14 research outputs found

    Bioekologi Mangrove Daerah Perlindungan Laut Bebasis Masyarakat Desa Blongko Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kodisi bioekologi mangrove yang ada di Desa Blongko Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara, parameter yang diukur adalah struktur komunitas mangrove dan kualitas air yang merepresentasikan lingkungan perairan ekosistem mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratify random sampling, sedangkan data yang dibutuhkan adalah data primer dan sekunder dengan metode sampling pada ekosistem mangrove. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi. Hasil yang diperoleh adalah kondisi perairan ekosistem mangrove dalam keadaan yang baik, dan mendukung kelangsungan hidup organisme yang berasosiasi dengan mangrove. Vegetasi mangrove di Desa Blongko terdiri atas empat famili, dengan tujuh spesies. Famili mangrove tersebut adalah Avicenniaceae, Meliaceae, Rhizophoraceae, dan Sonneratiaceae. Sedangkan spesies mangrove yang ada di desa ini adalah Xylocarpus granatum, Avicennia lanata, Avicennia marina, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, dan Sonneratia alba . Nilai keseragaman yang dianalisis pada vegetasi mangrove yang ada di Desa Blongko menunjukkan angka 0,72. Nilai keseragaman ini menunjukkan bahwa jumlah individu setiap jenis tidak jauh berbeda. Hal ini juga digambarkan oleh nilai dominasi sebesar 0,42 yang mengindikasikan bahwa tidak ada jenis yang mendominasi pada kawasan mangrove ini

    Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Mantehage, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara

    Full text link
    This study aimed to analyze the sustainability of mangrove ecosystem management in one small island located in the area of Bunaken National Park. Mantehage islands included in the township administration area Wori, North Minahasa Regency, North Sulawesi. This study will examine the sustainability of mangrove ecosystem management on the dimension of ecological, socio-economic, and institutional. The data used are primary and secondary analyzes that are used in this study is the Multidimensional scaling. The results obtained are sustainability Status Mantehage Island mangrove ecosystem management included in either category, but one of the three dimensions of the object of study has a low value that the ecological dimension. Environmental degradation caused by anthropogenic activities and the nature of this dimension will affect the future, so that special attention is needed for improved its environmental capacity, especially in the mangrove ecosystem

    Waste Inventorization Inorganic In The Mangrove Ecosystem Bunaken Island For The East Part

    Get PDF
    The coastal area is a potential resource in Indonesia, is an intermediate area between the mainland and Ocean. This resource is very large which is supported by the existing coastline 81,000 km long. Long coastline This holds the potential for a large wealth of natural resources. The potential including biological and non-biological potential. in addition to the potential for natural resources that are widespread on the coast of Indonesia, potential pollution to the coastal and marine environment has quite a big opportunity. this opportunity could be caused by Indonesia's population density, high tourist activity including transportation, and major construction. As for the goal This study aims to identify the type and amount of waste inorganic in the Bunaken coastal mangrove ecosystem in the eastern part and identify the size and weight characteristics of inorganic waste in the mangrove ecosystem. The method used The result of this research is the coastline survey method methodology based on NOAA (2013) and line transects with taking 2 stations. This research was conducted for three months, which at each station has 1 transect line, each of which has 5 plots/sampling plots. Transect lines are carried out in parallel coastline along 50 meters of trash in the mangrove forest the distance between stations is 50 m, where the transect line must be located represents the research area. The data taken next is back analysis with the help of a computer program MS Excel The types of marine debris found at the research location are plastic, rubber, metal, and glass waste. The total size of the litter type which was found at the research location showed 2 characteristics, namely mega- debris and macro-debris. The most dominant type of waste is plastic waste.Keywords: Inorganic waste, Mangrove, East BunakenAbstrak Wilayah pesisir yang merupakan sumber daya potensial di Indonesia, adalah daerah peralihan antara daratan dan lautan.Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar.Potensi itu diantaranya potensi non hayati dan hayati.Disamping potensi sumberdaya alam yang tersebar luas di pesisir Indonesia, potensi pencemaran terhadap lingkungan pesisir dan laut pun memilik i peluang yang cukup besar.Peluang ini dapat disebabkan oleh padatnya penduduk Indonesia, aktifitas wis ata yang cukup tinggi termasuk transportasi, dan pembangunan yang besar. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu Mengidentifikasi jenis dan jumlah sampah anorganik yang berada di ekosistem mangrove pantai Bunaken bagian timur Dan Mengidentifikasi karakteristik ukuran dan berat sampah anorganik pada ekosistem mangrove. Metode yang dipakai dalam hasil penelitian ini adalah metode shoreline survey methodology berdasarkan NOAA (2013) dan Line transect dengan mengambil 2 stasiun . Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimana dalam setiap stasiun terdapat 1 line transect yang masing–masing memilik i 5 petak/plot pengambilan sampel. Jalur transek dilakukukan sejajar garis pantai sepanjang 50 meter adanya sampah pada mangrove jarak antar stasiun adalah 50 m, dimana jalur transek tersebut harus mewakili wilayah penelitian. Data yang di ambil selanjutnya d i analisa kembali dengan bantuan program komputer MS Excel Jenis sampah laut yang ditemukan pada lokasi penelitian berupa sampah plastik, karet, logam, dan kaca. Jumlah ukuran jenis sampah yang terdapat di loksasi penelitian menunjukan bahwa terdapat 2 karakteristik yaitu mega-debris dan macro-debris. Jenis sampah yang paling dominan adalah sampah plastik.Kata Kunci: Sampah Anorganik, Mangrove, Bunaken Timur

