most often treated animals with antimicrobials are pets (37%), followed by large and small livestock (30%), poultry (15%), and exotic animals (14%). Of the respondents, 89% were aware of the factors contributing to AMR, but only 47% monitored developments and expanded their understanding of AMR. The most common antibiotic classes were penicillin (71), tetracyclines (50), sulfonamides (41), fluoroquinolones (31), and aminoglycosides (27).
Conclusion: All antimicrobials used in the animal health sector are also used in human medicine, which requires special consideration. This cross-use of antibiotics was a crucial factor in determining the cause of the spread of AMR between humans and animals