    The form and distribution of microplastic in sediment and water columns of Manado Bay, North Sulawesi

    Get PDF
    Microplastics are particles measuring <5mm that is the result of degradation from plastic waste that enters the environment. Plastic waste is degraded into microplastics through physical, chemical, and biological processes. Pollutants such as microplastics that enter the waters of Manado Bay can reduce the biological and ecological functions of the ecosystem in the waters. The purpose of this study was to determine the shape and density of microplastics in Manado Bay. The sediment sampling method was carried out by purposive sampling method and for the water, column using a plankton net withdrawal method of 10 meters with 3 replications at 3 stations. The sample will be prepared and then identified. Then the sample density was calculated and then analyzed using a one-way ANOVA test and Pearson correlation. The results showed that there were 4 forms of microplastic found, namely the form of fragments, films, fibers, and foams. The density of sediment sample 1 found 187 microplastic particles with a density of 63.38 particles/kg, at station 2 a total of 479 particles with a density of 182.12 particles/kg, and at station 3 a total of 311 particles with a density of 115.07 particles/kg. In station 1 seawater samples were found 154 particles with a density of 7.26 particles/m³, station 2 a total of 299 particles with a density of 14.10 particles/m³.Keywords: microplastic, shape, density, Manado Bay AbstrakMikroplastik adalah partikel berukuran <5mm hasil degradasi dari sampah plastik yang masuk ke lingkungan. Sampah plastik terdegradasi menjadi mikroplastik melalui proses fisik, kimia, dan biologis. Bahan pencemar mikroplastik yang masuk ke perairan Teluk Manado dapat mengurangi fungsi biologis dan ekologis dari ekosistem yang ada di dalam perairan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk dan distribusi mikroplastik yang ada di Teluk Manado. Metode pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan metode purposive sampling dan untuk kolom perairan menggunakan metode penarikan plankton net sepanjang 10 meter sebanyak 3 kali ulangan di 3 stasiun. Sampel akan dipreparasi kemudian diidentifikasi. Selanjutnya sampel dihitung kepadatannya kemudian dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 4 bentuk mikroplastik yang ditemukan yaitu bentuk fragmen, film, fiber, dan busa. Kepadatan pada sampel sedimen 1 ditemukan 187 partikel mikroplastik dengan kepadatan 63,38 partikel/kg, pada stasiun 2 total 479 partikel dengan kepadatan 182,12 partikel/kg, dan pada stasiun 3 total 311 partikel dengan kepadatan 115,07 partikel/kg. Pada sampel air laut stasiun 1 ditemukan 154 partikel dengan kepadatan 7,26 partikel/m³, stasiun 2 total 299 partikel dengan kepadatan 14,10 partikel/m³.Kata kunci: mikroplastik, bentuk, kepadatan, Teluk Manad

    Crustacea Brachyura Morphology And Morphometrically in Buloh Beach Intertidal Zone, Minahasa District, North Sulawesi

    Get PDF
    Brachyura crabs, especially coastal crabs, live in the intertidal zone with zone shape sandy beaches, muddy beaches, and rocky beaches. The colors on the crab’s carapace are caused by the presence of carotenoid pigments. The purpose of the study was to identify crabs morphologically and morphometrically. The sampling location was in Buloh Beach, Tateli Weru Village, Mandolang District, Minahasa Regency, North Sulawesi Province. Sampling using the cruise method, which is a research activity carried out by tracing the coastal area at the lowest tide by capturing organisms as samples directly. The crab samples found then morphologically identified by observing the color and shape of the carapace, claws, walking legs, presence of spines on the carapace, carapace size, abdomen shape, the characteristics of the leg organs presence of hair (setae), and morphometric calculations were also carried out. Based on the morphology of the crabs found, namely: Grapsus albolineatus (Latreille in Milbert, 1812), Atergatis floridus (Linnaeus, 1767), Pilumnus vespertilio (Fabricius, 1793), and Uca (Galasimus) tetragonon (Herbst, 1790)Keywords: Buloh Beach; Brachyura; Morphology; morphometrically; DiversityAbstrakKepiting brachyura khususnya kepiting pesisir hidup di zona intertidal dengan bentuk zona pantai berpasir, pantai berlumpur dan pantai berbatu. warna-warna pada karapas kepiting disebabkan karena adanya kandungan pigmen karotenoid. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kepiting secara morfologi dan morfometrik. Lokasi pengambilan sampel di Pantai Buloh, Desa Tateli Weru, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan sampel menggunakan metode jelajah (cruise methods) yaitu suatu kegiatan penelitian dilakukan dengan menelusuri daerah pesisir pantai saat surut terendah dengan menangkap organisme sebagai sampel secara langsung. Sampel kepiting yang ditemukan kemudian dilakukan identifikasi morfologi dengan memperhatikan warna dan bentuk karapas, capit, kaki jalan, keberadaan duri pada karapas, ukuran karapas, bentuk abdomen dan ciri-ciri organ kakinya seperti keberadaan rambut (setae), serta dilakukan perhitungan morfometrik. Berdasarkan identifikasi morfologi kepiting yang ditemukan, yaitu: Grapsus albolineatus (Latreille in Milbert, 1812), Atergatis floridus (Linnaeus, 1767), Pilumnus vespertilio (Fabricius, 1793), dan  Uca (Galasimus) tetragonon (Herbst, 1790).Kata kunci : Pantai Buloh; Brachyura; Morfologi; Morfometrik; Keanekaragama

    Potential of Carbon Absorption Mangrove Forest at Sarawet Village Kuala Batu, East Likupang, North Minahasa Regency

    Get PDF
    Mangrove forest is one of a coastal natural resource with abundant potentials. The rapid coastal development has cost bad effects, such as mangrove forest conversion into dike or tourism. Mangrove forest has a prominent ecological function for coastal area. The purpose of this study was to analyst carbon absorption potency in both natural and restored mangrove forest in Sarawet Village, Kuala Batu, East Likupang. The sampling method in this study was a survey method that is observation and field sampling. The collected data was surface mangrove biomass and sediment, then analyst in Sam Ratulangi Laboratory, Manado. The biomass sampling data using transect line quadrat while and sediment sampling using sediment corer. This study found. That conclude that natural mangrove forest have a higher absorption and restored potential than restored mangrove forest.Keywords :  mangrove, biomass, carbon, sediment AbstrakPotensi sumber daya hutan Indonesia sangat melimpah, dan salah satunya ialah hutan mangrove. Pembangunan pada daerah pesisir yang begitu cepat telah memberi dampak buruk terhadap lingkungan, seperti konversi lahan hutan mangrove menjadi tambak dan kawasan parawisata. Hutan mangrove merupakan salah satu hutan yang memiliki fungsi ekologis sangat penting terutama bagi wilayah pesisir. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi penyerapan karbon pada hutan mangrove yang restorasi dan alami di Desa Sarawet Kuala Batu Likupang Timur. Metode pengambilan data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini ialah metode survey yakni pengamatan dan pengambilan sampel langsung dilapangan. Data yang diambil ialah data biomassa mangrove bagian atas dan sedimen. Sampel yang diambil di analisis di Laboratorium Terpadu Universitas Sam Ratulangi Manado. Untuk pengambilan data biomassa dilakukan dengan menggunakan garis transek kuadrat dan pengambilan sampel sedimen menggunakan sediment corer. Dari hasil penelitian yang diperoleh, menunjukan bahwa hutan mangrove yang alami memiliki potensi penyerapan dan simpanan karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutan mangrove yang direstorasi.   Kata kunci :  mangrove, biomassa, karbon, sedime

    Marine Waste Analysis and Abundance of Gastropods in Mangrove Ecosystem Tongkaina, North Sulawesi

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sampah laut terhadap gastropoda di ekosistem mangrove. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2019 di hutan mangrove Tongkaina. Metode yang digunakan adalah metode line transek dengan 2 stasiun berbeda. Kemudian dilakukan analisa data kepadatan sampah, indeks kelimpaha gastropoda, frekuensi, indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominasi. Selanjutnya dilakukan analisa regresi lineier sederhana serta korelasi untuk melihat hubungan yang terjadi antara sampah dan kelimpahan gastrooda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah anorganik jenis plasik yang tertinggi di ekosistem mangrove pantai Tongkaina diikuti sampah jenis Kain, Kayu, Logam dan yang paling sedikit adalah sampah jenis kaca. Jenis gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove yaitu Littoraria scabra, Nerita undulata dan Terebralia sulcata. Nilai kelimpahan jenis gastropoda tertinggi terdapat di stasiun 2 di transek 1 oleh Littoraria scraba. Hasil analisa regresi linier menunjukan bahawa ada hubungan yang terjadi antara sampah dan kelimpahan gastropoda yang dilihat dari anlisis regresi linier sederhana. Semakin meningkatnya jumlah sampah maka semakin rendah kelimpahan gastropoda. Dimana nilai korelasinya sebesar -0.20506

    Percentage of Mangrove Canopy Coverage and Community Structure in Batanta Island and Salawati Island, Raja Ampat District, West Papua Province

    Full text link
    The research aimed at monitoring the condition of mangrove communities in Batanta Island and Salawati Island, Raja Ampat District, West Papua Province. It used method developed by the Indonesian Institute of Sciences Research Center for Oceanography (P2O LIPI). Method in determining the percentage for the coverage of mangrove communities used a hemispherical photography and the data analysis used ImageJ software in excel tabulation. The result showed that mangrove canopy coverage has decreased from 85.73% in 2017 to 84.14% in 2018. Since the observations in 2015, the percentage of mangroves had no significant change. In average the percentage increased as much as 3.45% from 75.09% in 2015 to 78.54% in 2016. Moreover, it increased again by 7.20% in 2017 (85.73%). It indicates that the average change percentage of mangroves is not significant, and it can be concluded that the mangrove ecosystem in this area does not degrade significantly and has a good growth rate. The average density value was 1254.3 trees per hectare in the period of 2016-2018 or it increased to about 16.5% since 2015. The number of species found at the observation site were 5 species (Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, and Xylocarpus granatum) scattered in eight observation stations. From these results it can be concluded that mangrove condition at the research location is stable and gets support for the survival of biota associated therein

    Small Island Mitigation Based on Mangrove Ecosystem Management in Bunaken National Park

    Full text link
    Small islands are susceptible to many environmental impacts. Impacts affecting ecological processes include climate change, sea level rise, natural disasters, abrasion, sedimentation, erosion and pollution. To minimize vulnerability the assessing the effectiveness of mitigation measures in these coastal ecosystems is urgently needed. This research analyzes vulnerability of a small island mangrove ecosystem and the effectiveness of management strategy for mangrove ecosystem based mitigation. This research uses both primary and secondary data. Primary data was gathered by sampling, field observation, and questionnaire analysis. Vulnerability index was analyzed using multi-dimensional scaling method, and vulnerability mapping was analyzed by using geographic information system (GIS) using the software Arcview Project 3.3. Stakeholder analysis was used for patterns and strategic management, through a technique SMART (Simple Multi Attribute Rating Technique) using the software Criterium Decision Plus. The results show that Bunaken Island has the highest vulnerability level, followed by the island of Manado Tua, Nain, and the lowest level was found in Mantehage island. The most important factor of vulnerability in the small island Bunaken National Park is the area of mangrove ecosystem. Increased area of mangrove ecosystem will increase the effectiveness as a buffer zone as well as increase the capacity of the ecosystem on the social, economic, and governance dimensions. A management scheme which can accommodate a variety of problems faced by the mangrove ecosystem of small islands is a collaborative management by the government as the leading sector, with the highest priority on the management of the ecological dimension. Pulau-pulau kecil merupakan daerah yang rentan terhadap berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor ekologis. Faktor ekologi meliputi Perubahan iklim, kenaikan permukaan air laut, bencana alam, abrasi, sedimentasi, erosi dan polusi. Untuk meminimalkan kerentanan, efektivitas ekosistem pesisir sangat dibutuhkan. Penelitian ini menganalisis kerentanan pulau kecil, efektivitas ekosistem mangrove, dan strategi pengelolaan ekosistem mangrove berbasis mitigasi. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui sampling, observasi lapangan, dan angket. Kerentanan dianalisis menggunakan metode multidimensional scaling, sedangkan pemetaan kerentanan dianalisis dengan sistem informasi geografis menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3. Analisis Stakeholder digunakan untuk pola dan manajemen strategi, melalui teknik SMART (Simple atribut teknik Peringkat multi) dengan menggunakan perangkat lunak Criterium Decision Plus. Hasil penelitian menunjukkan Pulau Bunaken memiliki tingkat kerentanan tertinggi, diikuti oleh Pulau Manado Tua, Nain, dan Pulau Mantehage terendah. Faktor utama kerentanan di pulau kecil Taman Nasional Bunaken adalah luasan ekosistem mangrove. Peningkatan kawasan ekosistem mangrove akan meningkatkan efektivitas ekosistem mangrove sebagai buffer zone serta meningkatkan kapasitas ekosistem ini pada dimensi sosial, ekonomi, dan pemerintahan. Pola pengelolaan yang dapat menampung berbagai masalah yang dihadapi oleh ekosistem mangrove pulau-pulau kecil adalah kolaboratif manajemen dengan prioritas utam pada pengelolaan dimensi ekologi dan pemerintah sebagai leading sector
    corecore